Retno adalah seorang istri yang baik dan setia, Retno selalu mengalah dalam hal apa pun walaupun tidak bisa di pungkiri sebagai istri ada rasa kesal dan emosi nya.
Retno terus bertahan dengan Rio suami nya hanya karena memikirkan ke dua anak nya dan juga memikirkan kesehatan ibu nya.
Lama kelamaan pertahanan Retno melemah, rasa sabar dalam diri Retno menghilang sehingga Retno memutuskan untuk kembali ke rumah orang tua nya.
Bagaimana kisah Retno selanjutnya, apa yang di lakukan oleh Rio sehingga kesabaran Retno menghilang?
Dan bagaimana kehidupan Retno dan ke dua anak nya setelah Retno memutuskan untuk kembali ke rumah ke dua orang tua nya.
yuk baca cerita nya di Hilangnya Kesabaran Seorang Istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 HKSI
Hari pertama buka warung Retno sangat sibuk sekali, pagi-pagi buta harus bangun dan langsung menyiapkan sarapan untuk ke dua anak nya, Ardan sudah tidak mau diantar lagi pergi ke sekolah dan dia sudah mulai pergi sendiri.
Retno sudah terlihat rapih dan cantik pagi ini, setelah Ardan berangkat kini Retno langsung ngantar Bela ke sekolah nya.
Biasanya setiap habis ngantar Bela ke sekolah Retno langsung membersihkan rumah nya, tapi mulai hari ini dia langsung pergi ke warung dan membuka nya.
Hari pertama dirinya buka warung memang belum ada yang tahu, sambil menunggu pembeli Retno mulai mencatat lagi barang yang kosong.
Jam sudah menunjukkan jam waktu nya Bela pulang sekolah, Alhamdulilah ada beberapa pembeli yang datang ke warung nya membuat Retno bersyukur dan tersenyum bahagia.
Retno menutup dulu warung nya karena mau menjemput Bela sekalian mau melaksanakan sholat Dzuhur.
Setelah melaksanakan sholat Dzuhur Retno kembali membuka warung nya sampai jam setengah enam sore.
Begitu terus hari-hari Retno sekarang, Retno selalu pergi belanja sendirian untuk mengisi warung nya sedikit demi sedikit, mau hujan atau pun panas Retno tidak memperdulikan nya.
Retno sangat semangat sekali berjualan di warung dengan harapan warung nya kembali penuh dan banyak pembeli nya.
Ibu mertua nya yang sudah mendingan mulai pergi ke pasar dan hendak berjualan kembali, sebelum pergi ke pasar Bu Yati menyempatkan diri untuk melihat warung Retno.
"Gimana sudah rame pembeli?" Tanya Bu Yati sambil melihat isi warung.
"Alhamdulilah Bu lumayan lah sudah mulai banyak yang beli, tapi masih ada beberapa barang yang masih kosong soal nya belum ada uang untuk belanja nya." Ucap Retno dengan jujur.
Terlihat Bu Yati mengambil uang dari dalam tas nya, "Jika kamu membutuhkan modal untuk warung kamu ini, ambil saja uang kamu yang dua juta kamu kasih pinjam buat Rio." Ucap Bu Yati sambil memberikan uang sejumlah dua juta kepada Retno.
"Ngga apa-apa Bu nanti saja, ibu juga pasti butuh untuk modal kan? Pakai saja dulu sama ibu." Retno tahu kalau ibu mertua nya itu baru mau memulai usaha nya.
"Ngga apa-apa Ret ibu ada kok kalau untuk belanja hari ini." Bu Yati memaksa Retno untuk menerima uang nya, Bu Yati mengganti uang milik Retno yang waktu itu di pinjamkan kepada Rio melalui dirinya.
Bu Yati merasa malu dengan Retno atas perlakuan anak nya, sudah satu bulan semenjak Rio meminta uang dan menghina istri nya bahkan sampai sekarang Rio tidak kembali ke rumah dan kabar pun tidak ada membuat Bu Yati merasa harus bertanggung jawab kepada Retno dengan cara membayar uang yang di pakai oleh Rio.
"Beneran ibu ada buat belanja?"
"Ada nak, ya sudah ibu pergi ke pasar dulu." Ucap Bu Yati lalu menghentikan sebuah angkutan umum yang baru saja lewat.
"Makasih Bu." Ada rasa senang dan juga sedih dalam diri Retno, senang karena dirinya mempunyai modal tambahan sementara Retno juga sedih melihat mertua nya yang ingin memulai usaha nya kembali dengan uang yang ada dan mungkin uang hasil pinjaman.
