Misteri Pembunuhan di Tanah Tandus

Rendy sekarang sudah menjadi seorang polisi. Persis seperti apa yang dicita-citakannya dari sejak kecil. Bekerja sebagai seorang abdi negara.

Perjuangannya tentu saja tidak mudah. Setelah lulus SMA Rendy yang langsung mendaftar dan mengikuti seleksi tanpa membayar sepeser pun harus bertemu dengan beragam kegagalan.

Rendy terlebih dahulu dua kali gagal lolos di tahap-tahap awal hingga akhirnya semangat patang menyerahnya berhasil membawanya diterima di pendaftaran dan ujian masuk yang ketiga kalinya.

Resmi bertugas semenjak dilantik di tahun 2005, sekarang Rendy sudah berstatus sebagai seorang Briptu.

Kenikmatan mana lagi yang kamu dustakan?

Setelah sebelumnya sempat beberapa kali pindah tempat dinas. Mulai dari dua tahun yang lalu tepatnya Juli 2008 Rendy dipindah tugaskan ke Polsek Tepati. Kampung halamannya sendiri.

Ia menjadi tidak perlu repot lagi untuk urusan tempat tinggal. Sekarang ia bersama istri dan anaknya yang masih bayi tinggal di rumahnya sendiri. Alamat yang sama dengan rumah masa kecilnya. Di desa Janjiwan.

Sama halnya dengan Rendy yang dulu adalah seorang remaja dan sekarang sudah tumbuh menjadi pria dewasa juga berkeluarga.

Begitu juga dengan desa Janjiwan yang telah mengalami banyak perubahan dan kemajuan selama sepuluh tahun belakangan.

Sekarang jalanan masuk ke desa Janjiwan seluruhnya sudah aspal. Rumah-rumah penduduk sudah tembok semua. Bangunan serta fasilitas yang lainnya seperti sekolah, balai desa dan masjid berhasil disulap menjadi indah.

Tidak hanya tampak luarnya saja, tapi juga secara system dan penerapan. Perlahan semuanya kian maju dan mempermudah masyarakat.

Termasuk saluran air irigasi yang teramat penting bagi warga desa. Karena mayoritas mereka adalah seorang petani yang mengandalkan bercocok tanam sebagai sumber utama mata pencaharian.

*

Jika ada yang kurang dan harus segera diadakan di desa Janjiwan, maka jawabannya adalah lampu yang sepanjang jalan masuk dari jalan besar sampai ke pertigaan masuk ke desa masih belum ada.

Masih sama seperti dulu jika masuk ke desa Janjiwan di waktu malam hari. Harus menerobos gelap dengan himpitan kanan dan kiri sepanjang jalan adalah kebon dengan pohon-pohon yang seram dan sawah ladang yang membisu.

Malam hari itu pukul 22:00. Rendy dalam perjalanan pulang dari Polsek Tepati. Hari itu ia masuk sif siang yang mengharuskannya pulang sampai di desa hingga larut malam.

Dalam perjalanan pulang Rendy sangat bersemangat. Rasa lelah dan penatnya setelah bekerja sirna begitu saja ketika teringat siapa yang selalu menunggunya di rumah.

Ada istri dan anaknya yang masih bayi belum genap berusia satu tahun. Dua malaikatnya itu sedang dalam form lucu-lucunya dan menggemaskan.

Setelah melewati gelap yang hanya bisa dilihat karena terkena sorotan lampu motor. Ketika sampai di pertigaan masuk ke desa cahaya dari lampu-lampu rumah warga yang berada di sebelah kanan sudah mulai tampak.

Tapi sial bagi Rendy di malam hari itu. Tiba-tiba motornya mogok ketika seharusnya sebentar lagi ia sampai di rumah.

Memang bensin di tangki depan sepeda motornya cukup mepet untuk pulang ke Janjiwan dari Tepati. Tadi ia sempat periksa isi bensinnya sebelum pulang.

Jika benar motornya berhenti karena kehabisan bahan bakar, maka Rendy salah perhitungan. Ia mengira bensin di tangki motornya cukup untuk membawanya pulang sampai rumah di malam ini alih-alih harus mengisi dulu di pom bensin.

Sebuah pertanda buruk.

Rendy mengecek bensin di tangki motornya yang berada di bagian depan dengan cara menggoyang-goyangkan badan sepeda motor miliknya.

Masih terdengar suara air bensin yang terombang-ambing. Itu artinya bahan bakar masih belum sepenuhnya habis.

Lantas kenapa motornya mogok?

Di waktu yang sama sekali tidak tepat. Di malam hari yang sudah tidak terlalu berenergi.

Sebuah pertanda buruk.

Dari kejauhan tampak sosok yang berjalan menghampiri Rendy.

Semakin mendekat semakin jelas terlihat sosok itu.

Sosok itu berpenampilan layaknya seorang perempuan.

Sayangnya sosok itu datang dari arah kiri. Dari arah kawasan persawahan.

Kampung Rendy dari pertigaan belok kanan. Belok kiri adalah sawah dan ladang.

“Mau kemana mbak?”,

Rendy bertanya ketika sosok perempuan itu sudah berada di hadapannya.

“Saya mencari kerudung saya”,

“Warnanya kuning”,

“Mas lihat tidak?”, sosok perempuan itu balik bertanya kepada Rendy.

“Maaf mbak, saya tidak lihat”, jawab Rendy.

Sosok itu lalu pergi berlalu meninggalkan Rendy seorang diri.

Sosok perempuan itu hilang ditelan gelapnya malam Janjiwan.

Tiba-tiba motor Rendy bisa hidup lagi.

*

Rendy tahu betul siapa sosok perempuan itu. Meski begitu ia tetap saja merinding dan takut.

Sosok perempuan mengenakan gaun berwarna kuning dengan motif kupu-kupu berwarna hitam. Mengenakan jaket berwarna cokelat yang tidak dikancingkan dan celana jeans berwarna biru.

Rambut hitam nya yang sebahu. Wajahnya pucat, berparas cantik dan berkulit putih.

Sosok perempuan itu adalah Anita yang ia temukan dalam keadaaan meninggal di samping kandang kambing miliknya sepuluh tahun yang lalu.