Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Pasangan Yang Serasi
"Ica! Lho jahat banget sih Ca, nusuk gue dari belakang kayak gini. Lo diem-diem jalan sama pak Bian. Lo kan tahu kalau dia laki Gue. Kok Lo tega sih Ca!"
Dasar teman edun dan nggak punya akhlak Reina ini. Bisa-bisanya dia bicara hal yang sensitif seperti ini tanpa melihat situasi dan tempat. Khalisa tahu Reina hanya bercanda, karena seperti itulah kakak tingkatnya itu kalau bicara. Hanya saja ini di lorong studio bioskop.
Suasana yang sebelumnya cukup ramai dengan suara orang berbincang seketika hening mendengar ucapan Reina yang volume suaranya cukup memekakkan telinga orang yang berdiri didekatnya.
Khalisa hanya bisa menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Khalisa yakin semua mata kini menatapnya dengan tatapan yang mengecap dirinya sebagai pelakor. Andai saja dia punya kantong ajaib seperti Doraemon, maka Khalisa akan mengeluarkan pintu kemana saja dari kantong tersebut lalu pergi meninggalkan tatapan orang-orang yang akan menghakiminya akibat salah paham dengan apa yang Reina ucapkan.
"Hemmm." Abian berdehem agar Reina terfokus padanya dan berhenti bicara omong kosong yang mempermalukan Khalisa dan juga dirinya.
"Eh Pak Bian." ucap Reina sambil tersenyum malu-malu pada Abian. Kalau saja Khalisa melihatnya, sudah pasti Reina langsung mendapat cubitan dari Khalisa agar kembali sadar dari dunia halunya yang sering tidak tepat waktu.
"Maaf ya Pak, Rere hanya bercanda. Hehehe." ucap Reina sambil mengangkat dua jarinya membentuk huru V.
"Kalian itu pasangan yang manis banget tahu." ucap Reina lagi tanpa dosa. Tidak tahukah dia kalau ucapannya itu banyak membuat orang salah sangka pada Abian dan Khalisa.
"CA. Muka Lo kok ditutup pake tangan sih. Nggak usah malu lah kepergok sama Gue jalan sama pak Bia. Gue dukung kok. Pak Bian kan emang udah lama suka sama Lo." ucap Reina sambil menarik tangan Khalisa dari wajahnya.
Benar- benar teman yang enggak punya akhlak. Suka sekali seenaknya bicara. Setelah itu dia lupa kalau sudah membuat orang salah faham. Tapi mau bagaimana lagi, Reina satu-satunya teman yang tulus menurut Khalisa. Meski anak seorang pengusaha hebat di negeri ini, Reina tidak malu berteman dengan Khalisa yang dari kalangan orang biasa.
Memang banyak orang yang suka dan berteman dengan Khalisa, tapi mereka ada hanya saat butuh Khalisa. Lebih hanya memanfaatkan kebaikan dan ketulusan seorang Khalisa saja. Berbeda dengan Reina yang bestie sejatinya adalah Khalisa. Karena yang tulus berteman denganya hanya Khalisa.
Mengikuti pergerakan Reina, Khalisa menarik tangannya yang menutupi wajahnya. Yang pertama dia lihat adalah cengiran kuda khas Reina. Sedetik berikutnya Reina memeluk Khalisa.
"Ca, thanks. Lo udah tolongin Gue." ucap Reina.
"Gue nggak nyangka, Lo ternyata cewek bar-bar Re." ucap seorang pria yang sejak tadi melihat kelakuan Reina yang merupakan teman kencannya. Kencan buta yang diatur oleh kedua orang tua mereka, alias dijodohkan.
Khalisa mengurai pelukan Reina, "Jadi karena dia Lo sampe mempermalukan Gue di depan umum kayak gini?" ucap Khalisa sambil menatap punggung seorang pria yang menjauh.
