Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Aku terbengong ketika kami berhenti dihadapan rumah mewah minimalis, bahkan rumahku saja masih kalah jauh. Maklum sih, namanya juga Sultan. Lamunanku terbuyar ketika Keeynan mencolek pipiku.
"Bunda kenapa diam saja? Rumah Om gede banget kan"
"Iya, mangkanya kamu betah disini" sahutku, lalu ia hanya terkekeh geli.
"Sweet cake, apa kamu ingin bengong disini saja?" aku menggeleng, lalu mengikutinya turun dari mobil.
Ketika aku akan memasuki rumah, salah seorang pelayan menghampiriku.
"Selamat datang nyonya" ucapnya dengan lagak formal. Aku tersenyum kikuk, pasalnya ART dirumahku tidak se kaku ini. Bahkan ia memakai seragam khas seorang pelayan.
"Ayo bunda, aku mau kasih tau sesuatu" lalu Keeynan menarik tanganku, sepontan aku berlari kecil mengikutinya.
Kami berhenti didepan foto berukuran besar yang menempel pada dinding ruang tamu, yang membuatku takjub adalah potret dua orang yang berada pada frame tersebut. Jelas aku mengenalnya, karena foto tersebut diambil ketika hari pernikahan kami. Kemudian aku beralih pada bingkai foto yang dipajang diatas bufet, berjejer rapi foto-foto kami saat berkuliah.
"Kenapa muka bunda ada disana?" tanya Keeynan sembari menunjuk foto di dinding itu. Aku bingung harus menjawabnya, karena tidak mungkin aku memberitahunya jika itu memang aku. Untuk saat ini, aku tidak siap kalau harus menceritakan semuanya.
"Mungkin hanya mirip saja sayang" jawabku. Kemudian aku mencari cari keberadaan lelaki itu, perasaan tadi dia ada dibelakangku mengapa sekarang menghilang. Cih kebiasaan. Aku kan masih asing dengan suasana dirumah ini.
"Mari saya antar Nyonya ke kamar" ujar pelayanan tersebut. Kami menaiki tangga menuju lantai dua rumah ini, aku sangat takjub dengan bingkai bingkai yang terpasang rapi disepanjang lorong yang kulewati. Karena semua itu terpapang nyata wajah cantikku ini. Sesampainya kami didepan kamar dengan pintu kayu bertuliskan "Anneth🖤"
Aku mengernyit bingung, bertanya tanya siapa itu Anneth. Apa pelayan ini salah mengantarkan kamar?
"Apa kau tidak salah mengantarku?"
"Tidak Nyonya, ini memang kamar anda. Silahkan masuk" lali aku menekan handle pintu. Tidak terkunci. Dan aku memasukinya, betapa terkejutnya lagi banyak sekali lukisan yang menggambarkan wajahku, bahkan foto-foto pernikahan kami, dan potret moment yang pernah kita lewati. Ternyata lelaki itu tidak pernah melewatkan satu pun tentangku. Lalu mengapa ia berselingkuh dengan terang terangan didepan mataku?
Aku memasuki kamar tersebut dan mengisyaratkan pada pelayan itu untuk pergi. Setelah aku menutup pintu, tak bisa lagi kubendung air mata ini, tangisku pecah. Dadaku sesak mengingat jika dulu kami pernah sebahagia itu, hanya karena kesalahpahaman ia merusak semuanya. Aku menangis tersedu sembari meremas dadaku, kali ini sakitnya bukan karena serangan. Melainkan seperti rasa sayatan, perih. Aku kembali menatap dinding-dinding itu dengan air mata yang masih terus bercucuran. Kalau kata orang jawa, rasa sakit ini dinamakan dengan 'gelo'.
Aku terus meremas bajuku dan mengepalkan tangan, emosi itu aku tidak dapat menahannya. Kilasan memori bahagia dan menyedihkan antara aku dengannya terus berputar pada otakku. Aku semakin menangis pilu, satu ingatan terakhir yang muncul dalam otakku adalah ketika aku melihat Ethan bercumbu dengan wanita itu. Aku terduduk lesu, badanku bergetar hebat dan aku sangat tergoncang ketika ingatan itu mulai bermunculan terus menerus dalam kepalaku. Aku hanya bisa menangis dan terus menangis.
