NovelToon NovelToon
RAGA LANGIT

RAGA LANGIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:704
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

Kisah sebuah pertemanan yang berawal manis hingga renggang dan berakhir dengan saling berdamai. Pertemanan yang salah satu diantara keduanya menaruh bumbu rasa itu terjadi tarik ulur. Sampai memakan banyak kesalahpahaman. Lantas, bagaimanakah kisah selanjutnya tentang mereka? apakah keduanya akan berakhir hanya masing-masing atau asing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Sorry

Sesampainya di rumah sakit Adhara menunggu hasil pemeriksaan dari dokter tentang keadaan Langit.

Gadis itu mondar mandir tak tenang, ia sudah menghubungi kedua orangtuanya dan juga orang tua Langit.

Ceklek

"Dok, gimana keadaan teman saya? baik-baik aja kan, Dok?" tanya gadis tersebut dengan napas yang tak beraturan.

Dokter itu terlihat menunduk dan menghela napas berat seperti ada kabar yang sangat sulit untuk di ungkapkan kenyataannya pada Adhara.

"Mohon maaf, Mbak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin akan tetapi takdir berkata lain. Langit tidak bisa diselamatkan." ungkap dokter itu membuat Adhara menggeleng kuat tak percaya.

"Nggak mungkin! Langit!" teriak Adhara masuk ke ruang yang ada Langitnya.

Deg!

"Ra, kamu kenapa? hei?" suara Langit terdengar jelas oleh Dhara.

"Langit. Langit udah nggak adaa ... gue nggak nyangka banget." tangis gadis itu yang baru saja mimpi buruk tentang Langit.

Langit mencoba menggenggam tangan Adhara untuk menenangkan gadis itu. "Ini Langit, Ra. Kamu cuma mimpi buruk, aku di sini." ujar lelaki tersebut lembut.

Adhara menatap Langit lalu dirinya langsung berhambur memeluk lelaki yang ada di mimpinya itu. "Gue mimpi buruk tentang lo Lang ... gue takut kehilangan lo ..." tangisnya terisak isak.

Langit pun membalas pelukan Dhara. "Kamu tenang ya. Biar aku ceritain" tuturnya sambil melepas pelukan.

"Tadi setelah kita keluar dari toko buku, di jalan kamu ngantuk. Terus aku jagain kamu jalan sampe masuk mobil kamu tidur." jelasnya meyakinkan.

"Nggak kecelakaan 'kan?" tanya gadis itu serius.

"Enggak. Biasanya mimpi buruk itu pertanda kalo orangnya bakal panjang umur."

"Aamiin ... eh iya, kok aku ngerasa kamu nggak cuek dan datar ya?"

"Udah cukup bahas mimpinya?" tanya Langit datar.

Adhara segera memalingkan wajahnya ke jendela mobil Langit, ia kesal setiap mendengar Langit berucap datar seperti itu.

Tak terasa air matanya Dhara mengalir. Dirinya masih teringat akan mimpi buruk tadi, rasanya benar benar buruk.

Langit ingin menginjak gas untuk segera ke tempat berbelanja namun tiba tiba di depan mobil Langit ada tiga motor orang asing yang menghalangi mobil Langit.

Tit tit...

Suara klakson mobil Langit tak mampu meminggirkan seseorang asing itu.

Tok tok tok

Ketiga seseorang itu menggedor kaca mobil Langit untuk menyuruh Langit dan Dhara keluar.

"Woi! keluar lo, cepet keluar!!" suara lantang seseorang itu menunjukan wajah menyeringainya.

Langit yang merasa terganggu itu pun segera keluar dengan pintu mobil yang sengaja di buka cukup kuat dan membuat seseorang itu mengerang kesakitan.

"Lang, lo mau ke mana? jangan lawan mereka Lang!" teriak Adhara tak berhasil mengejar Langit.

"Ish! kenapa nih pintu pake segala dikunci sih!" ketus gadis itu kesal.

Disisi lain Adhara nampak khawatir melihat Langit berkelahi dengan seseorang yang tak di kenal. Tapi, seseorang itu seperti pembegal yang waktu itu ... eh? jangan-jangan mereka keluar dari penjara dan bales dendam sama Langit? ih nggak lucu sumpah Lang!

