Desya yang terlahir dari keluarga sederhana ia dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang lelaki yang dimana lelaki itu inti dari permasalahannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veli2004, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebaikan Mertuaku
"Mumpung suamimu belum pulang Mamah akan ajak kamu jalan-jalan untuk lihat keindahan diluar daripada suntuk" ucap Mertuaku saat ia sudah sampai dirumahku.
"Iyah Mah" jawabku cengar-cengir seperti orang bod*h.
Aku berdandan serapih mungkin agar terlihat baik didepan Mertuaku, ini pertama kalinya aku keluar bersama Mertuaku yah rasanya sangat gugup aku mencoba sebaik mungkin untuk tidak membuat kesalahan didepannya.
Walaupun baju yang ku kenakan sangat sederhana namun, terlihat sangat rapih kalau dilihat dengan seksama. Aku juga bingung saat memilih beberapa pakaian yang berada dalam lemari karena sangat banyak dan berbagai macam saja.
Aku memilih satu pakaian yang agak panjang dan menutupi kakiku, selepas sudah benar-benar rapih dan tak ada yang kelupaan aku keluar dan menuju Mertuaku.
Wanita itu hanya tersenyum menatapku dari atas kepala hingga ujung kakiku, tentu saja itu membuatku sangat malu dan gugup kalau aja ada satu kesalahan dan ada hal yang ia tidak sukai ataukah itu make-up ku ataukah pakaian yang aku pilih.
Mobil itupun melaju dengan kecepatan sedang yang dikemudi oleh Mertuaku sendiri, tak seperti hari-hari yang lalu yang menjadi pengemudi adalah sopir pribadinya. Entahlah aku tidak mau terlalu berfikiran negatif tentang wanita yang menjadi Mertuaku ini.
Tempat yang kami tuju pertama adalah Mall, Aku gugup karena ini baru pertama kali aku memasuki Mall sebesar ini.
Saat kami turun aku hanya terus menerus mengikuti Mertuaku dibelakang, dan sesekali menoleh ke berbagai pakaian yang sangat cantik-cantik dan juga beberapa perhiasan yang membuatku minder.
Jujur saja selama aku hidup aku tak pernah memakai perhiasan emas asli, yang bernilai mahal sebenarnya uang kerjaku cukup namun banyaknya kebutuhan hidup yang membuatku tak mampu bila akan membeli satu kalung emas.
"Mamah belikan ini yah" ucapnya yang kemudian bergegas menuju tokoh perhiasan didepanku.
Entah ini hanya kebetulan saja ataukah Mertuaku bisa mendengar suara hatiku, Aku terdiam sejenak akupun hanya mengikutinya.
Mataku terbelalak melihat semua perhiasan didepanku semuanya sangat cantik dan yang pastinya sangat mahal-mahal.
Mertuaku mengambil satu buah kalung emas yang ditengah emas itu di hiasi berlian berwarna merah, yang membuatku terpanah melihat kalung itu.
Setelah diambil kalung itupun kemudian dipasangkan ke leherku, aku memegang kalung tersebut dan ku elus nya dengan lembut. Aku tak percaya bisa memiliki kalung secantik ini.
"Aku nggak enak Mah, bukannya ini sangat mahal? aku juga nggak punya uang untuk bayarnya" ucapku dengan mata yang sendu.
"Itu Mamah belikan untuk kamu soal harga nggak usah difikirkan" jawabnya dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya.
Baru kali ini aku melihat wanita yang menjadi mertuaku itu senyum didepanku dengan senyuman manis, akupun lega kalau memang dia simpati kepadaku atau kasihan.
"Ini dicoba cocok nggak sama kamu" ucapnya lalu memakaikan gelang emas itu ke tanganku.
"Kalung saja sudah cukup Mah" jawabku dengan penolakan lembut. Namun penolakan itu sama sekali ia tak gubris malah yang lebih membuatku tak enak ia sampai mengambil anting emas dan diberikan kepadaku.
"Ini Mamah yang belikan kamu, kalau kamu nggak mau terima Mamah akan marah ke kamu" ucapnya saat perhiasan lainnya sudah di bungkus lalu ia berikan kepadaku.
"Makasih Mah" jawabku yang memang tak enak bila harus dibelikan apapun olehnya.
