Penampilanya sedikit gemulai, wajahnya mirip orang Korea tapi sebenarnya dia keturunan Jepang. Jiro Itsuki Takahashi, model rintisan di Korea. Memiliki wajah tampan dan gemulai, dia menikahi gadis Indonesia bernama Namira Isyana Saraswarti. Pernikahan mereka kurang di restui oleh kedua orang tuan Namira yang seorang pengusaha dan pebisnis sukses.
Mereka menginginkan kedua anak perempuannya yang berpendidikan tinggi mendapat suami yang sukses juga seperti keluarganya. Mereka menginginkan menantu yang sesamanya bergerak di bidang bisnis juga agar perusahaan dan bisnisnya bisa mrnjadi besar dan menguasai seluruh Asia.
Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya Jiro Itsuki Takahashi itu, mereka meremehkan Jiro yang seorang model yang gemulai. Padahal dia sebenarnya memiliki dunia lain yang sangat kuat dari pekerjaannya sebagai model.
Siapakah Jiro Itsuki itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Makan Malam
Jiro duduk di sofa dengan menyandarkan punggungnya di senderan sofa sambil menatap lekat laki-laki yang sedang menjelaskan. Dia begitu mengamati secara intens apa yang di ucapkan oleh pengacaranya. Kendo juga ikut menyimak, sesekali melirik pada bosnya. Tentu Jiro akan fokus pada masalah yang di hadapi sekarang, tapi jika sedang santai maka pikirannya pada Namira.
"Jadi, anda harus mengambil sikap bagaimana menghadapi mereka. Karena ini memang permasalahan yang pelik, jadi harus di hadapi secara langsung dengan anda," ucap pengacara bernama Izumaki.
"Hmm, berapa lama akan membutuhkan waktu?" tanya Jiro.
"Tidak akan lama, jika mencapai kesepakatan," jawab Izumaki.
"Baiklah, lalu bagaimana dengan kakakku? Apa dia setuju juga?" tanya Jiro.
"Tuan Jion sudah menyerahkannya pada saya, katanya terserah anda saja tuan. Lagi pula tuan Jion ada di Eropa, rasanya akan membutuhkan waktu lama jika harus berdiskusi lagi dengannya," ucap Izumaki.
Jiro meminta ponsel pada Kendo, laki-laki-laki itu pun mengambilnya dari meja kerja bosnya lalu menyerahkannya pada Jiro. Jiro memencet nomor telepon Jion kakaknya.
Tuuut.
"Halo? Jiro?"
"Jion, Izumaki wa watashi ni subete makaseh tatte itta?"
"Hai, Nani oshitai KA wa anata shidaidesu."
"Wakarimashita, wakarimashita."
Klik!
"Apa yang tuan Jion katakan? Sesuai dengan ucapanku?" tanya Izumaki.
"Ya, tapi aku berpikir ini akan sangat rumit. Kamu tahu mereka itu dari kelompok garis keras, mereka memaksaku untuk bermain kasar. Tapi, lihat saja apa yang akan aku buat untuk mereka," ucap Jiro.
Izumaki hanya mengangguk saja, dia tahu apa yang di katakan Jiro itu. Pertemuan itu pun akhirnya selesai, sang pengacara pamit pergi setelah semua pembicaraan selesai.
_
Minka, rumah tradisional Jepang yang terletak jauh dari kota Tokyo. Di mana Jiro selalu berada di kota besar tersebut, sore ini dia datang ke rumah tradisional tersebut. Di mana keberadaan Namira dia tempatkan, tepatnya di sembunyikan.
Jiro melepaskan sepatunya di letakkan di genkan, di sisi tempat rak sepatu. Baru dia masuk ke dalam rumah dengan jalan pelan melewati ruangan yang di sekat oleh fusuma. Dinding yang terbuat dari kayu yang bisa di jadikan sekat ruangan atau sebagai pintu.
Dia di sambut oleh pelayan khusus melayani Namira, meski dia tahu kalau gadis itu tidak bisa berbahasa Jepang. Dia juga menempatkan penerjemah di rumah itu untuk memudahkan Namira berinteraksi dengan penghuni lainnya.
