Novel ini lanjutan dari Antara Takdir dan Harga Diri. Bagi pembaca baru, silahkan mulai dari judul diatas agar tau runtun cerita nya.
kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup nya, membuat Dunia Ridho seakan runtuh seketika. Kesedihan yang mendalam, membuat nya nyaris depresi berat hingga memporak porandakan semua nya.
Dalam kesedihan nya, keluarga besar Nur Alam sedang bertikai memperebutkan harta warisan, sepeninggal Atu Nur Alam wafat.
Mampu kah Ridho bangkit dari keterpurukan nya?.
silahkan simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Anastaria.
Tiga orang anak remaja berlari keluar dari pintu gerbang pondok pesantren.
Mereka segera masuk kedalam sebuah mobil Pajero sport yang terparkir di pinggir jalan, tidak jauh dari pintu gerbang pondok pesantren itu.
Syafiq yang pertama kali masuk, dilanjutkan oleh Hafizah dan belakangan, berjalan dengan santai Firdaus, dengan sarung yang masih melilit di pinggang nya.
Mobil pun meluncur kesatu tempat yang memang menjadi tujuan mereka semula, yaitu rumah makan sop iga sapi.
Setelah beberapa lama bergelut di kemacetan jalan raya, merekapun tiba di tempat tujuan.
Yuanchi Juan segera memesan lima porsi besar SOP iga sapi untuk mereka.
Seperti memberi kesempatan, Firdaus, Hafizah dan Syafiq duduk di seberang meja, berseberangan dengan papah nya serta Yuanchi Juan.
"Pernah makan disini?" tanya Yuanchi Juan pada Ridho.
Ridho menggelengkan kepala nya, setelah Anastasya meninggal, dia seolah tidak lagi perduli dengan ketiga putra putri nya, bagi nya, yang penting mereka makan.
Baru sekarang, dia tersadar bahwa kebersamaan seperti sekarang ini juga dibutuhkan oleh ketiga anak anak nya, bukan cuma cukup makan dan pakaian saja.
"Maafkan papah yang terlalu larut selama ini ya nak, papah janji akan mencoba memperbaiki semua nya" ucap Ridho menatap ketiga anak nya.
"Kami hanya ingin papah yang dulu, papah yang ceria, papah yang suka bercanda, kami tidak punya siapa siapa lagi selain papah" sahut Firdaus seraya tersenyum bahagia menatap sang papah yang kini sudah mau tersenyum menatap ketiga putra putri nya.
Pesanan mereka datang, lima porsi besar sop iga sapi.
"Makanlah yang banyak, biar kalian tambah sehat, mamah suka melihat kalian ceria seperti sekarang!" ujar Yuanchi Juan tersenyum bahagia melihat wajah ceria pada ketiga anak remaja itu.
Selagi mereka menyantap makanan mereka, masuk seorang wanita muda nan cantik dan seksi bersama seorang anak remaja, kira kira lebih tua dua tahun dari Firdaus.
Wanita itu terpana sejenak melihat kearah meja yang ditempati oleh Ridho dan keluarga nya.
"Ri… Ridho?" sapa wanita itu ragu ragu.
Ridho mengangkat wajah nya,menatap kearah wanita itu.
"Emi?, kau Emilia kan?" tanya Ridho juga.
"Iya!, aku Emilia, dan ini Raishana putri ku" sahut Emilia memperkenalkan anak remaja cantik yang berjalan di samping nya.
"Firdaus!, Hafizah! Dan kau Syafiq, perkenalkan ini Tante Emilia putri dari kakek Tiar!" ujar Ridho memperkenalkan Emilia putri Bastiar Arya Mangandara adik kandung dari Bastian Arya Mangandara ayah dari Anastasya ibu mereka.
Ketiga putra putri nya ini memang sudah sering mendengar cerita almarhumah mamah mereka tentang semua keluarga mamah nya, namun baru sekarang bertemu.
"Waaaoooo Firdaus, kau sudah remaja sekarang nak, coba seandainya nya almarhum kakak kamu tidak meninggal, tentu sebesar Raishana sekarang!" ujar tante Emilia.
"Jadi kami sebenar nya masih punya kakak yang sudah terlebih dahulu meninggal dunia pah?" tanya Hafizah.
Ridho menganggukkan kepala nya, "ya!, kakak nya Firdaus, mamah mu keguguran saat itu" jawab nya.
"Berarti mamah disana tidak kesepian ya pah, sudah berkumpul bersama kakak!" ucap Hafizah dengan keluguan nya.