Dhara juga menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa Langit sedang dikeroyok pembegal itu. "Gue nggak boleh diem aja di sini, ah iya dia ninggalin kuncinya di sini mending gue langsung keluar aja." gadis tersebut segera beranjak dan menghampiri Langit.

"Langit, lo nggak papa?" tanya Adhara setengah ngos ngosan.

Pembegal itu pergi setelah Langit di buat babak belur sampai ada memar di dahi dan sedikit darah di sudut bibirnya.

"Kenapa keluar?" tanya lelaki itu lembut.

"Ya abis kamu kunciin aku dalem mobil, kan aku juga pengen hajar mereka." tutur gadis itu menatap punggung pembegal dengan tatapan benci.

"Udah ayo lanjut ke mall." katanya, tetapi Adhara menolak.

"Nggak! kamu babak belur gitu mau ke mall?" tanya Adhara tak habis pikir.

"Yaudah maunya apa?"

"Kita pulang."

"Jangan nangis lagi, udah gak papa ini aku." ujar Langit membujuk gadis yang tengah menghapus air matanya.

Adhara menoleh ke Langit. "Bener ya?"

lalu mereka pun pulang sampai ke rumah masing masing dengan selamat. Tak lupa pula Adhara menceritakan keadaannya bersama Langit.

•••••••••••

"Gue pengen foto bareng lo dong, boleh nggak?" tanya Keisya pada Dion.

Malam ini mereka sedang berada di sebuah pasar malam. Tempatnya yang ramai membuat Kei ingin berlama lama disitu.

"Eh! muka lo nggak usah lempeng mulu kenapa sih?! lo nggak punya mulut buat ngomong?" ketus cewek itu kesal.

"Gue nggak suka foto." hanya itu jawaban Dion.

Idihhh! dasar cowok kulkas! melebihi cueknya Langit. Sial, cuma sama Dion yang bikin Kei merasa aman.

"Plisss ... mau yaa?" rengek cewek itu terus memohon.

"Iya."

"Yey! asekk bisa foto bareng sama kulkas yang ganteng, putih, wangi dan ..."

"Nggak usah alay." celetuk Dion membuat Kei langsung terdiam menunduk.

Tiba tiba ada satu besi wahana yang terjatuh dari atas tepat akan mengenai Dion. Tapi Kei langsung mengetahui kejadian itu dan..

"Dion awas!" teriak cewek itu berhasil mendorong Dion agar tak kejatuhan besi yang cukup berat.

"Akh, sakit juga ternyata. Kirain bakal kena kepala gue tau tau yang kena malah kaki gue. Mana sama-sama merugikan lagi, nggak kaki nggak kepala." gumam cewek tersebut memegangi kakinya yang masih tertindih besi berbentuk persegi panjang.

Sementara Dion yang di selamatkan oleh Kei, ia beranjak jongkok menyamaratakan dengan Kei. "Sory, dan makasih. Lo bawa obat yang buat penanganan pertama nggak?" tanya cowok itu sedikit nadanya terdengar khawatir.

Keisya malah tercengang mendengar suara Dion dan memperhatikan wajah cowok itu cukup khawatir. "Lo kenapa panik gitu? kan yang kena kaki gue bukan lo?" ucap Kei heran, sesekali dirinya menatap kakinya yang lecet dan terasa nyeri.

"Ini salah gue." ucap Dion dengan sorot matanya yang menatap luka Kei terus.

"Nggak ada yang salah, ini musibah kita nggak tau." ujarnya santai.

"Mana sini obatnya," titah Dion mencari cari betadine dan obat seperlunya.

"Di tas tuh," tunjuknya.

Keisya masih menatap Dion dengan raut wajahnya yang bingung. "Perasaan itu cowok lempeng mulu tiap sama gue, tapi baru kali ini gue liat dia khawatir sama luka gue. Helo Kei! inget, dia khawatir sama luka di kaki lo bukan ke lo nya. Jangan baper!" ketusnya dalam hati.

"Kalo sakit cubit tangan gue," kata Dion mulai mengolesi luka Kei secara perlahan.