Jiro masuk ke dalam ruangan lain, khusus kamarnya yang sengaja bersebelahan dengan kamar Namira. Dia melepas jas hitamnya lalu di letakkan di gantungan, segera mandi lalu dia akan menemui gadis pujaannya ketika waktu makan malam.
Pukul enam tiga puluh, di ruang makan sudah di siapkan berbagai macam makanan. Namira keluar dari dalam kamarnya, dia melangkah menuju dapur meski di larang oleh pelayan di sana. Tapi Namira mendekati dapur juga, dan dia heran ketika melewati ruang makan.
Banyak makanan yang di hidangkan di atas meja, lalu gadis itu mendekati pelayan dan bertanya.
"Apa seseorang akan datang?" tanya Namira dengan menggerakkan tangannya sebagai bahasa isyarat.
"Jiro San ga kuru," jawab pelayan dengan membungkukkan badan.
"Jiro San?" tanya Namira mengerutkan dahi.
"Hai, Jiro San wa Koko de yushoku o torimasu," jawab pelayan lagi.
Namira tak melanjutkan pertanyaannya lagi, karena dia memang tidak tahu apa yang di ucapkan pelayan. Tapi dia hanya mengangguk saja, masih memperhatikan meja makan. Ada beberapa makanan yang asing baginya dia lihat, dan ada juga makanan yang hampir dia makan setiap hari.
Ketika sedang memperhatikan menu makanan di meja, Jiro melihat Namira sedang terpaku melihat hidangan. Dia tersenyum segaris ketika melihat Namira sedang bingung. Jiro pun mendekati Namira, membuyarkan pikiran gadis itu.
"Ayo duduk, kita makan sama-sama," ucap Jiro pada Namira.
Namira menoleh ke arah sumber suara, dia sedikit kaget. Tapi kini berdecak kesal karena baru kali ini laki-laki itu datang ke rumah yang dia tempati.
"Kenapa kamu baru datang?" tanya Namira.
Jiro duduk di depan meja, memberi isyarat pada gadis itu untuk duduk. Namira melihat Jiro dengan kesal, tapi semakin dia melihat laki-laki itu semakin rasa aneh yang dia rasakan. Meski sikap Jiro dingin padanya, tapi entah kenapa dia seperti memikirkan laki-laki itu.
"Duduk," ucap Jiro dengan menengadah tangannya mempersilakan Namira duduk di depannya.
"Ck, aku menyesal kenapa aku bertanya sama dia," gerutu Namira.
Meski kesal, dia pun akhirnya menurut. Duduk di depan Jiro dengan di sekat meja berisikan beberapa menu hidangan.
"Kamu lapar?" tanya Jiro datar saja.
"Aku tidak lapar," jawab Namira ketus.
"Aku akan senang jika kamu menemaniku makan di sini," ucap Jiro tanpa menghiraukan rasa kesal Namira.
Namira diam saja, dia masih kesal. Tapi matanya memperhatikan wajah laki-laki tampan nan dingin itu dengan seksama, matanya tak sengaja melihat ke arah leher. Di mana ada gambar tato naga dan bunga sakura di sana, terlihat unik dan macho.
"Apa yang kamu perhatikan dariku?" tanya Jiro seakan tahu dia sedang di perhatikan Namira meski tidak melihat gadis itu.
"Ck, bisa-bisanya aku lihat gambar aneh itu," gerutu Namira.
"Itu tato naga dan bunga sakura," ucap Jiro tenang.
Rambut yang panjang sebahu dia ikat dengan tali, dengan memakai baju kimono abu-abu. Namira terus memperhatikan penampilan Jiro, dia tidak sadar kalau dirinya sedang mengagumi secara diam-diam di hatinya. Jiro yang sejak tadi diam tanpa menatap gadis itu pun akhirnya mendongak dan menatap balik padanya. Tatapan mereka bertemu, cukup lama.
"Kamu sedang mengagumi ku?"
"Eh?"
_
_
*****
bilang aja nikah jgn pake katedral Thor Krn merujuk ke agama katolik dn aturannya kalau mau nikah itu ribetttt butuh waktu berbulan2 Krn wajib ikut kursus utk menikah jd ga mgkn bgt eluarga ga tau 😂😂 mending diganti deh tor mumpung msh blm panjang sayang ceritanya lumayan kesannya jd penyesatan