"Keterlaluan ya Lo jadikan gue alat untuk batalkan kencan buta Lho." ucap Khalisa sambil menekan suaranya.
"Ca, sudah waktunya masuk." ucap Abian mengalihkan perhatian Khalisa.
"Iya Pak." jawab Khalisa. Lalu gadis itu menoleh pada Reina, "Re, lo gimana? Jadi nonton?" tanya Khalisa.
"Gue pulang aja deh. Ntar jadi obat nyamuk." jawab Reina.
"Selamat bersenang senang." ucap Reina lagi.
"Pak Bian, semangat! Jangan sampai lepas. Meski aku padamu tapi kalian emang pasangan yang serasi." ucap Reina pada Abian.
Abian yang tadinya kesal dengan kelakuan aneh mahasiswinya itu, berubah jadi senang dengan semangat yang diberikan oleh Reina.
"Ayo Ca!" ajak Abian sambil meraih pergelangan tangan Khalisa dan mengandengnya.
Khalisa sudah tahu perasaannya meski dia belum mengungkapkanya secara langsung. Tapi Reina secara tidak langsung sudah memberi tahu Khalisa yang menurut Abian tidak peka dengan perhatiannya selama ini. Jadi tidak masalahkan dia kali ini mengandeng tangan Khalisa.
Khalisa mengikuti langkah kaki Abian sambil menatap tangannya yang digandeng pria itu. Khalisa tahu Abian perhatian selama ini kepadanya karena pria itu punya perasaan. Sayangnya Abian tidak berani berterus terang seperti Devan yang terus mengungkapkan kata cinta dan serius melamarnya hingga mereka akhirnya bertunangan. Tapi tidak semua ungkapan cinta yang Devan ucapkan, menandakan pria itu benar-benar mencintainya. Nyatanya, pria itu selingkuh dengan kakaknya sendiri.
Sementara orang yang sedang dipikirkan Khalisa, saat ini tengah menunggu kepulangan sang gadis di teras rumah ayah Arsyad. Viola sudah tidak ada dirumah itu. Devan tidak peduli. Dia datang untuk bicara dan meminta maaf pada Khalisa. Devan tidak ingin berpisah dengan Khalisa. Devan akan melakukan apapun yang Khalisa inginkan asalkan gadis itu kembali padanya. Egois sekali.
Devan kembali mengecek ponsel pintar miliknya. Pesan yang dia kirim ke nomor Khalisa masih saja centang dua abu-abu. Berkali-kali dia menghubungi Khalisa, gadis itu tidak juga mengangkat panggilannya. Bagaimana mau tahu ada panggilan masuk kalau suara ponselnya Khalisa atur ke posisi silent.
Kalau saja mamanya tidak menghalanginya untuk mengejar Khalisa, Devan pasti sudah bisa mengajak Khalisa bicara. Tapi kemarahan mamanya membuat Devan kehilangan jejak Khalisa saat ini. Dan gadis itu tidak merespon panggilan dan pesan yang dia kirimkan.
Sorot lampu mobil yang mengarah kepadanya menarik perhatian Devan. Dia kira itu mobil milik Khalisa. Sayangnya Devan harus kecewa, karena mobil yang masuk ke kediaman ayah Arsyad mobil mewah yang Devan cukup kenal siapa pemiliknya.
"Ica belum pulang?" tanya Narendra karena Devan menunggu gadis itu diteras.
Ya, pria yang datang adalah Narendra. Dia mencari Khalisa karena ingin mengajak gadis itu bertemu dengan wedding organizer pilihan Sonia. Selama ini, Khalisa yang membantu Narendra dan Sonia mengurus pernikahannya. Namun akhir-akhir ini Sonia sering keluar kota bahkan keluar negeri, dan calon istrinya itu menyerahkan semua keputusan pada Narendra dan Khalisa. Karena itu, Narendra mencari Khalisa, bukan Sonia.
