Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#3. Kecurigaan Warga.
Annisa kembali keluar kamar dengan mengenakan kerudung dan niqob-nya. Ketika sampai di ruang tamu, sepasang matanya yang indah bertabrakan dengan manik mata yang sebiru lautan milik Choki.
Annisa pun memberi isyarat pada Choki untuk bersembunyi di dalam. Karena, gadis ini tak mau jika ada orang lain yang menyadari bahwa dirinya menampung seorang lawan jenis di dalam rumahnya.
Apalagi selama ini citra Annisa sangat baik di mata masyarakat.
Sekalipun dirinya tinggal sendiri. Semua warga menghormati juga menghargai dirinya. Tak ada satupun, pria yang berani menggoda dirinya secara terang-terangan. Walaupun terdapat beberapa pria yang menginginkan Annisa sebagai istri dan itu di sampaikan melalui aparat warga yaitu pak RT.
Annisa, entah kenapa belum memikirkan untuk berumah tangga. Gadis itu masih merangkai hatinya menerima sebuah musibah besar yang hadir secara mendadak dalam hidupnya.
"Assalamualaikum!!"
Seseorang yang mengetuk pintu memberi salam, dengan ketukan semakin keras.
Klek!
"Wa'alaikum salam," jawab Annisa setelah membuka pintu dan nampaklah seorang ibu-ibu, yang mengenakan daster selutut, serta kerudung instan. "Ada apa yang Bu?" tanya Annisa dengan senyum ramah di wajahnya.
"Cuma mau nanya. Kamu kedatangan sodara?" tanya ibu itu menelisik sambil melirik ke dalam melalui celah pintu. Hingga, Annisa maju keluar dah menutup pintu tersebut.
"Gak ada, Bu. Keluarga dari kampung belum ada yang datang kesini," jawab Annisa dengan perasaan hati yang tegang campur takut. Risau, memikirkan tanggapan para warga jika tau di dalam rumahnya ada seorang pria tampan yang kebule-bulean.
"Masa sih? Tadi, pas bapak pulang dari musholla katanya ada bayangan tinggi di rumah kamu kayak sosok cowok gitu," cecar Ibu-ibu tersebut menelisik lebih dalam.
"Mungkin bapak salah liat, Bu. Saya masih sendirian seperti biasa," jawab Annisa berusaha tetap memasang ekspresi tenang.
"Ya, jaman sekarang mah, kita tetangga juga kudu awas Annisa. Karena kelakuan bejat itu gak peduli muslimah ataupun muslim yang terlihat alim. Ya sudah kalau tidak ada, saya mau pulang dan menyampaikan ini sama bapak," ucap Ibu tersebut seraya melangkah pergi. Akan tetapi, ekor matanya menangkap sesuatu di balik pot bunga.
"Sepatu laki-laki? Baik, aku akan sampaikan ini langsung ke pak RT saja. Awas aja kamu Annisa," batin ibu berdaster tersebut.
"Maaf ya, Bu. Insyaallah Annisa bisa menjaga marwah muslimah," ucap Annisa.
"Semoga saja Annisa. Karena kalau sampai terbukti kamu macam-macam. Seluruh warga kampung bisa saja mengusir kamu dari sini," ucap ibu itu lagi tegas.
"Astagfirullah. Pemuda itu harus pergi secepatnya dari sini. Kalau sampai ketahuan warga. Hidupku bisa berantakan. Nama baikku akan hancur seketika," batin Annisa.
Setelah wanita berdaster yang merupakan tetangga tak jauh dari rumahnya itu pergi, Annisa kembali masuk kedalam. Gadis itu menghela napasnya, ketika ia melihat piring dan gelas yang berserakan di atas meja. Semoga, ibu tadi tak menyadarinya. Pikir Annisa.
Di datangi salah satu tetangga. Membuat Annisa semakin risau dan khawatir. Ia takut, jika keberadaan pemuda ini bisa merusak citranya di mata masyarakat. Meskipun, niat Annisa memang tulus hanya ingin menyelamatkan saja.
"Sebaiknya. Anda pergi dari rumah saya secepatnya. Saya tidak mau jika, para warga tau, kalau saya menampung lawan jenis," tegas Annisa, bicara pada Choki.
Pemuda yang tengah duduk memainkan ponselnya ini, langsung mendongak dan menatap tajam ke arah Annisa.
"Takkan ada yang tau. Lagipula, aku akan bersembunyi di dalam rumahku. Aku berjanji tidak akan ada masalah yang menimpamu," ucap Choki penuh keyakinan.
Annisa, memejamkan matanya serta menarik napas dalam. Ia tak tau lagi bagaimana cara mengusir pemuda keras kepala di hadapannya ini.
"Sudah ada satu keluarga yang mencurigai ku. Dia termasuk salah satu warga yang ingin tau urusan orang lain. Istilahnya jaman sekarang itu kepo. Jadi, saya sangat khawatir jika keberadaan kamu ini akan merusak nama baik saya. Lagipula, keadaanmu sudah sehat. Kamu pasti kuat untuk melakukan perjalanan kembali. Atau, hubungi orang rumahmu atau temanmu. Menggunakan ponselmu itu," jelas Annisa sekaligus memberi saran kepada Choki.
