satu wanita dengan empat pria sekaligus, memiliki wajah cantik sekaligus senyuman yang dapat memikat semua mata kaum adam yang melihat kearahnya.
kania ratu ovalia mempunyai wajah yang cukup terbilang sempurna, hingga tak ada cela sedikitpun untuk mengatakan kekurangan fisik yang gadis itu punya.
di sisi lain ke empat pria tampan dan menduduki pria-pria paling terpopuler di SMA internasional school. hidup ditengah huru hara persoalan yang sering dijumpai di sekolah umum biasanya, Garvin, Ervan, Danu, Alex , dan satu wanita yang bernama kania.
memperebutkan satu hati dari gadis biasa akan tetapi memiliki wajah sempurna. serta memiliki kepribadian yang berbeda, akan kah salah satu dari mereka dapat merebut hati kania atau malah tak ada satupun dari mereka yang dapat memenangkan hati kania.
semua tergantung seberapa besar perjuangan yang akan mereka lakukan dan berikan pada kania.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
kringg
suara bel pulang pun berbunyi.
semua siswa berhamburan meninggalkan kelas masing-masing.
"eh kania, kamu sadar nggak sih kalau jadi rebutan?"
ucapan Tasya membuat Kania menghentikan langkah kakinya. dan memberi tatapan yang sulit diartikan oleh Tasya.
"aduh duh kenapa? kok lihat tin aku gitu amat." ucap Tasya.
"sya, gara-gara kamu aku sampek nggak ada kesempatan buat makan dengan tenang waktu istirahat tadi. terus sekarang kamu mau buat asumsi baru kalau aku dibuat rebutan."
"kok gara-gara aku sih, kalau tadi aku nggak buat kak Alex sama kak Ervan makan bareng kita. bisa berabe urusannya."
Kania hanya menghembuskan nafas kesal karna percuma berdebat dengan Tasya tak akan ada akhirnya.
"ah udahlah, jangan bahas urusan itu lagi. lebih baik kita jadwalkan kegiatan kita besok di London." ujar Kania, yang tadinya menunjukkan raut wajah kesal. kini atusias dan terlihat gembira ketika mengatakan kata London.
"iyah juga sih, nanti malem aku jemput kamu yah kita berangkat ke London."
berpergian ke luar negri sudah menjadi hal biasa untuk Tasya. jadi ia tak begitu gembira seperti Kania. karna ini akan menjadi pengalaman pertamanya di London.
"ok! "
Mereka berdua pun berlalu pergi dari sekolah, dengan obrolan ringan antar sahabat.
*****
Rumah Kania
brak
brak
brak
suara gedoran pintu dari arah pintu kamar Kania pun terdengar cukup kencang.
Kania segera membuka pintu kamarnya.
"aidan! ngapain gedor-gedor pintu sih. nanti kalau rusak gimana?" sentak Kania.
"kakak beneran mau ke London?"
bukannya menjawab Kania masuk kedalam kamarnya dan melanjutkan kegiatan beberes menyiapkan pakaiannya sekaligus keperluannya nanti di London nanti.
"kak!" panggil Aidan dengan kesal karna tak mendapatkan jawaban dari kakak perempuan nya.
mendengar adik laki-laki nya yang membuat kepalanya hampir pecah karna sikap tantrumnya. Kania pun berbalik menatap tajam kearah Aidan.
"emang kalau aku ke London kenapa? "
"ya ampun kak, kakak tau London nggak sih."
Kania mengangguk dan menyibukkan kembali dengan aktivitas nya yang sempat terhenti tadi.
"lagian kamu itu kenapa sih? tantrum banget, orang ayah aja ngizinin aku kok. lah kok kamu yang heboh." ucap Kania, masih sibuk dengan memilih baju yang ada dalam lemari.
"London itu jauh kak, terus emangnya kakak punya paspor."
"udah di buatin sama orang tua Tasya."
"apa? tapi tetep aja bahaya."
Kania semakin terganggu oleh celotehan Aidan terhadap dirinya.
"Aidan, adik ku tersayang aku ke London cuma satu hari bukan selamanya. jadi sekarang keluar jangan ganggu, soalnya nanti malem kakak mau meluncur ke London." jawab Kania, sembari tersenyum mengatakan kata kota yang sudah menjadi impiannya untuk ke tempat itu selama ini.
"tapi.... " belum sempat Aidan berucap, dengan cepat tangan Kania mendorong tubuh Aidan keluar dari kamarnya.
"udah sana keluar, ganggu aja."
Brak.
Suara keras Kania menutup pintu kamarnya.
ketika Kania hendak melangkah kearah kopernya. Tiba-tiba ketukan pintu kamarnya terdengar.
Tok
Tok
Tok
Kania mendengus kesal dan menghentakkan kakinya dengan kesal. melangkah kearah pintu dan membuka pintu kamarnya lagi.
"kamu nggak ada.... " ucapan Kania terhenti karna melihat sodik pria yang berada didepannya.
"eh aku kira Aidan tadi." lanjut Kania.
Bukannya menjawab, Danu mengalihkan pandangannya pada keadaan kamar Kania dengan koper bewarna pink.
"itu... " ucap Danu sambil menujuk kearah koper dalam kamar Kania.
"ah itu buat nanti aku berlibur ke London." sahut Kania.
"emm, kamu ada perlu sama aku."
Danu mengangguk, "tapi bisa kita ngomong di luar, nanti kalo dilihat om Mahes bisa salah faham kalau aku ada didepan kamar kamu."
"iyah juga sih, emm, tapi bentar aja yah soalnya aku masih banyak yang harus siapin."
Kania mengucapkan nya dengan pelan, takut akan menyakiti hati Danu. yang seakan dirinya tak ingin di ganggu.
"ok, nggak lama kok."
Kania pun tersenyum canggung. dan segera keluar dari kamarnya sembari mengikuti langkah kaki Danu.
****
atas atap rumah
Kania menghirup udara ditempat itu.
"ternyata kalau sore hari sejuk juga yah disini."
Danu tersenyum sembari mengangguk kan kepalanya.
"oh iya kamu mau ngomong apa? " tanya Kania.
tangan Danu merogo saku celana pendek yang kini ia pakai. "ini." ucap Danu, menyodorkan sebuah kotak kecil bewarna hitam.
"apa ini?"
"jangan dibuka."
sontak Kania yang tadinya hampir membuka kotak kecil itu pun mengurungkan niatnya dan menatap kearah Danu dengan tatapan tak mengerti.
"kalau nggak boleh dibuka terus kenapa di kasih ke aku? "
"ma-maksud aku nanti, aja bukanya."
"kenapa nanti?"
Danu tak mampu menjawab pertanyaan dari Kania yang terdengar cukup polos.
"emm, soalnya itu cuman....." Danu menggantung ucapannya, seakan tengah berfikir jawaban yang pas untuk Kania.
"cuman.... " Kania ikut menirukan ucapan menggantung dari Danu. "cuman apa?" sentak Kania, karna sudah tak sabar oleh tingkah lama dari Danu.
"cuman barang. iyah cuman barang, sekarang kamu balik ke kamar. tadi kamu bilang mau nyiapin keperluan buat ke London. ini udah sore bentar lagi malem, emm nanti di kamar kamu boleh buka." ungkapan Danu semakin membuat Kania bingung sekaligus penasaran.
"tapi..."
"udah yah, London udah nunggu kamu tuh." sela Danu.
Kania pun langsung pergi dari atas atap rumah itu.
"aneh banget, kalau cuman barang kenapa harus gugup kayak gitu." Gumam Kania.
Bersambung.