"Ah, aku berada di mana?"
Sebuah tempat yang mengesankan! Sial, tapi ini bukan duniaku. Ini adalah dunia sihir! Tunggu, aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda hina yang memiliki sihir sama sekali.
Bodoh, kenapa aku ini mencintai seorang putri kekaisaran sedangkan aku bukan siapa-siapa?
Ahahaha tidak masalah, mari kita genggam dunia ini menggunakan sebuah kecerdasan yang luar biasa. Tidak apa-apa aku tidak memiliki sihir, tapi aku memiliki sebuah seni yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ini adalah dunia yang dipenuhi oleh pedang dan juga sihir. Kau tidak punya sihir? maka kau akan dikucilkan. Tapi mari kita lihat, bagaimana pemikiran dunia modern diterapkan di dunia yang tidak pernah menyentuh sains yang menakjubkan. Juga, mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan dan perkembangan teknologi yang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arachanaee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukum Newton
“Tuan!” Teriakan itu menggema membentur pepohonan yang hangus. Helen tampak berekspresi buruk ketika Kazuto baru terkena serangan yang brutal dari magical beast itu. Padahal, dua kaki itu pincang, tapi memang bisa-bisanya mengayunkan kakinya dengan mudah.
Hanya saja, semua orang disini tahu bahwa kaki singa itu memang tidak akan mampu untuk menyerang lagi. Dua peluru sudah bersarang, mereka yakin bahwa singa itu memang seharusnya tidak akan mampu untuk bergerak lebih luas. Serangan terakhir itu, mungkin akan menjadi serangan terakhir baginya, tidak akan mampu setelah itu.
Tapi memang, serangan dari hewan itu bukan hanya sekadar serangan fisik atau mungkin serangan perlawanan dengan kekuatan fisik. Sihirnya masih berfungsi, sehingga kondisi Kazuto memang dalam kondisi kritis dan terdesak.
Flintlock itu juga sudah terlempar jauh dari tangan Kazuto, sementara singa sudah ada di depan mata. Apa yang akan Kazuto lakukan?
Laura berdecak kesal, mengerutkan dahinya. Berpikir, senjata yang ada di depannya masih terpasang satu peluru yang masih belum digunakan. Flintlock nya masih dingin.
Ya, dia harus berani. Dia menghilangkan tubuhnya, bergerak dengan cepat ke arah singa itu dengan mengangkat flintlock dengan cepat. Mekanisme mudah, tinggal di tarik pelatuk, maka peluru akan meluncur keluar.
Tapi memang praktiknya tidak semudah itu, butuh persiapan dan penuh dengan keberanian. Pemula tidak akan mampu menahan suara ledakan.
Dia hendak mengabaikan itu semua.
Dorrr
Tembakan pertama yang diarahkan ke singa, yang mana itu merupakan dari tangan Laura. Suaranya yang keras, recoilnya yang tinggi, membuat Laura bergetar hebat. Hanya dia yang tahu, bahwa dirinya bergetar hebat.
Tapi masalahnya, dari jarak yang jauh, peluru menyebar awur-awuran. Laura yang memang menargetkan singa itu, kini tidak kena dan hanya mengenai tanah.
Singa itu menoleh ke belakang dan mencari tahu darimana serangan itu berasal. Dalam kondisi itu, Kazuto segera berlari menjauh, menjauh sejauh mungkin karena dia tahu apa yang akan singa itu lakukan. Dan, dia juga baru melakukan sesuatu.
Seperti biasa, singa itu membakar dirinya sendiri dalam radius yang besar. Berharap tidak ada satupun yang bisa mendekatinya. Hanya saja saat itu dalam waktu yang bersamaan,
Bumm! Darr!
Sebuah ledakan terjadi di dekat singa tersebut. Singa itu terlempar ke samping dengan luka yang tidak bisa disebut sederhana. Apa yang terjadi sebenarnya?
“Bubuk mesiu sangat sensitif dengan suhu tinggi. Petasan, bom, semua itu berbahan bubuk mesiu.” Kata Kazuto sambil tersenyum dan menahan darahnya yang mengalir di tangannya. Cakaran singa itu membuat dia terluka seperti itu.
Dia mungkin baru saja melemparkan 3 peluru dari sakunya tepat di samping singa itu. Jadi, ketika singa itu mulai mengobarkan dirinya karena menyadari mengenai Laura, maka peluru itu akan bereaksi dan akan meledak hingga membentuk seperti sebuah bom yang meledak.
Singa masih tidak mengerti, apa yang baru saja terjadi? Kekuatan apa itu memangnya? Saat itu juga, pantat belakangnya mengeluarkan darah setelah suara tembakan terdengar nyaring. Singa itu terbaring dalam kondisi yang begitu lemah dan tidak berdaya. Api surainya padam hingga membentuk surai yang biasa saja.
“Singa sialan!”
Saat itu Laura dengan gagah berani berdiri di depan singa itu. Laura juga menghembuskan napas puas ketika dia baru saja menembakkan peluru secara akurat. Kedua wanita itu, seketika menodongkan Flintlock tepat pada kepala singa itu. Dan singa itu hanya bisa memandang, seolah tidak mengerti kekuatan macam apa yang membuat dia bisa terbunuh?
…….