"Dia kemana?" tanya Narendra lagi setelah Devan menjawab dengan gelengan.
"Aku tidak tahu. Ica tidak menjawab panggilan dariku." jawab Devan.
Narendra menatap penuh tanya pada Devan. Jelas sekali ada masalah antara Khalisa dan Devan. Melihat penampilan Devan yang berantakan, dan Khalisa tidak mau mengangkat telepon pria itu, apa lagi jika tidak sedang ribut. Tapi Khalisa bukan gadis yang suka denga keributan, selama Narendra mengenal gadis itu.
"Assalamualaikum Mas." jawab Khalisa dari seberang sana.
Narendra melihat Devan sebentar, lalu setelahnya dia berjalan menjauh. Narendra tidak akan memberitahu Devan kalau Khalisa ternyata mengangkat panggilannya. Tadinya Narendra hanya ingin membuktikan dugaannya saja dengan menghubungi Khalisa, dan ternyata benar.
"Kamu dimana Ca?" tanya Narendra setelah menjawab salam dari Khalisa.
"Di mall, Mas. Cari pakaian kerja seperti yang Mas Rendra sarankan." jawab Khalisa.
"Sudah selesai belanjanya?" tanya Rendra lagi.
"Sudah Mas. Malahan sempat nonton. Tapi ini Ica sudah mau pulang. Makasih ya Mas, udah di beliin baju kerja." jawab Khalisa.
"Mas jemput. Kamu di mall mana." sahut Narendra. Ica memberitahu keberadaanya saat ini. Lalu dia ingat kalau dia bawa kendaraan sendiri, Mengapa Naren mau menjemputnya.
"Tapi Ica bawa mobil Mas." ucap Khalisa.
Bukan menjawab, Narendra langsung menutup panggilannya dengan Khalisa. Dia menghampiri Devan untuk pamit tanpa ada niatan untuk memberitahu Devan dimana Khalisa berada. Kelihatan sekali kalau Devan yang sudah melakukan kesalahan. Narendra sudah mengenal Khalisa dengan baik. Empat tahun dia mengenal Sonia, empat tahun juga Narendra mengenal Khalisa.
Khalisa menatap ponselnya setelah Narendra menutup panggilannya tanpa menjawab. Calon kakak iparnya itu orang yang tidak mau dibantah. Jadilah Khalisa memutuskan untuk menunggu Narendra saja.
"Ada apa?" tanya Abian yang melihat Khalisa menatap layar ponselnya yang gelap.
"Kakak saya mau datang untuk menjemput saya Pak." jawab Khalisa.
"Sonia?" tanya Abian. Khalisa menggeleng.
"Bukan, tapi calon suaminya." jawab Khalisa.
"Sonia sudah punya calon suami?" tanya Abian untuk meyakinkan. Khalisa kembali mengangguk.
"Kurang empat minggu lagi mereka akan melangsungkan pernikahan."
Abian terdiam mendengar jawaban Khalisa. Satu nama yang pria itu pikirkan, Sultan. Abian tahu perasaan Sultan pada Sonia yang sudah cukup lama. Hanya dengan melihat wanita itu disalah satu majalah yang Sultan baca. Baru sekarang ada kesempatan bagi Sultan mendekati Sonia, tapi sang gadis sudah ada pemiliknya. Abian tidak tahun saja, kalau selama empat bulan ini Khalisa juga memiliki tunangan.
"Bapak pulang duluan saja tidak apa-apa. Terima kasih sudah mengajak Saya nonton sore ini." ucap Khalisa membuat Abian menatap gadis itu.
"Saya akan temani kamu sampai orang yang akan jemput kamu datang." jawab Abian. Mana mungkin dia melewatkan kesempatan untuk bisa lebih lama lagi berada di dekat Khalisa.
"Kita cari tempat yang nyaman untuk menunggu." ucap Abian lagi yang disetujui Khalisa.
...◇◇◇...