Sejenak Ridho terpana mendengar ucapan putri nya itu, kenangan nya pun kembali berlayar ke masa silam, saat masih bersama Anastasya mengarungi awal awal kebersamaan dalam rumah tangga.
Serasa ada kepedihan di dalam dada Ridho, saat tersadar kini Anastasya sudah tidak ada lagi.
Hafizah yang tersadar dengan ucapan nya, menunduk sedih, menyesal kenapa berucap tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Sudahlah!, ayo kita makan lagi!" Yuanchi Juan mencoba mencairkan suasana.
Seorang wanita cantik berpakaian seksi masuk bersama putri nya yang seusia dengan Raishana juga, menatap kearah Emilia yang sedang bicara dengan Ridho itu.
"Emi?, kau bicara dengan siapa?" tanya nya.
Emilia memutar tubuh nya, menatap kearah wanita yang baru datang itu.
"Kak Ria!, ini Ridho dan putra putri nya kak!" sahut Emilia.
Wanita yang baru tiba itu adalah Anastaria, kakak kandung dari Anastasya.
Anastaria menatap kearah Ridho beberapa saat lama nya dengan tatapan kurang suka.
"Hmm!, gara gara ikut bersama mu, adik ku meninggal, keluarga ku berantakan, kau memang pemuda pembawa sial!, sekarang gadis mana lagi yang kau bohongi heh?, pemuda miskin tak berguna!, belum lagi setahun adik ku meninggal, kau sudah menggandeng wanita lain, dasar buaya darat kau ini!" bentak Anastaria marah.
Ridho tertunduk berusaha mengendalikan perasaan hati nya saat itu.
"Maaf kak!, kau salah paham, kami tidak ada hubungan apapun juga!" jawab nya.
"Huh!, kau pikir aku percaya dengan semua ucapan mu itu?" bantah Anastaria marah.
Firdaus yang sedari tadi diam, tiba tiba mengangkat wajah nya menatap kearah Anastaria bibi nya.
"Bibi Ria!, ku kira bibi orang pintar yang berpendidikan tinggi, tidak tahu nya hanyalah seorang preman jalanan yang tidak kenal tata Krama manusia!" bentak nya marah melihat sang papah dibentak didepan orang banyak.
"Hei bocah tolol!, diam kau!, dasar papah nya bangsat, putra nya juga bangsat!" ucap Anastaria murka mendengar ucapan firdaus tadi.
"Bibi!, kalau saya tolol itu biasa, saya masih kecil, tetapi bila bibi yang notabene kakak dari almarhumah mamah yang tolol, itu luar biasa nama nya!" sahut Firdaus berapi api.
"Anak bangsat!" Anastaria maju kearah Firdaus dengan tangan terayun ingin menampar remaja itu.
"Tap!" ....
Tiba tiba Ridho bangkit berdiri menangkap tangan Anastaria lalu menggenggam nya kuat kuat hingga wanita itu meringis kesakitan.
"Jangan coba coba kau sakiti putra putri ku!, sekali kau pukul dia, sepuluh kali kau merasakan balasan dari ku, ingat itu baik baik, meskipun kau kakak dari Anastasya, aku tidak akan pernah ragu pada orang yang mencoba menyakiti putra putri ku, Emi!, bawa dia jauh jauh dari tempat ini sebelum kesabaran ku habis, aku bisa saja lupa diri dengan membuat dia pulang tanpa nyawa!" bentak Ridho seraya menghempaskan tangan Anastaria dengan kasar nya.
Remaja putri nan cantik yang bersama Anastaria itu segera menarik tangan mamah nya, mengajak pergi menjauh dari tempat itu.
"Mamah!, ayo kita mencari tempat duduk saja mah, jangan bikin malu di sini, ini tempat umum, lihat mamah jadi perhatian orang orang, nanti mamah dikira orang gila!" ucap Putri Anastaria.
"Ane!, kau mengatai mamah mu gila ya?" amarah Anastaria beralih pada Jofiane putri nya.
Sekilas tentang Anastaria dan Emilia.
Anastaria dan Emilia ini bernasib sama, yaitu sama sama korban balas dendam putra putri Ardian pada kakek Syarkawi yang sudah membuat PT BKE bangkrut dan tuan Ardian bunuh diri, *baca : Antara dendam dan harga diri*.
Jadi pada dasar nya, Raishana dan Jofiane ini saudara sepupu dekat, karena jofiano ayah Jofiane adalah kakak kandung dari Jovano ayah dari Raishana, sama sama putra dari almarhum Ardian.