Kazuto membalut luka dengan dedaunan. Luka akibat cakaran cukup membuat dia kehilangan banyak darah. Tapi paling tidak, dia mendapatkan sebuah kemenangan dalam pertempuran besar untuk pertama kalinya.
Saat ini mereka berjalan bak pemburu yang siap untuk memburu mangsanya. Sayangnya saat ini, Kazuto mungkin akan menghindari pertarungan. Pertama, karena kondisi Kazuto yang terluka, kedua, dia sudah kehilangan 8 dari 20 peluru yang dia buat. Jika dia sia-siakan, mungkin akan sulit baginya untuk pulang.
“Bagaimana rasanya menggunakan senjata api?” Tanya Kazuto penasaran kepada mereka berdua. Kondisi dimana mereka pertama kali menggunakan senjata api, mungkin akan memengaruhi kondisi psikologis mereka. Tapi, kenyataannya, mereka tampak biasa saja dari luar.
“Suaranya keras sekali, dan ketika aku menarik pelatuknya, senjata itu seolah terhentak ke belakang.” Ungkap Laura saat dia memandang senjata itu di tangannya.
“Ya, itu namanya recoil.” Jawab Kazuto. “Recoil terjadi karena ada nya reaksi yang ditimbulkan oleh peluru yang terdorong ke depan. Itu adalah hal yang normal. Hukum Newton ketiga, setiap ada aksi, akan ada reaksi yang sama besar dan berlawanan arah.”
“Hukum Newton ketiga? Apa itu?” Sahut Helen sambil bertanya. Dia tampak asing dengan kata itu.
“Ibarat ketika kamu mengeluarkan hembusan api. Wushhhh! Dari kedua tanganmu begitu.” Kazuto kemudian mempraktekkan Helen ketika mengeluarkan apinya. Dimana dia mengulurkan tangannya, “Bukankah tanganmu akan terdorong ke belakang sedikit?”
“Benar, itu karena api tersebut seolah memiliki energi yang kuat.”
“Nah, itulah yang disebut sebagai hukum newton ketiga.”
“Bagaimana dengan yang pertama dan kedua?” Helen kembali bertanya karena penasaran.
“Waah, sulit untuk membeberkannya. Tapi tenang saja. Aku akan mengajari hal hal demikian suatu saat.” Jawab Kazuto.
Pada akhirnya mereka terus berjalan pulang. Tapi mereka tetap berusaha untuk berhati-hati tentang hewan buas manapun.
Beberapa hari telah berlalu ketika mereka bertahan hidup di hutan magical beast ini. Yang pada untungnya mereka bisa mengalahkan beberapa magical beast yang mereka temui saat perjalanan pulang hanya dengan pedang Laura dan api milik Helen. Walaupun pada akhirnya mereka juga mengorbankan 2 peluru yang mereka bawa untuk mengalahkan beberapa magical beast yang agak sukar untuk dikalahkan.
“Yeey, akhirnya kita bisa keluar!”
……..
“Kalian hanyalah keluarga miskin, bukankah lebih baik untuk menjual anak-anak ini?”
“Brengsek!” Sahal berteriak dengan marah, ketika dia berdiri dengan gagah dan kelelahan untuk melawan beberapa orang yang ada di hadapannya.
1 orang berpakaian merah elegan, pakaiannya rapi yang menunjukkan bahwa dia adalah orang yang terpandang. Orang itu juga adalah seorang pemuda, yang usianya kurang lebih berusia 25 tahun.
Di hadapan orang itu, terdapat lima orang penjaga yang membawa sebuah pedang. Jubah dan juga penutup kepalanya menunjukkan mungkin dia adalah assassin yang mana kekuatannya bisa bergerak dengan cepat dan juga lincah.
Selain Sahal, beberapa pemuda juga berusaha untuk melawan mereka menggunakan sebuah pedang dan belati di tangan mereka. Sementara jauh di belakang mereka, ibu ibu dan para pria tua berusaha untuk tidak histeris, ketika di belakang pemuda berbaju merah itu terikat lima anak-anak yang juga tersekap mulut mereka hingga tidak bisa untuk berbicara lagi.
“Sialan!” Sahal berteriak kesal, kemudian dia bergerak ke depan dengan melayangkan pukulan miliknya.
Untungnya, ketika pedang milik assassin itu bergerak cepat, pedang mereka tidak mampu menembus tubuh Sahal. Pergerakan yang cepat itu pula membuat beberapa assasin juga tidak akan terkena sebuah pukulan.
Sahal geram, kemudian dia bergerak dan menargetkan pemuda itu.
“Crimson Tide!”
Sebuah Array, atau lingkaran sihir yang memiliki pola unik keluar berwarna merah di hadapan pemuda itu. Kemudian, pola sihir itu mengeluarkan gelombang berwarna merah yang cukup besar, sehingga membuat Sahal terlempar terlempar ke belakang.
Pemuda itu kemudian tertawa lepas.
Tapi tawanya tampak perlahan-lahan, ketika sebuah udara kosong terpecah. Jika seseorang memiliki pengamatan seperti mata dewa, sebuah peluru mungkin bergerak lambat bergerak dengan bagian belakang yang terbakar. Sementara ketika peluru itu bergerak lambat, maka orang-orang disekitarnya terdiam seolah dibekukan oleh waktu.
ayo mampir juga dinovelku jika berkenan