Di dunia di mana para dewa pernah berjalan di antara manusia, sebuah pedang yang terlupakan bangun, melepaskan kekuatan yang dapat mengubah dunia. Seorang pemuda, yang ditakdirkan untuk kehebatan, menemukan sebuah rahasia yang akan mengubah nasibnya, tetapi dia harus memilih pihak, pilihan yang akan menentukan nasib dunia. Cinta dan kesetiaan akan diuji ketika dia menjelajahi dunia sihir, petualangan, dan roman, menghadapi ancaman yang dapat menghancurkan jaringan eksistensi. Warisan Para Dewa menunggu... Apakah kamu akan menjawab seruannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pramsia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21: Ujian Kekuatan
Setelah mengikuti guru legendaris ke dalam hutan lebat di puncak Gunung Harapan, Jian, Kai, dan Mei merasakan perubahan suasana. Udara semakin tebal, dan suara alam menjadi lebih intens. Mereka tahu bahwa mereka akan segera menghadapi ujian yang akan menguji kekuatan batin dan fisik mereka.
Guru itu berhenti di sebuah tempat terbuka, dikelilingi oleh pepohonan tinggi dan suara gemericik air. "Di sini, kalian akan menjalani ujian pertama kalian," katanya dengan suara tenang. "Ujian ini akan menguji ketahanan dan kekuatan mental kalian."
"Apa yang harus kami lakukan?" tanya Jian, sedikit cemas tetapi penuh semangat.
"Setiap dari kalian akan terpisah dan dihadapkan pada ketakutan terdalam kalian. Hanya dengan menghadapi ketakutan itu, kalian akan menemukan kekuatan sejati dalam diri kalian," jawab guru itu.
Kai dan Mei saling berpandangan, merasakan ketegangan. "Kami siap," kata Kai, berusaha menegaskan keberanian mereka.
"Baiklah, maka mulailah perjalanan masing-masing," kata guru itu. Dalam sekejap, mereka terpisah, dan Jian merasa seolah dunia di sekitarnya menghilang.
Jian: Menghadapi Ketakutan
Jian menemukan dirinya di sebuah ruangan gelap yang sepi. Suara langkah kakinya bergema, dan dia merasa terjebak dalam kegelapan. Di sekelilingnya, bayangan-bayangan menjulang tinggi, menakutkan dan mengancam. "Ini tidak nyata," bisiknya kepada dirinya sendiri, tetapi ketakutan menyusup ke dalam pikirannya.
Lalu, bayangan-bayangan itu mulai berbicara. "Kau tidak memiliki kekuatan. Kau tidak akan pernah cukup baik. Semua orang yang kau cintai akan meninggalkanmu," bisik suara-suara itu, menembus jiwanya seperti panah.
Jian merasakan hatinya berdegup kencang. Ia teringat akan semua momen ketidakpastian yang pernah ia alami. Namun, dengan setiap kata negatif yang terucap, dia mulai membangun keberanian di dalam dirinya. "Tidak! Aku akan membuktikan bahwa aku bisa," teriaknya, memecah kegelapan dengan suaranya sendiri.
Dengan tekad yang kuat, Jian menatap bayangan-bayangan itu. "Aku tidak akan membiarkan ketakutanku mengendalikan hidupku. Aku memiliki kekuatan di dalam diriku!"
Secara perlahan, bayangan-bayangan itu mulai memudar, dan cahaya mulai menyinari ruangan. Jian merasakan kekuatan baru mengalir dalam dirinya. Ia telah menghadapi ketakutannya dan menemukan keberanian yang selama ini tersembunyi.
Kai: Melawan Masa Lalu
Di tempat lain, Kai terbangun di tengah medan pertempuran yang hancur. Dia melihat bayang-bayang dari masa lalunya—anggota Sekte Bayangan yang telah ia sakiti, wajah-wajah yang penuh kemarahan dan kebencian. "Kau adalah monster!" teriak salah satu dari mereka. "Kau tidak pantas mendapatkan pengampunan!"
Kai merasakan beban berat di hatinya. "Aku tahu aku telah membuat kesalahan," katanya, suaranya bergetar. "Tapi aku berusaha untuk memperbaiki semuanya. Aku ingin menebus kesalahan dan membantu orang-orang."
Tetapi semakin ia berbicara, semakin banyak bayangan yang mendekat. "Kau tidak bisa mengubah masa lalu. Mereka tidak akan pernah memaafkanmu!"
Dengan setiap kata yang dilontarkan, Kai merasa putus asa. Namun, dalam hatinya, ia mendengar suara Jian dan Mei, mengingatkan dirinya akan tekadnya untuk berubah. "Aku tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi, tetapi aku bisa mengubah masa depan!" teriaknya, menantang bayangan-bayangan itu.
Semangatnya mulai membara, dan bayangan-bayangan itu mulai mundur. Kai menyadari bahwa ia tidak akan membiarkan masa lalunya mengendalikan dirinya. Ia telah menemukan kekuatan untuk melangkah maju dan tidak lagi terjebak dalam kesalahannya.
Mei: Mencari Kekuatan dalam Kelemahan
Di sisi lain, Mei menemukan dirinya di sebuah taman yang indah namun sepi. Di tengah taman, ada cermin besar yang memantulkan bayangan dirinya. Namun, bayangan itu tampak berbeda—lemah, ragu, dan penuh ketidakpastian.
"Siapa aku?" tanya Mei pada bayangan itu. "Aku tidak memiliki kekuatan seperti yang dimiliki kalian."
"Benar, kau tidak memiliki kekuatan," jawab bayangan itu. "Kau selalu bergantung pada orang lain. Tanpa mereka, kau tidak ada apa-apanya."
Mei merasakan kesedihan mendalam. Namun, ia juga menyadari bahwa kebaikan dan empati adalah kekuatan tersendiri. "Kekuatan bukan hanya tentang fisik," katanya. "Kekuatan sejati ada dalam cara kita mencintai dan mendukung satu sama lain."
Dengan pernyataan itu, bayangan di cermin mulai memudar. Mei tersenyum, menyadari bahwa ia memiliki kekuatan dalam dirinya, dan itu adalah untuk merangkul kelemahannya dan menjadikannya sebagai kekuatan.
Pertemuan Kembali
Setelah melewati ujian masing-masing, Jian, Kai, dan Mei akhirnya berkumpul kembali di tempat yang sama. Mereka melihat satu sama lain dengan tatapan yang baru—penuh rasa hormat dan pemahaman.
"Kita semua telah menghadapi ketakutan kita," kata Jian. "Kita telah menemukan kekuatan yang sejati dalam diri kita."
"Dan kita tidak sendirian," tambah Kai. "Kita memiliki satu sama lain untuk mendukung dan membangun kekuatan itu bersama-sama."
Mei tersenyum, merasakan ikatan yang lebih kuat di antara mereka. "Kita telah belajar bahwa kekuatan tidak hanya tentang kemampuan fisik, tetapi juga tentang keberanian, penyesalan, dan cinta."
Guru legendaris muncul di hadapan mereka, senyumnya menunjukkan kebanggaan. "Kalian telah melewati ujian ini dengan baik. Sekarang, kalian siap untuk belajar lebih banyak tentang kekuatan sejati yang ada di dalam diri kalian."
Dengan semangat baru dan rasa percaya diri yang meningkat, mereka bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka bersama guru legendaris, tahu bahwa mereka telah mengambil langkah pertama menuju kekuatan yang lebih besar.
(Bersambung ke Chapter 22)