Emilia memegang tangan Anastaria, mengajak nya menjauh dari meja yang ditempati oleh Ridho dan keluarga nya.
Firdaus tertunduk di depan papah nya, "maaf ya pah, Daus sudah membuat masalah, Daus tidak rela melihat papah dibentak, dan dimarahi bibi Ria!" ujar anak remaja itu.
Ridho tersenyum ramah pada Firdaus, "tidak!, Daus tidak membuat masalah nak, kau putra tertua papah, kau pelindung bagi semua saudara saudara mu sesudah papah" ucap Ridho seraya tersenyum kearah Firdaus.
Yuanchi Juan menatap kearah Ridho, "siapa kedua Wanita cantik itu bang?" tanya nya.
"Emilia adalah saudara sepupu dekat Anastasya, sedangkan Anastaria adalah kakak kandung nya, wanita itu memang semenjak awal aku bersama dengan Tasya, dia sudah tidak menyukai ku, maklum kehidupan ku yang bukan orang kaya ini" jawab Ridho.
Yuanchi Juan menarik napas panjang, "jaman sekarang, semua nya dibaca dengan harta dan kedudukan, yang kaya akan dipuja, meskipun orang lain, akan datang mengaku saudara, tetapi bagi yang miskin, akan dijauhi dan dihina, meskipun saudara, akan mengaku tak mengenalnya, inilah realita Dunia ini" ucap Yuanchi Juan.
Ridho hanya tersenyum lirih mendengar ucapan Yuanchi Juan itu.
Setelah selesai makan, Ridho ingin membayar nya, tetapi Yuanchi Juan buru buru berkata, "tak bisa begitu bang, aku yang mengajak kesini, jadi aku pula yang membayar nya, simpan saja uang Abang untuk anak anak, hari ini biar Anchi yang bayar!" ujar nya, seraya berjalan kearah kasir.
Anastaria yang melihat itu, hanya mencibir dengan hinaan, "huh, orang kere aja pakai berlagu makan di tempat ini lagi, dasar tidak tahu diri!" omel nya pelan.
"Sudahlah mamah!, jangan perpanjang masalah, malu dilihat orang, kenapa sih mamah sensi banget kalau bertemu om itu, bekas pacar mah kah?" tanya Jofiane heran.
"Hah?, bekas pacar?, amit amit deh, bukan level mamah itu!" sahut Anastaria angkuh.
"Iya Ane!, yang selevel dengan mamah mu itu kaya Jofano papah mu itu!" sahut Emilia sembari tertawa geli.
"Tapi Tante Emi!, kalau benar dia papah Jofiane, kenapa hingga saat ini, tidak pernah mencari Ane?" tanya remaja itu heran.
Anastaria menatap kearah Emilia, "Heh! Emi!, enak sekali kau bicara seperti itu, emang Raishana itu putri siapa heh?, dia itu kan putri dari Jofano adik Jofiano, dua orang anjing bangsat biadab itu!" ucap ucap nya marah.
Melihat kemarahan dari Anastaria, Emilia bukan nya takut, terapi malah tertawa cekikikan.
"Ist! Dasar wanita saraf!" ucap Anastaria melihat tingkah Emilia ini.
"He he he he!, kalau aku wanita saraf, kakak wanita sakau, klop kan kita kak!" ejek Emilia sambil terus tertawa cekikikan.
Sementara itu Ridho dan anak anak nya serta Yuanchi Juan, kini sedang meluncur ke arah Bengkel mobil untuk mengambil motor tua milik Ridho yang di tinggal di sana.
Setelah mengantarkan Ridho ke bengkel, Yuanchi Juan mengemudikan mobil nya kearah rumah kontrakan Ridho, untuk mengantarkan anak anak.
Tidak terlalu lama, Ridho menyusul datang ke rumah kontrakan mereka.
Saat tiba di rumah kontrakan, dia melihat Yuanchi Juan sedang menyapu lantai ruangan dan teras rumah kontrakan itu.
Setelah memarkirkan motor nya di depan kontrakan, Ridho segera menghempaskan pantat nya di kursi kayu, di teras depan rumah kontrakan itu.
"Abang mau kopi?, biar Anchi buatkan" tawar Yuanchi Juan pada Ridho.
"Tidak usah nanti merepotkan nona!" jawab Ridho.
"Sekedar membuat air kopi mah, tidak merepotkan kok!" sahut Yuanchi Juan berjalan kedalam rumah kontrakan tanpa sungkan sungkan.
...****************...