Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kami Akan Pindah
“Kenapa malah senyum-senyum kayak gitu? Cepat jelaskan padaku, Brian!” Ucap Gabriel tampak masih kesal.
“Kamu mau penjelasan apa? Aku tak punya waktu,” balasku, pura-pura sibuk mencari tanah untuk membuat lubang.
“Jelasin tentang wanit kucing yang kamu bawa ini! Hubungan apa kalian miliki?” Tanya Gabriel sembari menarik Catrine ke depanku.
“Oh, dia wanitaku, kenapa memangnya?” Aku bertanya balik dengan senyum main-main.
“W-Wanitamu? Kamu serius Brian? Bukankah kamu selalu bilang ingin menikah dengan putri Aluna?” Gabriel memastikan.
“Kapan aku bilang begitu? Aku tak pernah memiliki keinginan untuk menjadi suami dari seorang putri. Bagiku, wanita kucing saja sudah lebih dari cukup,” ujarku jujur, lagian aku tak suka Aluna karena sifatnya terkesan sombong.
Gabriel tiba-tiba menarikku ke tempat agak sepi, lalu membisikan sesuatu di telingaku, “Apa kamu sudah bosan hidup? Gimana kalau ada orang yang melaporkan ucapanmu barusan kepada putri Aluna? Kamu bisa dipenggal tahu,” ujarnya.
“Apa masalahnya? Aku memang tak suka Putri Aluna, dan aku tak mau menikahinya meski ia memohon-mohon padaku,” jelasku apa adanya, sengaja jual mahal biar Gabriel menilaiku sebagai pria dengan harga diri tinggi.
Omong-omong, si Brian sepertinya punya hubungan baik dengan gadis dari pemilik kota River itu. Aku bisa mengetahuinya dengan mudah karena ia tampak begitu perhatian kepadaku.
Entah karena ada perasaan atau hal lainnya, yang pasti Gabriel terlihat sangat peduli dengan segala macam urusan tentang si Brian.
“Aduh, kamu ini memang cari mati ya, awas saja kalau menyesal karena sudah melewatkan kesempatan emas untuk menjadi seorang raja,” ujar Gabriel.
“Tentang saja, Putri Aluna tak mungkin bisa membunuhku,” ucap ku sangat percaya diri.
“Kenapa bisa begitu? Memangnya kamu sudah melakukan apa saja dengan Putri Aluna?” Tanya Gabriel penasaran.
“Aku sudah mengambil keperawanannya sebelum pergi ke sini. Kuyakin, Putri Aluna tak akan tega bila harus membunuh ku,” bisiku manja di telinga Gabriel.
“A-Apa kamu bilang? Kamu sudah memgambil keperawanan Putri Aluna?!” Pekik Gabriel dengan suara lantang.
“Ssst, jangan keras-keras, bisa ribet kalau ada orang lain yang mendengarnya,” tegurku.
“O-Oke, tapi kamu harus ceritakan saat kamu mengambil keperawanan Putri Aluna ya?”
“Nggak ah, masa aku harus cerita sama kamu tentang hubungan badan,” tukasku. Sebenarnya aku hanya ingin membual di depan Gabriel, siapa tahu ia akan berhenti membahas masalah wanita kucing.
“Ayolah, aku beneran penasaran sama kejadian itu. Jujur saja, aku tak pernah menduganya sama sekali,” desak Gabriel.
“Ya intinya begitu saja, punyaku masuk lalu hilanglah keperawanan Putri Aluna.”
“Hmm, enak nggak rasanya? Kudengar pria suka keenakan ketika punyanya dimasukan ke punya wanita.”
“Jelas enak dong, makanya Putri Aluna ketagihan sama punyaku.”
Aku semakin banyak membual di depan Gabriel seakan aku sudah melakukannya dengan Aluna.
Gabriel pun tampak memerah setiap kali aku mengeluarkan bualanku, mungkin dia sedang membayangkan ketika melakukannya juga.
“A-Apa aku boleh mencobanya?” Tanya Gabriel.
Aku langsung menyunggingkan senyum licik usai mendengarnya. Namun, bukan berarti aku ingin menikmati tubuh Gabriel, aku hanya ingin memanfaatkannya untuk melakukan pekerjaan di tempat ini.
“Boleh, tapi kamu harus bantu aku mengurus semua warga,” jelasku.
“Memangnya bantuan apa yang kamu inginkan dariku?” Tanya Gabriel lagi.
“Makanan, tenda, dan masih banyak lainnya. Pokoknya, kamu harus membantuku mengurus semua warga hingga masalah penyakitan itu berlalu,” ujarku.
“Oke deh, tapi kamu beneran bakal ngasih aku hal serupa seperti yang sudah kamu lakukan sama Putri Aluna, kan?” Gabriel memastikan.
“Tenang saja, aku pasti akan melakukannya,” ucapku di mulut, hatiku jelas tak ingin melakukannya dengan Gabriel.
Bagaimanapun, aku sudah memiliki Catrine, Laura dan Helena sebagai tempat menyalurkan kebutuhan bilogisku. Aku tentu tak ingin nambah lebih banyak lagi, karena hal itu akan sangat merepotkan.
