~Berawal dari kesal jadi suka~
Senja Aurelia dan Fajar Mahardika, yang memiliki perbandingan mencolok dari sisi ekonomi. Senja hanyalah seorang anak panti, berbeda dengan Fajar yang terlahir di keluarga kaya. Keduanya juga memiliki kesamaan yaitu sama-sama pintar. Semua murid SMA Cempaka pun tau pasti siapa yang akan jadi juara 1. Siapa lagi kalo bukan Senja ya Fajar. Jika yang memperoleh juara 1 Senja, maka yang meraih juara 2 dapat dipastikan adalah Fajar. Begitu pula sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qinaiza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Tipe Cowok
Fajar merasa penasaran dengan orang-orang yang tadi bertemu sapa dengan Senja.
Maka dari itu saat di dalam mobil, ia mencoba untuk menanyakannya pada gadis bergigi gingsul itu.
"Tadi itu siapa, kok kenal sama lo ?"
"Anak didik gue"
"Ha gimana gimana ?" sesekali Fajar menoleh ke arah Senja dan tak lupa untuk kembali memfokuskan pandangannya ke depan karena dirinya sedang menyetir.
"Gue itu guru les privat dia, gitu." ucap Senja memberi pengertian kepada cowok disampingnya.
"Oh"
"Wah sejak kapan" setelah ber 'oh' ria, cowok itu terkagum dengan usaha Senja untuk bekerja sampingan membantu Ibu nya. Tapi kagum yang diberikan Fajar telat -_-
"Baru beberapa minggu yang lalu"
"Mm, gue anterin lo ya pas berangkat les. Entar pulangnya juga gue jemput."
"Nggak usah gue bisa sendiri kok" tolaknya
"Gue anterin pokoknya. Gak ada penolakan, titik. Kan gunanya teman saling membantu ya nggak ?"
Senja hanya bisa menghela nafas. Karena yang diucapkan Fajar barusan memanglah benar.
"Tapi... "
"Ngerasa gak enak lagi sama gue ?"
"Tenang aja, lo nggak ngerepotin gue sama sekali kok."
Lagi-lagi Senja dibuat tak berkutik atas tawaran Fajar yang terkesan memaksa. Entah mengapa dirinya seperti sedang menerima titah langsung dari sang Raja hingga membuatnya tak bisa untuk menolak.
"Soal bocah tadi, dia emang suka kayak gitu ya sama lo ?"
"Iya, emang gitu dia."
"Lo gak ada rasa kan sama dia ?"
"Apaan coba lo nanyain hal kayak gitu. Jelas nggak dong, dia masih beberapa tahun dibawah gue. Lagian udah gue anggep kayak adek sendiri malah."
"Terus terus, tipe lo yang kayak mana ?"
"Tipe apa ?"
"Tipe cowok lo lah"
"Mm.. Yang gak nanyain tipe cowok gue kayak gimana." Fajar yang mendengar jawaban dari Senja barusan dibuat terdiam seketika.
"Gue becanda kali wkwkw. Jangan serius amat muka lo."
"Ish... Gue kira beneran. Jadinya tipe lo yang kayak gimana nih ?"
"Gue gak mikirin begituan sih. Saat ini yang terpenting, gue sukses dan bisa bahagiain Bunda sama adek-adek gue."
Fajar mengelus puncak kepala gadis disampingnya yang kini tengah memancarkan keseriusan saat mengatakan hal barusan. Sorot mata gadis itu menunjukkan tekad yang begitu kuat. Membuat cowok bernama lengkap Fajar Mahardika itu lagi dan lagi jatuh dalam pesonanya.
"Gue salut"
"Salut apaan. Gery Salud ?"
"Dih gak lucu" walau berkata seperti itu nyatanya Fajar tak bisa menahan senyumannya untuk bersinar.
"Dih, gak lucu tapi senyum. Apaan coba."
"Dih"
"Dih" ujar Senja menirukan Fajar.
"Dih dih, air mendidih ?" Fajar ikut-ikutan melawak seperti Senja, namun yang didapat dari gadis itu malah membalas sama seperti apa yang dikatakannya beberapa menit lalu.
"Gak lucu"
"Idih copas"
"Idih serah gue"
Dan terjadilah perdebatan yang dulu pernah ada namun kini berakhir dengan keduanya yang saling tertawa.
"Dasar matahari terbenam"
"Matahari terbit wlee" balas Senja sembari menjulurkan lidahnya mengejek.
Fajar melihat kegemasan Senja tak bisa menahan diri untuk tidak mengacak-acak puncak kepala gadis itu.
