Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Pertemuan itu pun terjadi, Faaris datang lebih dulu dari Balqis, karena Balqis harus menitipkan ibu nya terlebih dulu pada suster selama dia pergi.
Balqis masuk ke dalam cafe dengan wajah yang kusut, juga penampilan nya. Maklum lah dia belum sempat membersihkan diri, karena di sibukan dengan memikirkan keadaan ibu nya.
"Tuan.." Sapa Balqis setelah dia menemukan dimana Faaris duduk, pria itu tengah duduk santai dengan di temani secangkir kopi hitam. Penampilan nya rapih, kemeja putih dengan tiga kancing atas nya terbuka, menampakan dada bidang berbulu nya. Celana bahan hitam dan sepatu pentofel yang pas melekat di tubuh nya.
"Hmm, kau cukup lama Balqis."
"Maaf membuat anda menunggu Tuan." Jawab Balqis.
"Sudah, jadi apa tujuan mu?"
"Ha-hanya ingin meminjam sejumlah uang untuk biaya operasi ibu saya, Tuan." Jawab Balqis lirih.
"Berapa?"
"300 juta, Tuan."
"Sebanyak itu? Apa yang akan kau berikan padaku sebagai jaminan?" Tanya Faaris serius, mata nya menatap Balqis dengan tajam. Di tatap seperti itu, Balqis merasa nyali nya menciut.
"Kenapa diam? Harus nya kau tau sebelum meminjam uang pada ku, kau harus memberi jaminan!"
"Baik tuan, saya akan bekerja seumur hidup dengan anda." Jawab Balqis.
Faaris tersenyum mengejek, pria itu berdecih.
"Bagaimana kalau aku memberi mu sebuah penawaran."
"Penawaran apa tuan?" Tanya Balqis.
"Ku anggap hutang mu lunas kalau kau tidur bersama ku."
"H-ahh? Maksud tuan?"
"One night stand with me tonight?" Tanya Faaris.
Balqis menganga mendengar penawaran Faaris, itu artinya dia harus bersedia menukar kesucian nya dengan sejumlah uang?
"Aku tak punya banyak waktu Balqis, kau sanggup atau tidak?" Tanya Faaris, membuat Balqis gelagapan.
"Aku akan menambahkan 200 juta lagi, jadi total nya 500 juta kalau kau bersedia."
Balqis masih terdiam, dia memikirkan penawaran gila dari bos nya. Harus kah dia melakukan pertukaran ini?
"Baiklah, aku pergi." Faaris bersiap akan pergi, tapi ucapan Balqis membuat nya kembali duduk.
"Saya bersedia Tuan." Ucap Balqis, Faaris tersenyum puas mendengar jawaban Balqis.
"Kalau begitu sebaiknya kau makan terlebih dahulu, kau belum makan kan?" Tanya Faaris, Balqis lemas, dia hanya mampu menggelengkan kepala nya pelan.
"Makan dulu, setelah itu kita ke hotel." Balqis mendongak, mendengar kata hotel saja pikiran nya sudah melayang entah kemana.
'Apa yang akan terjadi di hotel nanti? Aku takut! Tapi aku tak bisa mundur lagi, ini demi kesembuhan Ibu.' Batin Balqis.
Balqis dan Faaris pun memulai makan malam mereka, Balqis makan dengan canggung, berbeda dengan faary yang nampak biasa saja, seperti tak terjadi apa-apa.
"Kapan ibu mu di operasi?"
"Malam ini tuan," Jawab balqis pelan.
"Bukan nya besok?"
"Di majukan Tuan, karena tadi penyakit Ibu kambuh lagi." Jawab Balqis.
"Ya, baguslah malam ini kita tidur bersama dan besok kau bisa melunasi tagihan nya."
"Ba-baik Tuan."
Setelah obrolan singkat itu, kedua nya kompak diam. Hanya beberapa kali Faaris menatap Balqis yang fokus makan dengan lahap, perempuan itu memang sangat lapar karena tadi siang dia batal makan bekal nya karena di rebut Faaris.
"Sudah selesai?" Tanya Faaris.
"Sudah Tuan."
"Kita pergi."
"Tapi makanan ini apa tidak di bayar?"
