Kisah seorang wanita yang mencari kebahagiaan setelah perceraian.
Kara Gantari seorang gadis yang menikah dengan Adi Saputro karena permintaan sang kakek disertai ancaman tidak akan mendapatkan warisan. Setahun kemudian Kara diceraikan oleh Adi karena sudah mendapatkan warisannya.
Pertemuannya dengan seorang CEO yang gesrek, pecinta dangdut, melokal luar dalam, membuat Kara pusing tujuh keliling tapi Rayden adalah pria yang sangat memuja Kara. Kehidupan keduanya pun diuji dengan tragedi.
Apakah Kara dan Rayden akan menemukan kebahagiaannya?
Cerita ini murni halu milik author
Follow Ig ku di hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Ke Rumah
Note. Sebelumnya chapter nasi uduk dingin tuh udah aku up dari jam 10 pagi tapi nyaris ga lolos review. Ada yang bisa kasih tahu aku salah dimana? Terlalu vulgar kah?
Rayden dan Kara akhirnya kembali ke realita setelah menginap selama tiga hari dua malam di kamar honeymoon. Kara resmi pindah ke rumah Rayden begitu juga dengan bik Ijah yang langsung cocok dengan Bu Sumi yang sama-sama satu server.
Kara hanya bisa melongo melihat kamar utama milik Rayden hanya ada empat warna solid. Hitam, putih, abu-abu dan coklat, lainnya tidak ada.
"Mas, kamu tuh warnanya cuma empat ya bisanya?" keluh Kara melihat tidak ada warna biru atau kuning atau pink sekalipun.
"Kamu kan nanti bisa tambahkan" sahut Rayden cuek. "Oh ini walk in closet kamu." Pria itu menunjukkan ruang kosong di lemari khususnya.
"Lalu ini..." Rayden membuka dompetnya yang langsung dipotong Kara.
"Jangan black card." Rayden melongo.
"Kenapa? Aku punya dua."
"No. Kasih aku gold atau platinum saja lagipula aku kan bukan tipe cewek suka shopping."
"Ya ampun Kara ku sayang, sudah kewajiban suami memberikan nafkah buat istrinya. Lagipula aku yakin kartu black card ku bakalan tidak kamu gesek" kekeh Rayden.
"Gold atau platinum saja mas." Kara menatap Rayden serius.
Rayden pun menghela nafas panjang. "Baiklah." Pria itu menyerahkan kartu platinum nya.
"Terima kasih." Kara lalu memasukkan ke dalam dompetnya.
"Kayaknya dompet mu harus ganti deh! Mari kita shopping!" seru Rayden.
"Eh?"
***
Dan sekarang pasangan pengantin baru itu berada di sebuah mall di daerah Jakarta Selatan. Rayden memaksa Kara untuk berbelanja baju, tas dan sepatu tapi dia menolak karena masih memiliki pemberian dari almarhum mertuanya. Menurut Kara, eman-eman apalagi tas dan sepatunya barang branded semua.
"Ayolah Kara, senang kan lah hati suamimu. Kamu rampok tak apa, aku rela akan semua itu" ucap Rayden dengan wajah memelas yang membuat Kara gemas.
"Suamiku kok gemoy sih!" goda Kara.
"Karena istriku bohay" jawab Rayden asal.
Akhirnya demi mengurangi kemanyunan Rayden, Kara pun memborong beberapa baju untuk kerja, harian dan pesta lalu berpikir memberikan baju lama-lamanya ke panti.
Rayden pun memaksa membeli dompet Bottega Veneta couple bewarna coklat kehijauan agar kembaran bersama Kara.
"Ya ampun, sampai dompet pun harus couple?" tanya Kara.
"Yoi! Sandal ajah sepasang, masa dompet kagak?" sahut Rayden cuek sambil membayar dengan kartunya. "Kita saja sepasang lho sayang."
Kara hanya menggelengkan kepalanya. Setelah membayar, keduanya berjalan-jalan sambil bergandengan tangan menuju sebuah restauran Jepang.
