Genre: Action, Drama, Fantasy, Psychological, System
Seluruh siswa kelas 3A tidak pernah menyangka kalau hidup mereka akan berubah drastis ketika sebuah ritual aneh menarik mereka ke dunia lain. Diberikan gelar sebagai "Pahlawan Terpilih," mereka semua mendapat misi mulia untuk mengalahkan sang Raja Iblis dan menyelamatkan dunia asing tersebut. Di antara mereka ada Hayato, siswa yang dikenal pendiam namun selalu memiliki sisi perhatian pada teman-temannya.
Namun, takdir Hayato justru terpecah dari jalur yang diharapkan. Ketika yang lain menerima berkat dan senjata legendaris untuk menjadi pahlawan, Hayato mendapati dirinya sendirian di ruangan gelap. Di sana, ia bertemu langsung dengan sang Raja Iblis—penguasa kegelapan yang terkenal kejam. Alih-alih membunuhnya, Raja Iblis memberikan tawaran yang tak bisa Hayato tolak: menjadikannya "Villain Sejati" untuk menggantikan posisinya dalam tiga tahun mendatang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nov Tomic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
— BAB 22 — Melanjutkan Misi Part 2 —
Aku duduk di atas akar pohon besar yang menonjol dari tanah, tubuhku bersandar dengan lelah. Angin sore bertiup lembut, tetapi tidak cukup untuk meredakan rasa panas yang menjalar dari luka-luka kecil di tubuhku. Eirene duduk di sebelahku, tangannya sibuk membalut luka di lenganku dengan dedaunan obat yang ia bawa.
"Kau terlalu nekat," gumamnya dengan nada cemas. "Seharusnya kau memanggilku untuk membantu."
Aku hanya menggeleng pelan. "Ini misiku, Eirene. Sistem ini hanya bisa kugunakan sendiri. Jika kau ikut campur, aku tidak tahu apa yang akan terjadi."
Ia tidak menjawab, hanya menghela napas panjang. "Kau keras kepala."
Aku tersenyum tipis, meski senyum itu terasa lebih seperti ejekan terhadap diriku sendiri. "Mungkin."
Eirene menyelesaikan pekerjaannya, lalu duduk lebih dekat denganku. "Jadi, apa rencanamu selanjutnya? Kau masih membutuhkan lima monster lagi, bukan?"
Aku mengangguk, memandangi layar sistem yang melayang di depanku.
[Misi, Sedang Aktif]
[ - Jelajahi Hutan Lebih Jauh dan Bunuh Tiga Jenis Monster Berbeda!]
[ - Total: 15 Monster, 5 Dari Setiap Jenis]
[ - Progress: 5 Goblin, 5 Orc, ...]
[ - Hadiah: Peta Menuju Kastil Raja Iblis]
Tulisan itu terasa seperti pengingat yang tidak sabar, mendesakku untuk terus bergerak.
"Aku harus menemukan jenis monster terakhir," kataku akhirnya.
Eirene terlihat berpikir sejenak, lalu berkata, "Kalau begitu, kita harus mulai mencari. Hutan ini masih luas, dan aku yakin ada banyak makhluk yang belum kita temui."
Aku memandangnya dengan alis terangkat. "Kita?"
"Tentu saja." Ia tersenyum, matanya berbinar penuh tekad. "Aku sudah bilang akan mengikutimu, Hayato. Kau tidak bisa menghentikanku."
Aku hanya bisa menghela napas. "Baiklah. Tapi ingat, jangan ikut campur saat aku melawan mereka. Aku tidak mau mengambil risiko."
Eirene mengangguk, meskipun aku tahu ia tidak benar-benar setuju.
...----------------...
Perjalanan kami dimulai lagi keesokan harinya. Langit cerah, meski hawa lembab hutan tetap menyelimuti tubuh kami. Aku mengikuti Eirene yang berjalan dengan langkah ringan, sementara aku mencoba menyembunyikan rasa lelah yang masih tersisa.
"Menurutmu, apa jenis monster terakhir yang harus kita cari?" tanyaku, mencoba mengisi keheningan.
"Kalau berdasarkan apa yang kulihat selama ini," jawabnya, "ada beberapa kemungkinan. Tapi yang paling sering muncul di wilayah ini adalah Direwolf."
Aku mengerutkan kening. "Direwolf? Seperti serigala, tapi lebih besar dan lebih kuat?"
Ia mengangguk. "Benar. Mereka biasanya bergerombol, dan sangat agresif. Tapi aku tahu tempat di mana mereka sering terlihat. Jika kita beruntung, kita bisa menemukan mereka sebelum malam tiba."
Aku memikirkannya sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah. Kita coba cari mereka."
Setelah beberapa jam berjalan, kami tiba di sebuah area yang berbeda dari hutan sebelumnya. Pepohonan di sini lebih jarang, dengan tanah yang dipenuhi semak belukar dan jejak-jejak kaki besar yang mengarah ke arah tertentu.
"Inilah tempatnya," bisik Eirene. "Aku pernah melihat Direwolf di sekitar sini. Tapi hati-hati, mereka sangat waspada."
Aku mengangguk, menggenggam tanganku dengan erat.
Aku harus bermain cerdas. Tubuhku belum sepenuhnya pulih, dan aku tidak bisa mengandalkan kemampuan dari skill saja.
Tiba-tiba, dari balik semak belukar, muncul tiga Direwolf besar. Tubuh mereka dilapisi bulu abu-abu gelap, dengan mata kuning menyala dan taring tajam yang terlihat jelas. Mereka menggeram pelan, mengamati kami dengan sikap mengintimidasi.