"Tak usah banyak tanya, biarkan orang lain yang mengurus nya. Cepat!" Tegas Faaris, dia berjalan mendahului Balqis dengan langkah lebar nya, membuat Balqis harus berlari kecil untuk menyusul Faaris. Tubuh nya yang terbilang kecil membuat nya kesusahan jika berjalan bersama Danish yang tinggi nya melebihi tinggi badan nya. Bahkan Balqis harus mendongak untuk menatap wajah pria itu.
Balqis ngos-ngosan saat Faaris berhenti di samping mobil sedan berwarna hitam mengkilat.
"Kau kenapa? Habis marathon?" Tanya Faaris dengan wajah datar nya.
"Tuan berjalan terlalu cepat." Jawab Balqis.
"Aku berjalan seperti biasa nya, kau saja yang pendek."
"Baik tuan." Ucap Balqis dengan ekspresi kesal nya, dia memang pendek tapi tak suka saat orang lain memanggil nya dengan sebutan pendek.
Balqis masuk ke dalam mobil yang sama, duduk tak tenang di samping pria itu di bangku belakang. Balqis meremass rok nya, dia merasakan kegugupan yang luar biasa. Apalagi aroma tubuh pria itu mengusik indra penciuman nya.
"Are you okay, Balqis?"
"Yes, I'm okay." Jawab Balqis lirih. Tapi bahasa tubuh nya menjawab lain, beberapa kali perempuan itu menyentuh tengkuk nya salah tingkah.
Faaris meraih tangan Balqis dan menggenggam nya erat, membuat Balqis melotot dan berusaha menarik tangan nya, tapi genggaman pria itu terlalu erat.
"Diam Balqis, nanti di hotel bukan hanya tangan mu yang aku pegang, tapi semua nya." Bisik Faaris membuat tubuh Balqis membeku, bulu kuduk nya meremang.
Singkat nya, mobil yang di kendarai supir pribadi Faaris itu berhenti di salah satu hotel berbintang.
"Terimakasih, kau bisa pulang dan jangan bicara apapun."
"Baik tuan, saya mengerti." Jawab sang supir.
Faaris keluar dari mobil, begitu juga dengan Balqis yang ikut turun mengikuti Faaris memesan kamar di resepsionis.
"Satu kamar VVIP."
"Baik tuan, ini card acces nya." Resepsionis itu memberikan kartu akses masuk kamar dan Faaris membayar kamar itu dengan kartu hitam tanpa limit nya, hanya satu menit saja semua nya selesai.
Faaris menarik tangan Balqis memasuki lift, karena Faaris memesan kamar terbaik untuk melakukan malam panas nya dengan sang sekretaris.
Singkat nya, Balqis dan Faaris sudah berdiri di depan sebuah pintu. Balqis kembali di landa kegugupan luar biasa, apalagi saat menyadari kalau Faaris berhasil membuka pintu kamar itu menggunakan card acces.
"Masuk balqy!" Balqis masuk, baru masuk saja aura nya sudah mencekam menurut nya.
"Pergi bersihkan tubuh mu dengan baik, jangan kecewakan aku dan pakai ini." Faaris melempar sebuah paper bag ke arah Balqis, dengan lesu Balqis mengambil paperbag itu dan membawa nya ke kamar mandi.
Saat menunggu Balqis mandi, Faaris mengirim pesan dari pelayan pribadi istri nya, kalau dia takkan pulang malam ini dengan alasan bertemu klien penting.
"Maaf aku membohongi mu sayang, tapi sungguh aku tak tahan menahan ini, aku membutuhkan pelampiasan. Meskipun aku sadar ini salah, tapi aku tak bisa mundur lagi karena aku menginginkan nya." Gumam Faaris. tiga tahun hidup berdampingan dengan istri yang sakit tak bisa apa-apa, membuat Faaris kekurangan belaian. Dia haus kehangatan ranjang, dia pria normal yang butuh penyalur nafsuu. Dia tak bisa menahan hasrat selama nya, meski pun dia tahu ini salah.
