Pernikahan Rere dan Haikal yang tinggal menghitung hari, terpaksa batal karena Rere diketahui hamil. Rere merasa jika dirinya menjadi korban perkosaan, tapi dia tak tahu siapa yang melakukannya karena dia dalam kondisi tidak sadar saat itu. Disaat dia hancur karena pernikahannya batal dan mengandung janin dari orang yang tidak dia kenal, Romeo datang dan menawarkan diri untuk menikahinya. Tanpa Rere tahu, jika sebenarnya, Romeo adalah orang yang telah menodainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PINGSAN
Dengan tergesa gesa, Romeo menapakai anak tangga jembatan penyeberangan. Dipagi buta seperti ini, tak ada sesiapapun disana. Penerangan juga minim karena jembatan itu jarang digunakan saat malam hingga terkesan horor.
Dia melihat Rere berdiri ditepian jembatan sambil menatap kebawah. Melihat tangan Rere yang mulai memegangi pagar jembatan, Romeo makin panik. Segera dia berlari kearah Rere dan menariknya agak ketengah.
"Jangan gila, kau bisa mati jika jatuh kebawah," teriak Romeo. Jembatan ini lumayan tinggi. Belum lagi dengan kendaraan yang lalu lalang dibawah jembatan. Jatuh dari sini artinya siap untuk ditabrak dibawah sana. Rasanya mustahil untuk selamat. Kucing yang mitosnya punya nyawa sembilan saja, belum tentu selamat jika jatuh dari sini.
Rere melepaskan lengannya dari cekalan Romeo. Menatap pria yang beberapa hari yang lalu dia kenal sebagai calon adik ipar. Tapi sekarang, status itu sudah berubah. Bukan lagi calon adik ipar, melainkan orang asing karena pernikahannya dibatalkan.
"Bagaimana kau bisa ada disini?"
"A, a , a, " Romeo menggaruk tengkuknya, bingung mau menjawab apa. Tak mungkin mengaku jika sejak tadi, dia ada didepan rumah Rere, yang ada wanita itu akan curiga.
"Pergilah, tinggalkan aku sendirian." Rere kembali berjalan mendekati pagar tapi lagi lagi, Romeo menariknya ketengah.
"Jangan membahayakan dirimu sendiri."
"Bukan urusanmu." Desis Rere sambil memelototi Romeo. "Bukankah kamu membenciku? Jadi jangan bersikap sok peduli."
"Aku tidak membencimu, sama sekali tidak."
Rere tersenyum sinis. Jelas jelas dulu Romeo menatapnya tak suka. Bahkan menyuruh Haikal memikirkan ulang tentang rencana pernikahan itu. Tapi sekarang, ada apa dengannya?
Rere menatap kebawah. "Mungkin dengan jatuh kebawah sana, bayi setan ini akan mati."
"Kau jangan gila, tak hanya janin itu yang mati, kau juga bisa mati," teriak Romeo.
"Lalu, apa kau punya solusi agar hanya janin ini saja yang mati tapi aku tidak? Apa mungkin kau ingin mengantarku ke tempata aborsi?" Ucapan Rere bernada menantang.
"Aku ingin sekali bayi setan ini lenyap." Rere mencengkeram kuat perutnya. Dia berharap janin yang tak jelas asal usulnya itu lenyap dari hidupnya.
"Lepaskan, kau bisa menyakitinya." Romeo menarik tangan Rere agar wanita itu tak menyakiti perutnya.
"Aku memang ingin dia lenyap." Rere lebih brutal lagi, dia memukul mukul perutnya.
Romeo menahan tahan Rere agar tak terus memukuli perutnya.
"Lepas, biarkan aku melenyapkannya," teriak Rere. "Gak usah sok peduli. Lagian ini bukan anakmu. Mau dia mati atau tidak, bukan urusanmu."
Tentu ada urusannya, karena dia anakku.
"Pergi dari sini, jangan ikut campur urusanku," hardik Rere.
Romeo jelas tak mau pergi. Karena kalau dia pergi bisa bisa Rere melompat kebawah. Dan dia akan dihantui rasa bersalah seumur hidup.
"Bunuh diri bukanlah solusi. Ayo aku antar pulang." Romeo hendak menarik tangan Rere tapi lebih dulu tubuhnya didorong oleh Rere hingga terhuyung kebelakang.
"Kalau itu bukan solusi, lalu apa solusinya? Katakan padaku?" benyak Rere. "Jika kau tak punya solusi, pergi dari sini." Rere kembali berjalan kepinggir jembatan. Tapi lagi lagi, Romeo menarik kasar lengannya dan menahannya.
"Lepaskan." Terjadilah adegan tarik menarik diantara mereka berdua. Tak ada yang mau mengalah terutama Romeo. Karena jika dia kalah, bisa bisa Rere meregang nyawa.
Rere berhenti berontak, tubuhnya mendadak terasa lemas dan pandangannya mengabur.
"Re, kamu kenapa Re?" Romeo mulai cemas. Tak lama kemudian, tubuh Rere langsung lunglai, beruntung Romeo sigap menangkapnya sehingga tak sampai jatuh.
"Re, Rere, Re." Romeo menepuk nepuk pipi Rere. Tubuhnya wanita itu terasa sangat dingin, membuat Romeo makin panik. Tak ada yang bisa dimintai pertolongan karena hanya ada mereka berdua. Dia langsung mengbopong tubuh Rere dan berjalan pelan pelan menuruni tangga agar tak sampai terjatuh.
Sesampainya dibawah, Romeo memasukkan Rere kedalam mobil dan membawanya kerumah sakit.
"Semoga saja dia dan bayinya baik baik saja." Gumam Romeo sambil menoleh kearah Rere. Dia takut perlakuan Rere tadi, membuat janin merek meninggal.
Tapi bukankah jika Rere keguguran, semua masalahnya akan selesai? Tapi entah kenapa, Romeo tak mengharapkan itu.
Sesampainya dirumah sakit, Rere langsung mendapatkan pertolongan di UGD. Romeo menunggunya diluar dengan cemas. Berkali kali dia memohon kepada Tuhan agar tak terjadi sesuatu yang buruk pada Rere dan anak mereka.
"Maaf, kalau boleh tahu, anda siapanya?" Tanya seorang suster yang menghampiri Romeo didepan UGD.
"Sa, saya suaminya sus."
"Kondisi istri anda sangat lemah. Hal ini bisa berbahaya untuk janin. Jadi sebaiknya istri anda dirawat dulu."
"Tolong lakukan yang terbaik untuk istri dan anak saya."
"Baiklah, kalau begitu ikut saya untuk mengurus administrasi agar istri anda bisa segera dipindahkan keruang rawat."
Romeo mengangguk lalu mengikuti suster tersebut.
mboke dikit2 blg titip suamiku
bhkn lbh menjgkelkan lagi mboke titip2 suamiku ke aku. geleng2 aku... 😂😂😂😂dmn2 tuh pihak perempuan titip ke pihak laki2... ini kebalik