Perdebatan mereka hanyalah sebuah candaan yang malah membuat Senja merasa senang, yang selama ini belum pernah ia rasakan dari hadirnya seorang teman. Bukan lagi perdebatan yang dulu membuatnya kesal setengah mati.
...🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺...
"Bunda, ini Senja udah pulang." Senja menemukan sang Bunda bersama adik-adiknya yang sedang menonton televisi bersama.
"Wah kak Senja bawa apa tuh"
"Ini buat kalian" Senja menyerahkan makanan yang berada ditangan kepada adik-adiknya.
"Yeayy... Ayo makan bersama !!!" seru Rika begitu antusiasnya.
"Iya ayo nak" ajak Bu Asri kepada putri tertuanya.
"Kalian aja deh yang makan karena Senja tadi udah hehehe. Jadinya sekarang kenyang. Senja masuk kamar duluan ya Bun, soalnya capek mau istirahat."
"Iya sayang"
Tak habis fikir dengan Fajar yang begitu baik terhadapnya.
"Udah selesai ?" tanya Fajar melihat Senja yang sedang minum dan makanan di piring gadis itu yang telah ludes.
Senja hanya mengangguk sebagai respon.
"Mbak" panggil Fajar pada pelayan restaurant disitu.
"Pesan lagi makanan yang ada di sini ya, tapi dibungkus."
"Siap mas. Ditunggu ya pesanannya." Fajar mengangguk sembari tersenyum.
"Buat orang rumah lo ya ?" tanya Senja penasaran.
"Bukan, tapi buat Bunda sama adek-adek lo."
"Ya ampun.. Nggak usah Fajar."
"Udah dibikinin juga kok lagian" kata Fajar sambil mengangkat bahunya acuh.
"Ish... "
"Udah jangan cemberut gitu. Lo makin ngegemesin tau gak."
"Ups gue salah ngomong" batin Fajar yang kini merutuki karena bibirnya itu tidak bisa direm sama sekali.
Senja sendiri sudah blushing mendengar kata-kata Fajar barusan. Hingga ia salting dan mencoba mendinginkan hatinya dengan meminum kembali minumannya yang belum habis.
"Kenapa lo baik banget sama gue. Jujur gue masih takut. Kalau seandainya semua ini akan berakhir, dan kecewa kembali hadir untuk menyapa." gumam gadis berambut sebahu dan bergigi gingsul, sembari mengingat perlakuan Fajar yang benar-benar membuatnya merasa diistimewakan.
*
Fajar memasuki rumah dengan langkah kaki yang begitu ringan. Ada perasaan senang melingkupi relung hatinya. Sampai sebuah suara menginterupsi kepulangan cowok itu.
"Darimana saja kamu Fajar ?" tanya sang Mami
"Pergi Mi sama temen"
"Cowok atau cewek ?"
"Cewek"
"Dia dari keluarga terpandang ?"
"MAMI" bentaknya. Jujur Fajar sudah lelah dengan sikap Maminya yang selalu memandang seseorang hanya dari status sosialnya.
"Mami stop ngurusin aku mau keluar sama siapa, berteman sama siapa. Kenapa si Mami gak pernah berubah dari dulu."
"Ini semua juga demi kebaikanmu. Kalau kamu bergaul dengan orang yang status sosialnya lebih rendah dari kita, kamu hanya akan dimanfaatkan."
"Nggak semuanya kayak gitu Mi"
"Terserah, pokoknya kamu harus turutin apa omongan Mami."
"Nurutin omongan Mami ?" tanyanya dengan nada tidak percaya.
"Apa Mami pernah peduli buat luangin waktu di rumah bersama Fajar, nggak kan. Mami taunya cuma berkumpul dengan teman sosialita Mami, lalu datang-datang hanya untuk mengatur aku harus bergaul dengan siapa. Mami egois." setelahnya Fajar memutuskan pergi dan menuju ke kamar, tak lagi menanggapi ucapan wanita paruh baya yang telah melahirkannya. Untuk apa diteruskan, jika hanya membuat hati Fajar kesal.
"Hish.. Anak itu." ujarnya menahan kesal. Jemarinya merogoh benda pipih persegi panjang dalam tas branded miliknya. Dicarinya kontak seseorang dan tak lama terdengar suara seorang pria dari benda tersebut.
"Cari tau siapa perempuan yang sedang didekati oleh putraku sekarang juga !!" perintahnya yang langsung disanggupi oleh pihak seberang.
"Baik nyonya"