Luna harus menerima kenyataan pahit saat mengetahui jika suaminya yang baru saja menikahinya memiliki hubungan rahasia dengan adiknya sendiri.
Semuanya bermula saat Luna yang memiliki firasat buruk di balik hubungan kakak beradik suaminya (Benny dan Ningrum) yang terlihat seperti bukan selayaknya saudara, melainkan seperti sepasang kekasih.
Terjebak dalam hubungan cinta segitiga membuat Luna pada akhirnya harus memilih pada dua pilihan, bertahan dengan rumahtangganya yang sudah ternodai atau memilih menyerah meski perasaannya enggan untuk melepas sang suami..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy2R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(Sebuah Kabar Pernikahan)
"Ningrum merusak semua rencana indahku dengan Luna, Bay. Obsesinya dan kecemburuannya padaku membuatnya bertingkah di luar nalar. Dia selalu saja menggodaku dan berusaha menjadi perusak di tengah pernikahanku dengan Luna," ungkap Benny.
"Kamu tahu, Benn? Wanita kalau sudah terlanjur terobsesi dengan sesuatu, obsesinya itu bisa berubah menjadi hal yang mengerikan. Wanita bisa melakukan apapun demi mewujudkan obsesinya itu," kata Bayu.
"Itulah yang aku takutkan dari sosok Ningrum, Bay,"
Benny lalu bercerita kepada Bayu mengenai apa yang pernah didengar Retno di rumah sakit tentang Ningrum yang memiliki rencana jahat terhadap Luna.
Benny juga bercerita mengenai ponselnya dan ponsel Hendra yang diam-diam diutak-atik oleh Ningrum tanpa sepengetahuan mereka sehingga ia dan Hendra tak bisa berkomunikasi lagi dengan Luna.
"Terakhir, papaku bilang kalau Ningrum meminta pihak rumah sakit untuk membohongi Luna dan mertuaku mengenai keberadaan mamaku," lanjut Benny.
"Gi-la gi-la.." Bayu menggelengkan kepalanya. "Lebih baik kamu jauhkan Luna dari jangkauan Ningrum, Benn, kasihan Luna kalau sampai benar si Ningrum berniat jahat kepadanya," usulnya.
"Iya, Bay, aku tahu. Itu sebabnya aku membelikan rumah untuk Luna yang akan kami berdua tinggali nanti. Aku sengaja merahasiakan hal ini dari mama dan juga Ningrum," kata Benny.
"Dari mamamu juga?"
Benny mengangguk, "Mamaku memang saat ini sedang kesal dan kecewa pada perbuatan Ningrum, tapi aku tahu jauh di lubuk hatinya, mamaku itu masih menyimpan rasa sayang terhadap anak perempuannya. Itu sebabnya aku tak bisa memberitahu mamaku di mana alamat tempat tinggalku yang baru," jelasnya.
"Aaah!" Bayu meregangkan kedua tangannya ke atas. Setelah itu, ia berkata, "Serumit itu hidupmu setelah menikah, Benn,"
"Yaahh begitulah,"
"Eh ngomong-ngomong, bagaimana rasanya si Luna? Nikmat mana kalau dibandingkan dengan miliknya si mantanmu itu?" goda Bayu.
"Boro-boro bisa membandingkan, Bay, tahu rasanya saja belum," ucap Benny.
"Hah, gimana maksudnya?"
"Aku dan Luna belum sempat melakukan malam pertama kami, Bay. Malam setelah acara pernikahan, si Ningrum membuat ulah, akhirnya Luna sedikit marah padaku dan aku sendiri juga sudah kehilangan nafsu b*rahi gara-gara masalah si Ningrum itu," ungkap Benny.
Bayu kembali tertawa. "Jadi perawan tidaknya si Luna, kamu belum tahu?" tanyanya memastikan.
Benny menggeleng pelan, "Belum.." jawabnya.
"Ckckckk.. kasihannya si empritmu itu. Dia belum bisa merasakan hal indah yang sudah menjadi miliknya," ejek Bayu sembari melirik ke bagian sensitif Benny yang terbungkus celana.
"S*alan kamu, Bay! Enak saja kamu mengatai milikku emprit!" protes Benny.
Bayu tertawa terpingkal-pingkal.
"Eh ngomong-ngomong, kamu sudah tahu belum kalau si mantan kesayanganmu itu mau menikah minggu depan?" tanya Bayu, mengalihkan pembicaraan.
"Hah, benarkah dia mau menikah minggu depan? Dengan siapa? Orang mana? Dan lagi, kenapa aku tak dapat undangan darinya? Ah.. apa jangan-jangan dia hamil duluan ya? Makanya dia malu dan tak mengadakan pesta pernikahan? Itu sebabnya tak ada undangan yang disebarnya," ucap Benny dengan segala pikiran buruknya.
Plak!
Tamparan keras dari tangan Bayu mendarat tepat di pipi Benny, lelaki tampan itu sampai meringis kesakitan dibuat Bayu.
"Sembarangan kamu, Benn. Meskipun Danisha sudah tak perawan setelah kamu renggut kesuciannya, tetap saja di mataku dia adalah perempuan baik-baik. Dia akan menikah dengan seorang lelaki baik yang mau menerima kekurangannya. Lelaki itu, kata Danisha adalah seorang CEO di sebuah perusahaan ternama di negera tetangga," bela Bayu.