Kamipun pulang setelah pembayaran selesai, namun saat keluar dari mall mataku tak sengaja menangkap pemandangan yang membuatmu berhenti sejenak. Yang dimana aku melihat samar-samar seorang lelaki yang itu adalah Evan dengan seorang perempuan cantik lagi berbincang-bincang saat mereka hendak masuk ke mobil berwarna merah.
Aku melihat dengan seksama agar memastikan apakah benar yang kulihat ataukah pandanganku saja yang salah.
"Nak, ayo masuk mobil" ucap mertuaku yang membuatku kaget refleks aku menoleh kepadanya.
"I-Iyah Mah" jawabku cepat.
Saat aku melihat lagi mobil merah itu sudah hilang dari parkiran, aku tak terlalu hiraukan karena itu bukan mobil Evan suamiku.
"Kamu kenapa nak? sedari masuk mobil mukanya murung aja seperti lagi memikirkan sesuatu" tanya mertuaku yang bisa melihat jelas perubahan pada diriku.
"Capek doang Mah" jawabku yang sebisa mungkin menutupi kebenarannya.
"Jadi mau pulang saja apa kita lanjut ke restoran buat makan? " Tanya mertuaku.
"Memangnya nggak apa-apa Mah? aku nggak enak semua Mamah yang bayarin" jawabku.
"Kamu kenapa berfikir begitu, Mamah sama sekali nggak merasa keberatan malah Mamah senang kamu ceria nggak sedih. Kalau soal biaya Mamah nggak masalah ini murni Mamah yang ingin belikan apapun untuk kamu" jawabnya.
Akupun tertegun jujur saja wanita ini sangat baik kepadaku, padahal dia orang kaya aku jadi merasa sangat tak enak kepadanya dia sudah menganggapku sebagai putrinya. Dan bahkan dia tak pernah untuk menghinaku lantas mengapa sifat putranya sama sekali tak mirip dengan orang tuanya.
Sedari kecil sampai dewasa aku memang tidak pernah menginjak ke restoran semewah ini hari-harinya cuman makan di tempat biasa seperti dirumah makan saja, namun hidupku sangat berubah drastis saat menikah dengan putra dari keluarga ternama.
Kami duduk di tempat kursi yang sangat mewah sepertinya ini tidak sama dengan tempat yang kulihat sebelumnya saat masuk ke restoran ini.
Saat tengah duduk dan melihat-lihat, seorang wanita berpakaian pelayan dengan membawa buku menu itu masuk keruangan kami dan menyodorkan buku tersebut kepada mertuaku.
Aku hanya melihatnya saja karena memang jarakku dan mertuaku dekat karena kami bersampingan duduk.
Mertuaku menunjuk beberapa menu yang ada didalam buku menu itu, dan dua gelas air minum yang memang sangat berbeda dari minuman pada umumnya.
"Bagaimana perasaan kamu Nak? jangan terlalu banyak fikiran kamu masih muda loh nggak boleh banyak fikiran takut ngeganggu fisikmu sendiri" ucapnya memberikanku nasehat.
"Sudah mendingan Mah, makasih buat nasehatnya dan juga apa yang Mamah belikan untukku" jawabku.
"Itu hal yang biasa, kamu nggak perlu sungkan ke Mamah dan nggak perlu takut kalau ada apa-apa bilang ke Mamah yah" .
"i-Iyah Mah" jawabku dengan gugup, aku takut salah dalam bicara kepadanya.
Selesai makan dan selesai pembayaran dimana perutku sudah kenyang kamipun pulang karena waktu yang tak terasa sudah malam. Saat itu jam menunjukkan pukul tujuh malam.
"Mamah nggak mau tidur disini? " tanyaku saat kami telah sampai ke depan rumah ku.
"Mamah harus pulang" jawabnya.
belum juga aku berterima kasih untuk kesekian kalinya mobil itu langsung pergi begitu saja dengan terburu-burunya.
Rasanya tubuhku sangat lelah sekali apalagi kedua kakiku sangat sakit mungkin pengaruh berjalan yang berlebihan.
Saat hendak membuka pintu tanganku tiba-tiba ditarik secara paksa yang membuat tempat perhiasan itu terjatuh dan berserakan dilantai. Dengan tubuhku yang terhantam tembok kamar.
"Akhhhhh!! " pekik ku.
"Kamu dari mana saja hah?!! " sentak Evan yang sudah sangat marah kepadaku.
Tak bisa kubayangkan aku sangat takut melihat ekspresinya seolah-olah ingin memakanku hidup-hidup.