"Diam di sini," bisikku pada Eirene. "Jangan bergerak."
Ia mengangguk, tetapi wajahnya penuh kekhawatiran.
Aku melangkah maju, mencoba menenangkan diriku. Direwolf pertama melompat ke arahku, cakar besarnya terarah ke wajahku. Dengan cepat, aku mengaktifkan Manipulasi Darah—menciptakan tombak yang melesat ke arahnya.
Tombak itu berhasil menembus bahunya, tetapi tidak cukup untuk melumpuhkannya. Direwolf itu hanya menggeram lebih keras, meskipun darah mulai menetes dari luka yang terbuka.
"Hmm, mereka lebih kuat dari yang kukira," gumamku.
Direwolf kedua dan ketiga mulai bergerak bersamaan, mencoba mengapitku dari kedua sisi. Aku melompat mundur, mengaktifkan Manipulasi Racun untuk menciptakan kabut beracun di sekelilingku. Kabut itu membuat mereka melambat, tetapi tidak menghentikan mereka sepenuhnya.
"Ini akan sulit," pikirku, mengencangkan cengkeramanku pada tombak darah di tanganku.
Pertarungan panjang pun dimulai, dengan setiap serangan menjadi tarian hidup dan mati antara aku dan monster-monster itu.
Direwolf pertama, meskipun terluka, melompat ke arahku dengan kecepatan luar biasa. Cakarnya melesat menuju dadaku, memaksaku menunduk dan berguling ke samping. Aku menghantam tanah dengan keras, tetapi berhasil menghindari serangan itu.
"Darahku belum cukup untuk bertarung seintens ini," gumamku, menatap luka di lengan kiriku yang belum sepenuhnya sembuh.
Aku mengaktifkan Adaptasi Kegelapan, membuat tubuhku menyatu dengan bayangan di bawah pepohonan. Tubuhku menjadi samar, sulit dilihat oleh mata telanjang. Direwolf kedua menggeram kebingungan, berputar-putar mencari keberadaanku.
Sementara itu, aku merapal Manipulasi Racun lagi, kali ini memusatkan racun di ujung tombak darahku. Dengan langkah pelan, aku mendekati Direwolf pertama yang sedang mencium udara, mencoba melacak keberadaanku.
"Ini untukmu," bisikku, menusukkan tombak beracun itu ke lehernya. Direwolf itu menggeram kesakitan, darah hijau mulai keluar dari lukanya. Tubuhnya bergetar hebat sebelum akhirnya jatuh ke tanah.
Namun, aku tak sempat menikmati kemenangan itu. Direwolf ketiga melompat dari belakang, mendaratkan cakar di punggungku. Rasa sakit membakar tubuhku saat aku terlempar ke depan, darah menyembur dari luka baru.
"Kurang ajar," desisku, mencoba bangkit.
Direwolf kedua dan ketiga mendekat bersamaan, melingkar seperti pemburu yang mengepung mangsanya. Aku tahu mereka lebih pintar dari yang kuduga.
"Aku harus menghancurkan formasi mereka," pikirku.
Aku mengaktifkan Gigitan Kegelapan, menciptakan mulut raksasa dari bayangan di bawah mereka. Mulut itu menjulur dengan cepat, mencoba menelan salah satu Direwolf. Direwolf kedua tidak cukup cepat untuk menghindar; tubuhnya terseret masuk ke dalam kegelapan yang bergerak seperti makhluk hidup.
Direwolf ketiga menggeram lebih keras, meluncur ke arahku dengan kemarahan yang nyata. Aku tidak punya waktu untuk menghindar, jadi aku mengerahkan semua energi yang tersisa ke dalam Manipulasi Darah, menciptakan perisai berduri di depanku.
"Dorong!" aku berteriak pada diriku sendiri, memaksa perisaiku bergerak maju. Direwolf itu menabrak perisai darahku dengan tubuh besar mereka, tetapi duri-duri tajam menancap ke kulitnya. Suara lolongan kesakitan menggema di seluruh area, membuat telingaku berdengung.
"Masih belum cukup," desisku, menggertakkan gigi.
Dengan sisa energi yang kupunya, aku melompat ke arah Direwolf yang tersisa, mengaktifkan Adaptasi Kegelapan untuk meningkatkan kecepatanku. Dalam satu gerakan cepat, aku menusukkan tombak darahku yang terakhir ke jantung Direwolf itu.
Direwolf ketiga menggeram untuk terakhir kalinya sebelum jatuh ke tanah, tidak bergerak lagi.
Aku berdiri dengan terengah-engah, darahku menetes ke tanah, menciptakan genangan kecil. Sistemku muncul, memperlihatkan progress misi.
[Selamat, Misi "Jelajahi Hutan Lebih Jauh dan Bunuh Tiga Jenis Monster Berbeda" Telah Selesai!]
[5 Goblin, 5 Orc, 5 Direwolf Dikalahkan!]
[Hadiah akan diberikan.]
"Ya, selesai," desisku, setengah tertawa meski tubuhku penuh luka.
Eirene muncul dari balik semak-semak, wajahnya pucat melihat kondisiku. "Hayato! Kau terluka parah!"
Aku terhuyung-huyung ke arahnya, mencoba menunjukkan senyuman. "Hanya luka kecil... aku baik-baik saja."
Tapi sebelum aku bisa mengatakan lebih banyak, tubuhku goyah, dan aku jatuh ke tanah. Gelap pun menyelimuti pandanganku.