Gabriel memang memiliki perawakan sangat bagus dengan tubuh jangkung serta buah dada lumayan besar. Wajahnya juga cantik layaknya putri dari keluarga bangsawan pada umumnya.
Namun, aku tetap tak bisa menjadikan Gabriel sebagai salah satu wanitaku meski penampilannya seperti itu. Aku mungkin sudah terlanjur menyukai Catrine, makanya sedikit pilih-pilih saat menentukan wanita yang akan mendampingiku nanti.
Adapun untuk Helena, sejujurnya aku tak keberatan dengan gadis itu. Ia memiliki parah sangat cantik, tubuhnya juga montok serta ukuran buah dada besar. Belum lagi sifatnya sangat polos tak jauh berbeda dari Catrine.
Karena itu, aku sudah memutuskan untuk menjadikan Helena sebagai wanitaku bersama Catrine dan Laura. Yah, semoga saja mereka bisa akur biar kehidupanku di dunia ini tidak merepotkan.
“Ya sudah, aku akan pulang dulu ke kastil untuk menyiapkan semua kebutuhanmu. Kamu tunggu aku di sini ya? Awas, jangan sampai kamu kabur dan ingkar janji,” ucap Gabriel seraya pergi dengan kudanya.
Aku hanya geleng-geleng sembari tersenyum kecil untuk menanggapinya, kemudian lanjut mencari tanah untuk membuat septitank.
Singkatnya, aku berhasil membuat tempat perawatan dan tempat isolasi sementara untuk semua warga kota River. Para warga pun mulai berdatangan kepadaku untuk meminta obat sihir.
Aku agak terkejut juga begitu tahu rumor tentang obat itu menyebar sangat cepat, bahkan orang-orang yang tinggal di dalam kota saja rela ikut mengantri demi mendapatkan obat itu.
“Oke, sekarang kalian hanya perlu istirahat selama satu malam bagi yang tidak terinfeksi penyakit mematikan. Sedangkan yang sudah terinfeksi akan tinggal di tempat isolasi hingga tiga hari ke depan. Kuharap kalian bisa memaklumi kondisi ini demi kebaikan bersama,” jelasku kepada semua warga di depanku.
“Kami mengerti, Tuan Muda. Terima kasih atas bantuannya,” sahut mereka serempak sembari membungkuk kepadaku.
“Kembalilah ke tenda masing-masing, aku akan membuatkan makanan untuk makan kalian manti malam,” titahku.
“Apa Tuan Muda juga ingin membuat makanan sihir?” Tanya pria paruh baya, ia orang yang sudah banyak membantuku sedari tadi.
“Aku akan membuat makanan biasa, tapi rasanya sangat enak. Kalian jangan khawatir, aku pasti akan memberikan perawatan terbaik hingga kalian benar-benar sembuh,” jawabku.
“Terima kasih, Dewa Agung. Tak kusangka masih ada bangsawan sebaik Tuan Muda Brian. Aku sepertinya harus pindah ke kota Lunar untuk membalas semua kebaikan ini,” ujar pria paruh baya.
“Aku juga akan pindah kalau begitu, kudengar masih banyak lahan kosong di kota Lunar. Aku mungkin bisa bekerja di sana sebagai petani.”
“Ya, itu sangat bagus. Aku juga akan pindah ke kota Lunar bersama seluruh kerabatku. Semoga saja tenagaku bisa berguna untuk Tuan Muda Brian.”
“Aku juga ….”
“Aku juga ….”
“Aku juga ….”
Wow!
Aku langsung terpana begitu melihat antusias para warga, karena keputusan mereka benar-benar di luar dugaanku.
Awalnya, aku hanya berniat menolong mereka atas dasar kemanusiaan. Dan akhirnya mereka malah ingin pindah ke kota ku untuk membalas budi.
Memang benar, ternyata kebaikan kecil bisa mendatangkan banyak kebaikan, kini aku harus percaya akan pepatah itu.
Sayangnya, sebuah suara sumbang tiba-tiba menggema dari arah kerumunan para warga. Tampak seorang pemuda gendut turun dari kereta kuda bersama beberapa pelayannya.
Ada juga sepuluh pria berpenampilan seperti ksatria yang berbaris di kedua sisi pemuda itu, mereka tampaknya ksatria asli yang bertugas sebagai pengawal.
“Siapa yang sudah mengizinkan kalian pergi ke kota hantu itu? Tidakkah kalian lupa dengan janji yang sudah kalian buat kepadaku?” Tanya pemuda itu.
“Ini ….” Semua warga langsung menundukan kepala serempak, wajah mereka tampak bersalah begitu melihat pemuda itu.
“Ingat, kalian semua punya hutang kepada keluargaku. Dan kalian harus membayar semuanya tanpa kurang satu koin pun. Kalau tidak, hutang kalian akan semakin bertambah sehingga kalian harus membayarnya pakai nyawa!” Ujar pemuda itu dengan suara lantang, matanya melihat ke semua warga dengan tatapan penuh kebencian.
…