Terima kasih narin, kamu sudah menepati janjimu" Ucap sari didalam hati.
Sari seorang gadis desa yang memiliki kelebihan dapat melihat sosok tak kasat mata mendapatkan beasiswa untuk bersekolah dikota. Hari-harinya selalu kesepian namun kesepian itu menjadi sirna setelah narin datang ke hidupannya. sari berteman baik dengan sosok tak kasat mata itu. Namun sayang mereka harus berpisah karna sesuatu
walaupun begitu tetap narin ingat dan menepati janjinya kepada sari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gitafiq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GADIS BERBAJU BIRU
Tampak keluar seorang gadis berwajah pucat berbaju warna biru keluar dari bilik toilet.
Perawakannya yang seperti manusia biasa, tidak membuat sari takut sedikit pun.
Namun sari keheranan, ia tampak tak asing dengan orang tersebut.
"sari, tolong ambilkan handphoneku di tas. Aku mau nyalain flash soalnya disini gelap banget" ucap ratna.
Sari yang mendengar ratna meminta bantuan pun segera mengambilkan apa yang diminta ratna.
"iya na bentar".
Baru beberapa detik sari berjalan menuju tas ratna yang diletakkan di wastafel tidak jauh dari sari berdiri, seketika saja gadis tadi yang baru membuka pintu toilet kini menghilang tanpa terdengar suara langkah kaki pun.
Tentu kejadian tadi membuat sari keheranan sampai diam mematung memikirkan kalau tadi ia memang tidak salah lihat.
Sari sangat yakin kalau ia memang benar-benar melihat ada gadis yang keluar dari bilik toilet tadi.
"sari handphoneku sudah ketemu? " tanya ratna yang masih menunggu sari memberikan handphonenya.
Sari yang masih terdiam berdiri dalam lamunannya pun kaget ketika mendengar teriakan ratna.
Tanpa berpikir panjang sari pun segera memberikan yang diminta ratna karena ratna sudah lama menunggu.
Sari yang tidak mau ambil pusing pun, lekas ia pun masuk ke bilik toilet tempat dimana gadis tadi keluar.
setelah beberapa menit mereka mengganti baju akhirnya ratna keluar dari bilik toilet terlebih dahulu lalu disusul oleh dina kemudian sari.
"nanti aku coba bilang sama satpam disini kalau lampu toilet padam, kasihan nanti kalau ada lansia ke toilet kesusahan karena gelap" ucap dina sambil berkaca di cermin wastafel.
"tadi orang yang kita tanya di meja pendaftaran, ternyata dia loh yang ada di bilik toilet sebelum aku masuk tadi" ucap sari.
Sontak dina pun terkejut mendengar ucapan sari "ngawur kau sar!!.
Ratna pun yang juga terkejut mendengar penjelasan sari pun menimpali " iya nih sari, nggak mungkinlah dia secepat itu ke toilet duluin kita. Kamu jangan nakutin sar".
Sebenarnya sari sangat yakin kalau itu adalah gadis berbaju biru yang tadi ada dimeja pendaftaran, namun karena melihat ekspresi teman-temannya yang sudah berubah menjadi ketakutan sari pun memilih untuk tidak membahas tentang itu lagi.
"iya juga mungkin aku salah orang. Ya sudah kalau gitu kita cepat balik, gantian sama kak putra dan rio biar mereka ganti baju"
Mereka bertiga pun keluar toilet dan berjalan menghampiri kak putra dan rio sedang menunggu diruang tunggu.
"gimana kak udah ada kabar tentang sandi?" tanya dina.
"udah tadi ada perawat, dia bilang kalau sandi nggak papa cuman sandi masih ngeluh sakit di bagian dadanya jadi perawat menyarankan untuk tetap bawak sandi ke rumah sakit karena alat-alat disini kurang lengkap untuk periksa bagian dada sandi"
Mendengar penjelasan kak putra tentu belum bisa membuat yang mendengarnya bernafas lega, karena masih menghawatirkan sandi yang masih kesakitan di bagian dada.
"sudah nggak usah terlalu dipikirkan. Kita harus berdoa lebih banyak lagi biar sandi lekas pulih. Kalau gitu kalian tunggu disini dulu ya. aku sama rio mau ganti baju dulu" ucap kak putra sambil berjalan menuju toilet bersama rio untung mengganti baju.
"oh iya aku belum bilang sama satpamnya kalau toilet cewe lampunya padam" dina pun langsung bangkit dan langsung berjalan mencari satpam.
Diruang tunggu hanya menyisakan sari dan ratna yang tengah duduk berdua.
Suasana puskesmas yang sepi ditambah hujan yang masih terus mengguyur membuat hawa di puskesmas makin kian dingin.
Sari pun yang mulai terlihat bosan melihat sekeliling puskesmas yang sepi.
Pandangan sari pun tertuju ke arah sudut ruangan, tampak ada beberapa gelas air mineral yang disediakan oleh pihak puskesmas.
"na kamu mau minum nggak? Kalau mau sekalian aku ambilin" tanya sari sambil tangannya menunjuk ke arah air mineral.
Ratna yang melihat arah tunjukan sari pun menganggukkan kepala "iya boleh sar tolong ya".
Sari pun bangkit dari kursinya langsung berjalan ke arah air mineral tersebut.
Sambil berjalan sari merasa dari sudut matanya melihat ada seseorang yang terus menatap ke sari.
Sari langsung mengambil 2 air gelas air mineral sambil menoleh ke arah orang yang tak lepas tatapannya memperhatikan sari.
Ternyata gadis berbaju biru yang di meja pendaftaran tersebutlah yang sedari tadi terus menatap ke arah sari.
Namun kini gadis tersebut dengan perawakan yang berbeda, kini yang sari lihat dengan wajah yang yang penuh dengan luka dan mata yang bolong, sambil dengan lidah hitam keluar menjulur memanjang keluar dari mulutnya.
lalu lidah tadi yang menjulur keluar pun berubah menjadi lebih panjang seolah akan meraih leher sari.
Tak lama lidah yang berliur itu pun melilit leher sari dan seolah melilit sari, sari terasa terangkat oleh lilitan lidah tersebut diangkat tinggi kearah plafon puskesmas.
sari yang masih syok tidak bisa berteriak karena lehernya yang terlilit dan juga ia merasa seluruh tubuhnya menjadi kaku.
hawa yang tadi dingin pun berubah drastis menjadi panas.
Lampu pun yang tadi baik-baik saja tiba-tiba padam dan menyisakan 1 lampu yang menyala yang tepat berada di atas kepala sari.
sari yang diangkat tinggi pun dilepas begitu saja dari ketinggian dan membuat sari pun jatuh tersungkur kelantai.
"sari!!! " teriak ratna sambil berlari ke arah sari yang tersungkur.
Sari sempat mendengar teriakan ratna yang sangat keras, namun seketika pandangan sari menjadi hitam dan sari langsung pingsan.