Aku meringkuk dipojok nakas samping tempat tidur, nyawaku seperti melayang, trauma yang sudah lama kupendam akhirnya meluap dalam sekejap. Aku harap ini hanya mimpi, bahkan jika diharuskan mati aku akan dengan ikhlas menjalaninya.
KLEK.
Aku tak bergeming ketika pintu kamar terbuka dan terus meringkuk dengan kepala tertunduk. Hari ini aku tegoncang hebat.
"Kamu kenapa sweet cake?" ia berjongkok didepanku dan meraih daguku lembut agar kami betatapan. Aku tidak merespon dan hanya memperlihatkan tatapan kosong padanya.
"Apa foto-foto ini yang membuatmu tidak nyaman?" aku tetap diam dan tak menghiraukannya.
"Ceraikan aku" sahutku dingin.
"Mengapa aku harus menceraikan kamu? Aku mencintaimu Anessa" sahutnya tak kalah dingin dariku.
"Lalu mengapa kau berselingkuh" sentakku padanya, dengan kesal aku mulai menangis dan memukulinya membabi buta.
"Cukup sweet cake, maafkan aku. Kita berbicara saat kamu sudah tenang ya" sahutnya sembari memulukku secara paksa hanya demi menenangkan aku yang terus memberontak. Aku terdiam, dirasa mulai tenang ia mengangkatku keatas ranjang.
"Bajumu sudah pelayan rapikan dilemari sana, jika kamu perlu yang lainnya cukup menelepon saja dari sini dan pelayan aka menghampirimu. Disini ada kode nomor telepon yang bisa kau gunakan untuk menghubungi orang dirumah ini" jelasnya, kemudian ia mengecup halus jidatku dan bangkit meninggalkanku.
Aku masih terdiam, berusaha mencerna seperti apa situasi saat ini. Kemudian aku mulai tertidur.
Badanku menggeliat merasakan jika ada yang menciumi pipiku, aku mengerjap. Kaget melihat Ethan yang sekarang berada diatasku.
"Sweet cake" panggilnya parau. Ketika aku berusaha memberontak, ia melumat paksa bibirku. Aku yang masih belum sadar sepenuhnya hanya bisa terdiam kaku.
Lalu ia mulai menjamah seluruh bagian tubuhku, aku yang tidak siap terkesiap ketika ia mulai melepas satu persatu pakaian yang kukenakan.
Ia melakukannya dengan lembut, seolah aku adalah barang berharga baginya. Aku tidak bisa menolaknya, karena ini sangat menggoda sekali. Badanku mulai bergejolak merasakan belaian halus dari tangannya, bibirnya pun tidak diam saja. Ia tidak memberiku ruang untuk bernafas. Tak terasa udara kamar ini tiba tiba menjadi memanas ulah permainan kami.
Persetanan dengan malu, aku juga sudah tidak tahan dengan ini semua. Lalu aku membanting tubuh kekar itu kesamping, dan menindihnya. Tak lupa, aku mulai melucuti pakaian yang ia kenakan. Dan sekarang kita impas, sama sama tidak mengenakan busana satupun.
Lalu ia membanting tubuhku dibawahnya, kemudian ia mulai mencumbu membabi buta. Aku yang telah terbuai dengan semua sentuhannya perlahan mulai mendesah.
Bahkan ia begitu lihai meminkan jari jemarinya dikedua pahaku, tak luput juga lidahnya yang terus menjilat kedua putingku. Aku bergetar hebat ketika ia dengan sengaja terus menggodaku.
Dasar Anessa yang bodoh, bisa bisanya tergoda dengan permainan lelaki bajingan ini. Bagaimana jika Keeynan nanti punya adik? Apa yang harus aku katakan.
Shit, aku meruntuki dalam hati atas kebodohan yang telah aku lakukan. Kedua kali. Benar benar bodoh.
Ethan semakin gencar melakukan permainannya itu, aku hampir tidak bisa mengimbanginya. Terbuat dari apa kekuatan lelaki ini sih? Benar benar gila. Kami benar benar gila.
Sejenak, aku melupakan kejadian yang ada hari ini. Aku benar benar sudah dibawah kendali lelaki iki.
Hingga malam itu, kami berdua melakukannya. Melakukan selayaknya suami dan isteri.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/