Sungguh Rio benar-benar tega membuat ibu nya selalu kepikiran dengan nya, bagaimanapun juga Bu Yati pasti selalu memikirkan kelakuan anak nya yang sekarang, apalagi sampai sekarang Rio tidak ada kabar dan tidak ada pulang sama sekali.
Retno langsung mencatat barang yang kosong yang sering di butuhkan para pembeli.
"Semoga warung ini semakin penuh dan komplit." Gumam Retno sambil menatap uang yang dari mertua nya dengan bibir tersenyum.
"Permisi." Terdengar suara seorang laki-laki membuat Retno langsung menyimpan uang dan menatap nya.
"Cari apa?" Retno mengira laki-laki tersebut akan membeli sesuatu di warung nya.
"Maaf Bu, pak Rio nya ada?"
Retno menatap laki-laki tersebut dari atas sampai bawah, melihat dari penampilan nya Retno mengira kalau laki-laki yang ada di hadapan nya ini adalah seseorang yang mau nagih hutang.
"Pak Rio? sudah lama ngga ada memang nya ada apa yah pak?" Retno balik bertanya karena memang Retno tidak tahu dengan maksud kedatangan nya apalagi langsung mencari Rio suami nya.
"Begini Bu, saya dari koperasi mau nagih sama pak Rio karena sudah mau dua Minggu pak Rio tidak ada membayar angsuran." Ucap petugas koperasi membuat Retno kaget dan sedikit emosi, ternyata selain Rio menghabiskan isi warung, dan selalu minta serta menyuruh mencari pinjaman, Rio juga minjam uang ke pihak koperasi tanpa sepengetahuan diri nya.
"Oh gitu yah pak, maaf saya ngga tahu pak Rio dimana." Ucap Retno sedikit ketus karena emosi dengan Rio.
Terlihat penagih koperasi tersebut mengerutkan kening nya, "Ini warung nya pak Rio kan? Maaf ibu istri nya?" Petugas koperasi tersebut merasa heran dengan Retno yang sepertinya tidak mengenali Rio.
"Yah benar saya istri nya, tapi saya memang tidak tahu dimana pak Rio berada." Ucap Retno membuat petugas koperasi semakin heran dengan Retno.
"Kok ibu bisa sampai tidak tahu begitu?"
"Yah memang saya ngga tahu pak, dia pergi sudah hampir satu bulan dan tidak pernah kembali, kabar pun tidak ada bapak hubungi saja dia, bapak tahu kan nomor nya?"
"Bolah saya minta nomor nya Bu?"
Retno langsung memberikan nomor Rio kepada petugas koperasi, "Ini pak, mudah-mudahan pak Rio menerima panggilan bapak, soalnya panggilan dari saya tidak pernah di terima nya."
"Oh iya Bu makasih, maaf Bu terus masalah angsuran nya bagaimana? Apa ibu mau membayar nya?"
Retno menatap ke arah petugas koperasi dengan tatapan amarah nya, "Sekarang saya mau tanya sama bapak, apa pas pak Rio meminjam uang sama bapak dia di dampingi saya istri nya? Apa ada tanda tangan saya di berkas pinjaman nya? Maaf pak saya tidak akan membayar angsuran nya karena sewaktu pak Rio meminjam saya tidak di ikut sertakan, berarti angsuran nya pak Rio tidak ada hubungan nya dengan saya, memang nya sewaktu meminjam bapak tidak menyuruh pak Rio untuk membawa istri nya gitu? Setahu saya yah pak, pinjam uang ke bank, koperasi atau yang lain nya harus ada izin dari suami atau istri bagi yang sudah berkeluarga, tapi apa bapak melihat saya ikut menandatangani berkas pinjaman pak Rio?" Retno panjang lebar mengatakan yang dirinya ketahui dengan masalah pinjaman membuat pegawai koperasi tersebut terdiam.
"Benar sekali yang ibu katakan barusan, tapi mungkin waktu penandatanganan berkas itu di lakukan oleh teman saya."
"Kalau begitu bapak tanyakan saja sama teman bapak yang mengurus pinjaman nya, kalau memang saya ikut serta menandatangani surat berkas pinjaman, maka saya akan membayar angsuran setiap Minggu nya, tapi jika tidak terbukti saya menandatangani berkas nya, sampai kapan pun saya tidak akan membayar nya." Ucap Retno dengan sangat tegas.
Retno bukan tidak mau membayar angsuran Rio, tapi selain memberikan pelajaran kepada para pegawai koperasi, Retno juga tidak mau menambah beban hidup nya.
Retno harus membayar angsuran ke bank yang tinggal beberapa kali bayar lagi, Retno tidak mau sampai di kejar-kejar oleh pihak bank karena dirinya ikut menandatangani berkas pinjaman waktu itu.