Di dalam kamar mandi, Balqis menyabuni seluruh tubuh nya dengan sabun yang tersedia. Merendam tubuh nya dengan air hangat dan beberapa tetes aromaterapi, meski pun dia merasa terpaksa melakukan ini hanya karena semata-mata dia butuh uang dan Faaris butuh kepuasan. Tapi benar kata Faaris, pria itu membayar nya dengan harga tinggi, dia tak bisa mengecewakan nya.
Setelah selesai dengan ritual mandi nya, Balqis mengelap tubuh nya dengan handuk dan membuka paperbag itu.
Kedua mata Balqis terbelalak saat tau apa isi dari paperbag itu, sebuah baju haram berwarna merah cerah lengkap dengan dalaman tipis nya.
"Pakaian macam apa ini? Tipis sekali." Gumam Balqis, dia membulak balikan baju itu. Tak ada bagus-bagus nya, kain nya sangat tipis hingga menerawang.
"Tak ada guna nya pakai dalaman." Gumam nya lagi, dengan berbagai pertimbangan terlebih dulu, akhirnya mau tak mau Balqis pun memakai pakaian itu.
Balqis membuka pintu, membuat Faaris yang sedang berdiri menghadap jendela segera membalikan tubuh nya, dia melihat Balqis yang nampak begitu seksi dengan balutan pakaian tipis itu, membuat nafsu nya semakin tak terkendali.
"Tuan.."
"Kau siap?" Tanya Faaris, dia mendekat dan membelai lembut wajah Balqis.
"Siap tak siap saya harus siap kan? Ini demi ibu saya." Jawab Balqis.
"Kau ingin melakukan sesuatu terlebih dulu? Minum misalnya?"
"Tidak Tuan, saya tidak terbiasa minum minuman seperti itu." Jawab Balqis, dia melihat cairan merah di dalam gelas dekat meja nakas.
"Kau yakin tak mau mencoba nya walau seteguk?"
"Tidak Tuan, saya disini hanya untuk melayani anda, bukan untuk mabuk." Jawab Balqis penuh keyakinan.
"Kalau begitu mulai puaskan aku, Riana!"
Balqis diam, dia bingung harus memulai dari mana. Dia tak tau bagaimana mengawali hubungan semacam ini, karena ini pertama kali nya.
"Aku lupa kalau kau perempuan polos, ayoo aku ajari." Faaris menarik tangan Balqis, lalu mendudukan tubuh Balqis di pangkuan nya.
"Layani aku dengan baik, Balqis. Buka kan kancing kemeja ku," Balqis menurut dan mulai membuka satu persatu kancing kemeja Faaris dengan lembut, membuat darah Faaris berdesir hebat saat tangan halus itu tak sengaja mengusap dada nya.
"Tuan, bisa kah anda saja yang mulai?"
"Kenapa?"
"Hubungan ini terlalu tabu untuk saya yang pertama kali melakukan nya, Tuan." Jawab Balqis. Faaris tersenyum, ternyata sekretaris nya begitu polos.
Tanpa ragu, Faaris meraup bibir mungil kemerahan Balqis. Ingin sekali dia menolak ciuman Faaris, tapi dia ingat kondisi ibu nya mungkin saat ini sedang di operasi.
Faaris melumat bibir itu dengan buas nya, mencecap rasa manis dari bibir yang belum pernah tersentuh itu, Balqis memejamkan mata nya dia tak yakin mampu melihat wajah tampan Faaris dari jarak sedekat itu.
"Sambut aku, Balqis. Ini bukan ciuman pertama mu kan?"
Tanya Faaris, karena Balqis tak merespon ciuman nya.
"Ini yang kedua kali Tuan, yang pertama anda juga yang melakukan nya di kantor waktu itu."
"Ohh god, kau polos sekali. Tapi tak masalah, aku lebih suka perempuan seperti dirimu."
Ucap Faaris, pria itu kembali melabuhkan ciuman dalam nya, menyusupkan lidah nya ke dalam mulut Balqis, mengabsen setiap inchi rongga mulut Balqis, membuat perempuan itu merasa aneh dengan rasanya, tapi kelamaan enak juga.
Balqis meletakan kedua tangan Balqis di leher nya, dia juga memeluk pinggang ramping Balqis, sesekali memberikan remasan lembut di bokong perempuan itu.
