Bagaikan mimpi buruk yang sangat menakutkan, Cecilia tidak menyangka hidupnya sangat tragis sekali.
Lelaki yang baru tiga bulan di nikahinya, ternyata menyukai adik tirinya.
Lelaki yang baru di nikahinya itu, bersekongkol dengan adik tirinya dan Ibu tirinya, ingin merebut perusahaan Ayahnya, dan menguasai harta keluarga Cecilia.
Cecilia bertekad akan membalas semua apa yang telah dilakukan oleh ke tiga orang itu pada keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Bertemu di kantor.
Setengah berlari, Mira menyusul langkah Cecilia yang berjalan dengan cepat keluar dari restoran.
Sahabatnya itu terlihat begitu terburu-buru, ingin segera menjauh dari pria yang pernah membuat dirinya jadi seorang penguntit.
"Aku akan langsung ke kantor saja, nanti malam kita makan sama lagi, tunggu aku di restoran dekat apartemen ku!" sahut Cecilia sembari mempercepat jalannya.
"Baik!" jawab Mira.
Cecilia langsung kembali ke kantornya.
Sesampainya di kantor, Cecilia menghempaskan bokongnya ke kursi.
Cecilia duduk termenung, memikirkan peristiwa di restoran tadi.
Pria itu menolongnya tepat di depan hidung wanita cantik yang duduk bersamanya, dan berbicara dengannya seolah-olah mereka sudah akrab selama ini.
Cecilia menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin menjadi wanita perusak hubungan orang lain.
Karena dia tahu rasanya dikhianati, walau tidak ada cinta di dalam hubungan yang dia jalani, tapi tetap saja itu menyakitkan, perasaannya tidak di hormati dan di hargai.
Dia di perlakukan seperti wanita pecundang, dan tidak layak untuk mendapatkan perhatian dan cinta.
Sekarang, setelah dia keluar dari penjara, tidak ada lagi keinginan untuk membuat seorang lelaki terpikat padanya.
Cintanya pada lelaki itu sudah mulai terkubur di dalam hatinya yang paling dalam, dan akan dia hilangkan tidak tersisa sedikit pun.
Setelah tahu siapa penolongnya, Cecilia menyadari Group Michael bukan lagi miliknya.
Tapi dia tidak menyesalinya, karena bagaimana pun, orang itu sudah begitu baik membebaskan dirinya dari penjara.
"Aku pura-pura tidak ingat apa yang telah terjadi tadi, aku tidak ingin memiliki hutang budi yang begitu banyak padanya, lain kali aku harus berhati-hati" gumam Cecilia menekan pelipisnya.
Cecilia menghela nafasnya dengan panjang, dia sekarang harus lebih fokus untuk menepati janjinya, untuk membuat Group Michael menghasilkan pendapatan yang lebih menguntungkan.
Dia akan bekerja keras untuk mengembalikan keadaan perusahaan seperti semula, dari perbuatan Ibu tiri dan adik tirinya.
Setelah balas dendamnya selesai dengan memasukkan ke tiga orang yang sudah menyakitinya, dia berencana akan mengasingkan diri ke sebuah kota kecil.
Sewaktu dia di penjara ada seorang narapidana wanita begitu baik padanya, menceritakan tempat tinggal yang menyenangkan dan sangat damai.
Sangat cocok untuk seseorang yang ingin menyendiri, dan Cecilia jadi menginginkan tempat itu untuk dia kunjungi.
Tok! tok! tok!
Terdengar ketukan di pintu, lalu daun pintu perlahan terbuka.
Wajah Arya muncul dari balik pintu.
"Nona, Tuan Jhonatan ingin bicara dengan anda!" sahut Arya.
"Baik!" jawab Cecilia, dia ingat tadi pria itu mengatakan ingin bicara padanya, "Ayo!" ajak Cecilia kepada Arya.
Dengan langkah yang tenang, Cecilia keluar dari ruang kantornya, diikuti Arya dari belakang.
Sesampainya di depan pintu ruang kantor pria itu, Arya mengetuk pintu terlebih dahulu, baru setelah itu Arya perlahan membuka daun pintu tersebut.
Arya membuka daun pintu lebar-lebar, agar Cecilia masuk terlebih dahulu ke dalam.
Di dalam Cecilia melihat pria itu berdiri di dekat kaca tempered, matanya melihat ke luar gedung.
Cecilia berdiri di tengah ruang kantor pria itu, diam menunggu pria itu membalikkan badannya.
Perlahan pria itu pun membalikkan badan, lalu memandang Cecilia yang berdiri diam di tempatnya.
"Duduklah!" sahut suara bariton itu.
"Terimakasih Tuan!" jawab Cecilia, lalu berjalan menuju sofa yang ada di dalam ruangan itu.
Meletakkan bokongnya perlahan ke atas sofa, dan duduk menunggu pria itu mengatakan apa yang akan di katakannya.
Pria itu pun melangkah menuju sofa, lalu duduk di depan Cecilia.
Pria itu menopangkan kakinya satu ke kaki satunya lagi, lalu memegang dasinya, dan kemudian menarik dasinya untuk di longgarkan.
Cecilia menumpukan tangannya ke pangkuannya, menunggu apa yang ingin di bicarakan pria itu.
Sementara Arya berdiri tidak jauh dari sofa.
Bersambung.....