"Keadaanku masih terancam. Bahkan, kawan-kawanku menyarankan agar aku sembunyi terlebih dulu. Jadi, bagaimana mungkin aku keluar sekarang yang artinya sama saja menjemput maut-ku sendiri," jelas Choki masih bersikukuh untuk tetap bertahan sembunyi di rumah Annisa.
"Huh, kenapa anda sama sekali tidak mengerti situasi," Annisa terlihat memijat pangkal hidungnya. Kepalanya mendadak pusing.
Kenapa jadi begini.
Bukankah niatnya hanya ingin menolong. Kenapa pria ini terus memaksa untuk tinggal. Apakah Allah tidak akan murka padanya, kalau begini? batin Annisa.
"Kalau begitu, tutup tubuh bagian atasmu itu dengan ini!" ujar Annisa seraya memberikan sarung kepada Choki.
"Aku akan membuang pakaianmu yang penuh darah itu. Karen aku tidak mungkin mencucinya dan menjemur di sini," ucap Annisa yang kemudian masuk kembali kedalam kamar. Setelahnya, wanita itu keluar dengan membawa handuk dan pakaian ganti.
"Lalu, apakah kau punya kaus yang bisa ku pinjam?" tanya Choki.
"Aku tidak punya. Adanya gamis dan mukena," jawab Annisa.
"Sudahlah, aku pakai ini saja!" ketus Choki.
Pemuda itu nampaknya agak kesal karena gadis ini terus saja mengusirnya.
Tak lama ponselnya mati, sementara kabel charge yang Annisa miliki tidak cocok.
"Haih, ponselku ini seharga dua puluh lima juta, jadi mana cocok dengan charger seharga dua puluh ribu," cibir Choki.
Annisa tidak mempedulikan Choki yang terus menggerutu. Gadis itu telah rapih dan hendak pergi mengajar. Tak lupa, ia membawa puluhan bungkusan basreng yang di masukkan kedalam sebuah dus mi instan.
"Kalau kamu pergi. Lalu nanti saya makan apa?" tanya Choki. Bahkan, Annisa belum memberikannya sarapan pagi.
"Di dalam kulkas ada telur dan juga mi instan. Anda bisa kan masak sendiri?" tukas Annisa. Gadis itu berkali-kali melihat jam yang melingkar di tangannya.
"Sial! Sejak kapan gue makan begituan. Mau gak mau dah!" batin Choki.
Pemuda itu pun mengangguk lemah, dan Annisa pun pergi meninggalkannya. Demi tak di curigai warga maka Annisa mengunci rumahnya dari luar.
Akan tetapi, Annisa lupa jika pintu belakangnya tidak di kunci.
Maka ketika Choki, membuka pintu itu sedikit demi mencari hawa, salah satu warga memotret keberadaannya dan melapor pada pak RT.
Memang setelah ibu berdaster itu menyambangi Annisa tadi lagi, ada beberapa warga yang mengawasi kediaman rumah Annisa.
Sore hari, Annisa baru kembali kerumah.
Ia di kagetkan dengan keadaan dapur yang sangat berantakan.
"Apa yang anda lakukan dengan dapur saya!!" pekik Annisa, seraya memegangi kepalanya.
"Wajar. Saya kan laki-laki. Jadi mana pernah masak. Lagipula, sebelah tangan saya kan sakit," jawab Choki santai tanpa rasa bersalah sama sekali.
Annisa menghembuskan napasnya demi mengontrol amarah. Tak lupa istighfar juga ia ucapkan berkali-kali dari balik niqob-nya.
Kemudian Annisa meminta Choki untuk membantunya membersihkan area dapur.
Sementara itu, beberapa warga nampak mengawasi dari depan rumah dan juga samping.
"Kayaknya beneran ada laki-laki yang di sembunyikan oleh Annisa," bisik salah satu warga.
"Kita hanya perlu bukti. Jangan bertindak gegabah apalagi anarki," pesan pak RT.
Di dapur.
Choki nampak kesulitan ketika Annisa memintanya mengepel lantai yang licin karena ulahnya tadi menggoreng telur.
"Hey kenapa basah sekali, aku kan ... akh!" Annisa terpeleset dan mereka berdua pun terjatuh. Posisi Choki yang membelakangi Annisa membuat pria itu jatuh tengkurap dan tertimpa tubuh gadis tersebut.
"Bahuku!" pekik Choki.
Untung saja pria itu sudah mengenakan kaus yang di belikan oleh Annisa.
Tiba-tiba, dari arah pintu belakang.
Brakk!!
"Astagfirullahal adzim!"
"Keterlaluan kamu Annisa!!"
Bersambung.
Jazakillah khairan author
👍👍👍👍👍
ana uhibbuki fillah untuk perempuan