Leon salah satu pewaris perusahaan terbesar di Eropa. Bertemu dengan Pamela gadis sederhana yang berkerja sebagai pelayan bar. Leon menikahi Pamela karena ingin membuat mantan kekasihnya cemburu akibat meninggalkannya pergi bersama seorang pengusaha muda pesaingnya. Pamela menerima tawaran yang diberikan oleh Leon, ia pun memanfaatkan situasi untuk menukarnya dengan uang yang akan digunakan sebagai biaya pengobatan neneknya.
Sejak awal menikah Pamela tidak pernah mendapat simpatik, kasih sayang bahkan cinta dari Leon. Pria itu pergi pagi dan pulang malam hari, Leon hanya menjadikannya wanita pelampiasan. Pamela yang memang memiliki perasaan pada Leon memilih bertahan di satu sisi ia memerlukan uang Leon untuk pengobatan neneknya, batin serta raganya kerap menangis di saat suaminya tidak ada di rumah
Simak kelanjutannya dalam Novel
Penyesalan Suami : Forgive Me My Wife
Selamat Membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 - Hari Sial
BAB 35
Pamela mengerjapkan kedua matanya yang terasa begitu berat terbuka, tapi bila terus tidur juga tidak nyaman karena sinar mentari begitu menyorot pada kamarnya. Berada di bawah gulungan selimut ditambah rasa sakit pada tubuhnya membuat Pamela enggan turun dari ranjang empuk ini, apalagi harus bertemu dan tersenyum manis pada Leon. Oh sungguh bisakah ia lewati pagi ini, bisakah waktu berputar sangat cepat?.
Baru saja Pamela, membuka perlahan kedua matanya ia dikejutkan dengan pintu yang terbuka cukup keras dari luar. Dibalik pintu, tubuh kekar pria yang hanya menggunakan jubah mandi putih melangkah tegap menghampiri Pamela yang semakin beringsut memegang erat ujung selimut.
Takut akan kejadian semalam dan Leon mengulangnya sepagi ini. Bisa dipastikan di balik jubah mandi itu pria yang tak memiliki hati ini tak mengenakan apapun. Pamela menelan saliva kuat-kuat mendengar serta merasakan derap langkah kaki Leon semakin mendekat. Napasnya pelan, tubuhnya menegang dan kepalan di kedua tangan. Pamela akan memukul Leon jika ini memintanya menghangatkan ranjang di pagi hari.
Ya, Pamela tidak peduli jika tenaga yang ia keluarkan akan terbuang percuma tapi ia tidak mau pasrah begitu saja.
“Bangun !!!”, suara datar Leon menatap tajam istrinya.
“Aku sudah bangun, silahkan tuan menunggu di bawah. Aku tidak akan lama”, Pamela memberanikan diri mengusir Leon dari kamarnya, giginya pun bergemelatuk rapat menahan rasa benci pada Leon.
“Kau mengusirku, hah?”, dingin dan menusuk seperti biasa, tak pernah ada kehangatan untuk Pamela dari suaminya, bahkan hanya sepatah katapun tidak.
“Iya, aku tidak mau seseorang masuk ke kamar ini tanpa izinku”, balas Pamela, hanya menatap pada tirai peach yang menggantung panjang dari atas ke bawah. Ia pun semakin mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya kala Leon membungkuk mendekat.
SREK
Leon menarik selimut hingga terlepas dan terbuka sempurna tak menutupi tubuh istrinya, menghempas benda itu jatuh pada lantai. Leon tersenyum licik, sembari terus mendekat pada wajah Pamela, “Kau tahu Pamela, penthouse ini milikku, tidak ada satu orang pun yang berhak mengusir ku dari sini. Paham? Sekarang cepat bangun dan bersihkan tubuhmu itu”, Leon masih tak mengalihkan fokusnya pada hal lain.
“Ck, aku tahu harus mandi tanpa tuan memerintahnya”, Pamela yang kini duduk memutar bola mata malas, dadanya pun naik turun menahan sesuatu yang bergejolak dalam diri.
“Sekali lagi kau menunjukan wajah kesal, aku pastikan hukuman untukmu saat itu juga”, desis Leon menarik paksa tubuh wanitanya menuju kamar mandi.
“Aw, lepas tuan. Aku bisa berjalan sendiri”, Pamela berusaha melepas cekalan tangan suami kejamnya ini, memar pada pergelangan tangan akibat ulah Leon semalam saja belum sembuh, ditambah pagi ini kembali mendapat memar.
Leon menghempas kasar tubuh ringkih wanita yang hanya menggunakan pakaian tidur tipis dalam bilik kaca, menyalakan shower hingga tubuh Pamela basah seketika.
Pamela mendelik pada Leon yang saat ini menyandar pada wastafel, mengawasi sang istri membersihkan tubuh, memastikan jika Pamela segera melakukannya. “CEPAT BODOH”, perintah Leon geram Pamela hanya bergeming di bawah guyuran air.