Puas dengan bibir, kali ini Faaris berpindah ke leher putih Balqis, memberi nya tanda kemerahan tanda cinta atau tanda nafsu, entahlah apa itu nama nya.
Balqis merasakan bagian bawah nya berkedut aneh, padahal biasa nya tak seperti ini. Hingga Balqis mulai membuka jubah lingerie itu dan melempar nya sembarangan.
Pria itu menurunkan tali kecil di pundak Balqis, membuat pakaian tipis itu hampir terbuka. Faaris membuka kain tipis penutup dua bulatan kenyal di dada Balqis, dengan cepat pria itu mengulum puncak nya, membuat Balqis memekik karena terkejut.
Sebelah tangan juga aktif bekerja, meremas lembut sebelah buah kenyal Balqis, membuat Balqis kembali memejamkan mata nya, sedikit menikmati perlakuan Faaris di tubuh nya.
"Berapa ukuran bra mu, Balqis?" Tanya Faaris di sela kegiatan menyusu nya.
"36B, Tuan." Jawab Balqis lirih.
"Cukup besar, dan cukup memuaskan." Faaris menghentikan kegiatan nya.
"Berdiri dan telanjangi dirimu untuk ku, Balqis." Pinta Faaris.
Balqis membulatkan mata nya, dia malu tapi tak ada guna nya saat ini. Sudah kepalang tanggung dia disini sekarang, tak ada jalan untuk mundur lagi.
Balqis membuka pakaian nya, hingga membuat tubuh seksi nya terekspos jelas, karena tak ada sehelai benang pun yang menempel di tubuh nya.
"Balqis, aku tak menyangka tubuh mu begitu menggiurkan. Aku tak sabar ingin menikmati nya," Ucap Faaris, pria itu tersenyum nakal menatap tubuh polos Balqis.
Wajah Balqis memerah, dia malu setengah mati, ini pengalaman pertama nya bertelanjang di depan seorang pria, yang sialnya adalah bos nya sendiri.
Faaris kembali menarik Balqis, hingga membuat perempuan itu jatuh di pelukan nya, pria itu lagi-lagi mendudukan Balqis di atas pangkuan nya.
Faaris mulai melanjutkan permainan nya, dia juga menyelipkan jari tengah nya di kacang kecil yang terjepit di antara irisan daging tanpa tulang, mengusap nya lembut, membuat Balqis bergerak tak karuan.
"Geli atau enak?"
"Tidak kedua nya." Jawab Balqis pelan.
"Lalu? Kenapa bergerak-gerak Kau membuat senjata ku semakin menegang."
Balqis memilih diam saja, dia tak mau menanggapi godaan pria itu.
"Aahhhsss..." Balqis memekik saat jari tengah Faaris menerobos masuk ke dalam inti nya tanpa permisi.
"Kenapa?"
"Sakit Tuan.." Jawab Balqis, wajah nya memerah lagi.
"Ini hanya sebagai pemanasan sebelum milik ku yang masuk nanti." Jawab Balqis, masih dengan wajah datar nya. Dia malah kembali melayangkan ciuman mesra nya di bibir Riana, tangan nya juga bergerak keluar masuk, membuat Riana melenguh pelan, meski sakit tapi masih sedikit terasa nikmat.
Faaris mengubah posisi nya, membaringkan Balqis dan mengungkung nya tanpa melepaskan ciuman bibir nya.
Faaris bangkit dan bergerak turun dengan meninggalkan kecupan basah di seluruh tubuh balqy, dari atas sampai bawah. Hingga puncak nya kepala pria itu tenggelam di antara paha Riana.
"Ahhhh..." Balqis melenguh saat merasakan lidah pria itu menari-nari di inti nya, bahkan memutar-mutar di area klitoriss nya.
"Hentikan tuan, gelii.." Pinta Balqis tapi Faaris tak mendengarkan dan tetap asik dengan kegiatan nya. Sudah lama dia tak memanjakan diri dengan menikmati cairan wanita.
Balqis menjambak kecil rambut Faaris, hingga membuat rambut klimis pria itu acak-acakan karena ulah nya, tapi Faaris tak marah sedikit pun, mungkin menganggap ini wajar.