Dan timbul suasana seperti drama romantis. Cewek itu terus menatap Dion yang masih sibuk mengolesi luka Kei. "Gue nggak mau nyubit, karena kuku gue udah gue potong kemaren jadi udah jelas cubitan gue nggak bikin lo ngerasa sesakit yang gue rasain sekarang." sahut Kei sebal.

"Mau apa?"

"Jambak rambut lo," celetuk Kei membuat Dion berhenti mengolesi.

Terdiam sejenak, Dion melanjutkan niatnya untuk mengobati luka memar di kaki Keisya.

"Yaudah, jambak rambut gue seadil sama rasa sakit lo." jawab cowok tersebut pelan.

"Nggak. Gue nggak mau ngelakuin kayak gitu." tolak cewek itu menggeleng.

"Yang penting jangan teriak,"

"Gue nggak pernah bagi-bagi rasa sakit gue ke orang lain. Apalagi gue orangnya pendiem gini, akh! sakit bego!"

Plak!

Tangan Keisya refleks menampar pipi Dion sangat keras. Dion yang di tampar pun segera menjauh namun tangannya langsung di tarik dan di tampar kembali oleh Kei. Kini ia benar-benar kesal pada Dion yang selalu diam dan seolah olah tidak menganggap Kei ada.

"Lo mau ke mana?!" bentak Kei, astaga ternyata ini sifat asli Keisya di balik sikap ramahnya ke seluruh orang.

Keisya memang cewek yang baik sama orang. Tapi kalau keberadaannya jarang dianggap apalagi oleh Dion maka ia akan bertindak tegas. Bisa di bilang Keisya itu judes ya.

"Gue di sini, sama lo." mendengar jawaban dari cowok itu, Keisya hanya diam menatapnya datar.

"Gue tau lo cowok kulkas ngga suka kebanyakan ngomong tapi seenggaknya lo anggap gue ada lah." oceh cewek itu meluapkan amarahnya di depan Dion.

"Ungkit-ungkit awal lagi? maaf, kalo gue kasar, lo nggak perlu nolongin gue waktu besi itu mau jatoh nimpa gue. Karena apa? karena gue tau disaat lo yang kena otomatis gue berutang budi sama lo yang nggak gue minta dari lo sepersen pun. Dan karena ujungnya gue tau, lo bakal ungkit-ungkit awal kita kenal di sekolah ini. Dengan gue yang selalu salah atas sikap dingin dan cuek gue ke semua orang yang padahal itu jati diri gue sendiri. Inget, semua orang itu punya haknya masing-masing." ucap Dion, kali ini cowok itu benar benar jujur atas semua ucapannya yang sudah dirinya tahan dalam hati.

"Gue ngomong karena fakta, Di." lirihnya dengan nada bergetar. Air matanya mengalir begitu saja.

"Mulai sekarang, kita nggak usah temenan lagi. Gue nggak suka sama cewek yang cerewet, bawel, cengeng, dan manja." ucapan Dion sungguh menusuk perasaan Kei.

"Oh, oke. makasih buat semuanya." tutur Keisya lalu pergi meninggalkan Dion dengan jalan yang tertatih karena kakinya masih terasa nyeri.

"Kei, gue cuma bercanda." ucap Dion berlari menghalangi langkah Keisya.

Keisya berdecak kesal, baru tau ternyata kulkas bisa ngajak bercanda. "Nggak lucu kawan." balas cewek itu menggerutu.

"Lo suka sama Devan?" tanya Dion serius.

"Nggak. Cuma temen biasa." jawabnya santai.

Dion menatap kaki Kei yang masih terbalut perban. "Ayo pulang," ajak cowok itu menggandeng tangan kanan Keisya.

Seketika Kei berusaha memberontak, ia tak ingin pulang dulu karena lehernya sudah kehausan yang artinya ia butuh minuman dingin. "Nanti dulu, gue haus Dion!" ketusnya jengkel.

Dion berbalik badan. "Di sini aja, gue yang beli." ucapnya tanpa basa basi pergi ke sebuah warung di tepi keramaian pasar malam itu.