“Ck, kenapa dia tidak keluar”, kesal Pamela dalam hati.
“Kenapa kau malu? Sudahlah tidak ada yang patut dibanggakan dari tubuhmu itu”, sinis Leon jika Pamela masih tak bergerak sedikitpun karena merasa malu pada kehadirannya. “CEPAT MANDI PAMELA”, bentak Leon.
Pamela terperanjat, ia pun melepas pakaian tidur yang telah basah menuangkan sampo lalu sabun pada telapak tangan yang bergetar, tidak hanya takut Pamela pun menahan benci pada suaminya namun sayang hanya bisa ia tahan tanpa bisa menumpahkan semua kebenciannya pada Leon.
Leon memandang betapa elok keindahan pada setiap pahatan di depannya, kelopak matanya enggan berkedip sedikitpun. Kalau saja pagi ini tidak ada rapat penting dapat dipastikan dirinya bergabung dengan Pamela di bawah air hangat yang keluar dari shower.
“Rapat sialan”, makin Leon.
Selepas mandi, Leon menarik tangan Pamela masuk walk in closet memastikan lagi penampilan Pamela tidak kampungan.
“Sepertinya tadi malam, Alonso tidak mengatakan apapun”, heran Pamela dalam hati. Karena Leon memilih dress cantik yang akan dikenakannya hari ini, tidak lupa flat shoes yang semakin menambah kesan manis pada wanita cantik ini.
Seakan bisa mengerti apa yang ingin Pamela tanyakan, Leon menjelaskan jika ia akan membawa Pamela ke kantor, tugas Pamela menemaninya seharian penuh ini. Benar-benar di luar dugaan, sial sudah nasib Pamela hari ini tak akan bisa menghindari Leon.
Mendengar apa yang disampaikan Leon, Pamela memejamkan kedua matanya dan menghirup oksigen sebanyak mungkin, darahnya sangat membutuhkan oksigen yang akan menyuplai ke otak hingga ia bisa berpikir jernih. Terbayang sudah apa yang akan terjadi hari ini, hukuman macam apa yang Leon berikan di kantor memenuhi isi kepala Pamela.
“Haaah, tidak adakah pilihan untuk pagi ini?”, keluh Pamela sangat pelan.
.
.
**
Leon dan Pamela telah sampai di lobby Torres Inc, tidak ada rasa bangga dan bahagia saat menjadi istri dari pengusaha muda ini. Langkah Leon begitu angkuh diikuti Alonso dan Pamela di belakangnya. Semua pegawai menatap aneh, mempertanyakan siapa gadis yang berjalan dibelakang bos besar mereka. Sudah pasti lah pelayan Leon, atau mungkin wanita murahan yang menjerat Tuan Muda Torres ini, pikir semuanya kecuali Alonso.
Pamela gugup setengah mati mendapat tatapan intimidasi dari semua orang, seakan dirinya begitu hina untuk menginjakkan kaki di gedung pencakar langit ini, jalannya pun hanya sedikit menunduk menyembunyikan wajah sembabnya.
“Ck lamban”, kesal Leon menunggu Pamela memasuki lift. “Cepatlah, fungsikan kakimu itu dengan baik”, tajam Leon sembari menarik kasar lengan Pamela hingga tubuhnya mengikuti Leon masuk kotak besi.
“Alonso beritahu tugasnya hari ini”, perintah Leon berjalan keluar mendahului kedua orang yang mengikutinya.
“Baik tuan”
Alonso mulai memberitahu apa saja yang harus Pamela lakukan saat di ruangan Leon dan hal apa saja yang dilarangnya. Sontak kedua mata Pamela terbelalak mendengar penuturan Alonso.
“Apa tuanmu itu gila Alonso? Yang benar saja”, Pamela membuang wajah ke arah lain.
“Tapi nyonya?”
“Apalagi? Dia mau mengancamku? Sekarang apa?”, tanya Pamela beruntun. Untuk apa ia harus melakukan perintah suaminya yang dirasa tidak masuk akal. Secara sengaja Leon mencari musuh baru bagi Pamela.
“Katakan padanya aku tidak mau”, ketus Pamela, mendengus sebal.
“Hei J*****, aku bisa mendengarnya”, teriak Leon dari dalam ruangan , Pamela yang berada diambang pintu mengelus dada mendengar suara bariton menyeramkan milik Leon.
“Tapi nyonya, tuan akan mencabut perintah pengiriman uang pada akun anda detik ini juga”, terang Alonso, perasaannya tidka tega pada nyonya mudanya ini.
“Apa? Selalu saja mengancam”, Pikir Pamela di hatinya, ia pun memejamkan mata menarik napas sebelum masuk ruangan kerja Leon.
...TBC...
../Good/
juga kelahiran putera ke dua Pamela dan Leon dilanjutin thor ditunggu juga karyamu yang lain semangat