"Makan dulu. Buat energi tar malam." Rayden menatap Kara usil.
"Astaghfirullah. Suamiku yang tersayang paripurna sejagat planet Soul Society, kagak capek mas?"
Rayden menggelengkan kepalanya tegas. "Sama kamu nggak pernah capek."
Kara hanya menghela nafas panjang. Keduanya lalu memesan sushi dan menikmati makan siang sambil bercanda receh.
***
Adi yang sedang menunggu seseorang di restauran Jepang yang sama dengan Kara dan Rayden, hanya bisa menatap dari jauh. Wajah Kara yang penuh ekspresi antara geli, sebal dan cemberut mendengar apa yang diucapkan Rayden membuat Adi gemas.
Kenapa dulu aku tidak bisa mendapatkan itu? Tapi memang semua itu salahku tidak pernah menganggap dia ada.
"Tuan Adi Saputro?" tanya orang itu.
"Ya betul saya. Bagaimana?"
Pria itu lalu membuka Ipad-nya dan menunjukkan sesuatu.
"Berarti belum bisa kamu tembus?"
"Belum tuan. Firewall yang dipasang mempunyai jebakan Betmen yang bisa merusak data milik saya sendiri. Ini masih saya coba masuk lewat jalan lain" ucap orang itu.
"Oke. Kabari saya lebih lanjut perkembangannya."
***
Rayden dan Kara menyelesaikan acara makan siangnya dan keluar dari restauran Jepang itu sambil bergandengan. Sesekali tangan Rayden merangkul bahu atau pinggang Kara. Keduanya tampak heboh di dunia mereka sendiri dan sekarang sudah sampai di parkiran mobil.
Rayden memasukkan semua belanjaan mereka di bagasi belakang lalu membukakan pintu untuk Kara dan dirinya menyusul masuk. Mobil Mercedes Benz G silver itu pun berjalan meninggalkan parkiran mall.
Adi yang melihat mobil itu melintas di hadapannya ketika dirinya hendak masuk ke dalam mobilnya, hanya bisa memandang Mercedes Benz G silver itu pergi.
Awas kau Rayden! Sudah berani mengutak-atik saham milikku!
***
Kara sedang memindahkan semua isi dompetnya yang lama ke dompetnya yang baru karena Rayden pun melakukan hal yang sama dan menurut pria itu mereka harus melakukan berjamaah.
"Sayang, kapan-kapan beli baju tidur couple yuk" ajak Rayden.
Kara melirik ke suaminya. "Yakin mau pakai lingerie?"
Rayden menatap horor ke Kara. "Aje gile kamu suruh aku pakai lingerie?"
"Lha katanya kembaran?"
"Piyama sayang piyamaaa" ucap Rayden gemas. "Kenapa kamu jadi ikutan receh sih?"
"Memang kamu saja yang bisa receh?" gelak Kara.
Keduanya sudah selesai memindahkan uang dan kartu ke dalam dompet yang baru.
"Ngapain kita enaknya?" tanya Rayden sambil tiduran dan nonton film di kamar bersama dengan Kara.
"Makan malam udah, sholat isya udah, tidur mas. Kan besok kita ngantor." Kara pun membuka mantel dan bersiap untuk tidur. Malam ini dia memakai kaos rumah dan celana pendek.
Rayden melepaskan kaosnya karena dia tidak terbiasa memakai baju saat tidur.
"Kamu maunya apa sayang?"
"Merem. Tidur. Goodnight mas." Kara pun memejamkan matanya.
"Lho? Kok? Kara? Woooiiii! Lha kok aku ditinggal tidur?" Rayden menowel-nowel pipi Kara. "Bah, dia tidur beneran? Nasibmu, ndul. Tidak bisa main ke rumah rapat dulu deh!" Rayden menatap miliknya dengan manyun. "Besok kita lakukan serangan fajar ya!"
***
Yuhuuu Up Malam' Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote n gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️