Dion kembali sambil menenteng satu kresek yang berisi dua air minum dan tiga cemilan ringan untuk Keisya. "Kok bukan yang seger sih!" ketusnya kesal ketika membuka kantong kresek tersebut.

Cowok itu hanya menatap Kei dengan tatapan dingin. "Malem-malem nggak baik minum yang bersoda. Udah ayo pulang, udah jam 11 malem." katanya menarik paksa Keisya untuk segera menaiki motornya.

Di perjalanan pulang, berboncengan di atas motor adalah momen yang Keisya inginkan selama ini. Berdua sambil menikmati ketenangan malam hari, mengabaikan suara ricuh dari berbagai kendaraan di sekitarnya.

Sungguh bahagia bila di posisi Keisya sekarang, bukan?

"Di, gue boleh nawar nggak sama lo." ujar Kei dengan nada bergetar. Oh iya, Kei nggak pegangan ke Dion loh. Dia duduk biasa seperti naik ojol. Maklumlah, dua manusia yang saling gengsi. Hahahaha.

Dion menolehkan kepalanya sedikit ke samping. "Kenapa?" balasnya lembut.

"Aduhh ... kenapa jantung gue berdebar gini sih. Emang bener ya, badan sama hati itu sulit buat nyatu! badan lagi tersiksa eh si hati malah seneng pengen terbang." batin Keisya kesal sendiri.

Melihat Keisya yang bengong lewat kaca spion motor, Dion pun memanggil nama Kei.

"Keisya," tuturnya membuyarkan lamunan cewek itu.

"Kenapa?"

"Em-jangan terlalu ngebut dong, dingin banget soalnya." suara Kei melemah membuat Dion mempelankan kecepatan motornya.

Tiba-tiba Dion memberhentikan motornya ke tepi jalan. "Kok berhenti?" bingung Keisya menggaruk lututnya yang tak gatal.

"Pakai hoodie gue," ucapnya melepas hoodie nya dan menyodorkan pada Keisya.

Keisya mengerutkan keningnya. "Terus lo gimana? masa lo pulang pakai kaos kayak gitu? padahal ini dingin banget loh?" oceh Keisya yang masih menggenggam hoodie Dion.

"Gak usah pikirin diri gue, lo lebih penting Kei."

"Enggak, Di. Udah lo pake aja hoodie lo ini kita pulang cepet, udah jam 12 bisa abis gue di omelin sama ayah." omel cewek tersebut memberikan hoodie pada Dion.

"Pakai aja hoodie gue, Kei!" bentak Dion membuat Kei tersentak kaget.

"Maaf. Gue refleks nggak sengaja buat ngebentak lo." sambungnya mengerti kalau Keisya takut padanya.

"Ya udah, gue pakai lagi hoodie nya." jawab Kei langsung memakai hoodie milik Dion.

Humm ... hoodie Dion wangi banget. Ditambah angin yang menerjang tubuh Dion membuat tercium aroma parfum khasnya Dion. Di sisi lain, pikiran Keisya beralih ke keadaan Dion yang mengendarai motornya hanya memakai kaos pendek berwarna hitam.

"Pegangan gue," titah Dion membuat Keisya terkejut bukan main.

Astaghfirullah ... sejak kapan Keisya di suruh buat pegangan ke Dion. "Ng-nggak boleh," balas Kei terbata bata.

"Gue mau ngebut." cowok itu menarik kedua tangan Keisya dan melingkarkan ke perut Dion hingga dirinya merasakan napasnya Dion.

"Di, gue nggak suka kayak gini. Gue takut-"

"Gue bukan cowok brengsek, Kei. Gue tau Tuhan selalu ngeliat kita dan gue nggak akan macem-macem sama lo." tutur Dion menjelaskan sebelum penilaian buruk tentangnya terucap oleh Keisya.

Keisya mengerucutkan bibirnya kesal. "Tapi ini kita lagi zina, Dion," gerutunya.

"Semua orang pernah berbuat zina,"

"Tau ah, kesel gue ngomong sama kulkas kayak lo. Udah dingin, ngeselin, hidup lagi." nada cewek tersebut terdengar menyindir.

"Iyain."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!