Danisha sendiri adalah mantan pacar sekaligus perawan pertama Benny yang dipacarinya jauh sebelum mengenal Luna.
Keduanya sempat berpacaran diam-diam di belakang keluarga Benny sampai 3 tahun lamanya.
Benny sebenarnya hendak melamar Danisha saat anniversary hubungan mereka ke 3 tahun di hadapan semua teman-temannya. Namun sialnya, semua rencana Benny ketahuan oleh Ningrum.
Dengan teganya, Ningrum merusak semua hal indah yang sudah Benny siapkan untuk Danisha. Dan karena ulah Ningrum itulah, Benny akhirnya memutuskan hubungannya dengan Danisha.
Setelah kejadian itu, Danisha menghilang. Ia tak pernah lagi terlihat oleh mata Benny di manapun itu.
Kabar terakhir yang didengar Benny tentang Danisha saat mantan pacarnya itu hendak pergi ke luar negeri dengan alasan melanjutkan study-nya. Setelahnya, Benny tak pernah mendengar kabar apapun tentang Danisha.
"Benarkah? Lalu, kenapa dia tak mengadakan pesta pernikahan? Padahal calon suaminya orang besar," cibir Benny.
"Kata siapa kamu kalau Danisha tak mengadakan pesta pernikahan?"
"Buktinya tak ada undangan yang datang untukku," kata Benny.
"Danisha memang sengaja tak mengundangmu, Brother. Saat ku tanya kenapa, Danisha cuma bilang kalau dia tak ingin merusak hari istimewanya dengan kedatanganmu," ungkap Bayu.
"Sebegitu bencinya Danisha padaku," lirih Benny.
"Heh, manusia tak tahu diri! Kamu pikir dengan perbuatanmu di masa lalu itu, masih bisakah seorang wanita seperti Danisha tak membencimu?" ucap Bayu dengan nada sedikit meninggi.
Benny sampai terkejut mendengar suara Bayu, "Aku punya alasan kuat kenapa aku sampai memilih menyakiti Danisha di masa lalu daripada harus mempertahankan hubungan kami," terangnya.
"Halah!"
Bayu beranjak dari duduknya, ia lalu melenggang pergi, meninggalkan Benny seorang diri di balkon apartemennya.
Benny menghela nafasnya panjang, "Aku tahu apa yang sedang kamu sembunyikan dariku, Bay." gumamnya.
**
Di dalam kamar apartemennya, terlihat Bayu yang sedang berdiri di depan jendela kamarnya dengan ponselnya yang ia tempelkan ke telinga.
"Halo, Bay," ucap seseorang dari seberang telepon.
Bayu tersenyum tipis, "Kamu sedang sibuk, ya? Maaf kalau aku mengganggumu," ucapnya sopan.
Dari teleponnya terdengar suara tertawa kecil dari si penerima telepon. "Kamu kenapa sih? Kok bicaramu masih saja begitu? Kita kan sudah bukan orang asing lagi, Bay," ucapnya.
"Ah.. ya, kamu benar. Tapi entah kenapa aku masih saja canggung padamu," kata Bayu.
"Padahal kita kenal sudah lama lho. Bukan setahun dua tahun kita bersama, Bay,"
"Ya, kita memang sudah lama bersama, tapi baru beberapa bulan ini aku bisa memiliki hatimu," ujar Bayu.
"Maaf, Bay, andai saja dulu aku lebih peka kepada perasaanmu, mungkin saja saat ini kita sudah bersama," ucap si penerima telepon.
"Tak apa," kata Bayu.
"Hem.. kamu sedang di mana sekarang? Di rumah atau di apartemen?"
"Di apartemen, kenapa memangnya?" tanya Bayu.
"Bolehkah aku ke sana? Aku rindu padamu, Bay,"
Seketika, rona wajah Bayu memerah.
"A- apa benar kamu merindukanku?" tanyanya gugup.
"Benar. Memangnya kamu tak rindu padaku?"
"A- aku juga sangat merindukanmu," ucap Bayu. "Tapi, aku tak bisa mengizinkanmu datang ke apartemenku malam ini," lanjutnya.
"Kenapa?"
"Ada, ada Benny sekarang di sini." Tiba-tiba saja Bayu memelankan suaranya.
"Ah begitu.."
Di tengah obrolan Bayu dengan kekasihnya, tiba-tiba saja terdengar suara Benny dari balik pintu kamarnya.
"Aku pulang dulu ya, Bay, terima kasih karena kamu sudah mau mendengarkan semua curhatanku," teriak Benny.
"Ya, Benn. Hati-hati di jalan," balas Bayu.
"Hem.. semoga langgeng ya, Bay, untuk pernikahanmu dengan Danisha.."
Kalimat terakhir Benny sebelum ia berlalu berhasil membuat Bayu terkejut.
Dalam hati, ia bertanya-tanya dari mana Benny bisa tahu mengenai rencana pernikahannya dengan Danisha.
"Halo, Bay.. apa Benny sudah pergi?"
_