SEQUEL BURN WITH YOU
Declan Antony Zinov dituduh membunuh keluarga angkatnya yang kaya raya demi sebuah warisan. Tapi semua itu tidak terbukti sehingga pria itu menjalankan bisnis keluarganya dan menjadikan Declan pria kaya raya dan juga ditakuti karena sikapnya yang kejam.
Lucyanna Queen Nikolai merupakan cucu seorang mafia yang sudah lama menaruh hati pada Declan karena telah menyelamatkan nyawanya saat kecil. Ia sering mencari tahu berita tentang pria pujaannya itu dan berniat melamar kerja di perusahaan milik Declan.
Setelah bertahun-tahun lamanya, Declan dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah ia selamatkan. Tapi melihat bagaimana wanita itu terang-terangan menyukainya membuat Declan bersikap kasar agar Lucy tidak lagi mendekatinya.
Tapi, ketika Lucy tertembak karena berusaha melindunginya. Barulah Declan menyadari betapa berartinya Lucy di kehidupannya selama ini.
#Cerita ini lanjutan dari cerita Burn With You dimana masa kecil mereka ada di Bab akhir. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athaya Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Setahun kemudian...
Trastevere, Roma
"Dua jam lagi anda harus menghadiri acara penggalangan dana yang diselenggarakan oleh Mrs. Bannett. Apakah anda akan ke salon terlebih dahulu, Miss?" Tanya salah satu pengawal yang ditugaskan oleh ayahnya selama ia berada di Roma.
"Aku hanya akan dandan secukupnya untuk acara hari ini. Kau hanya perlu menyiapkan pakaian yang akan aku kenakan nanti, pilihkan yang sesuai dengan tema acara." Balas Lucy sembari menandatangani buku yang akan ia sumbangkan untuk panti asuhan milik keluarganya.
Sejak memutuskan untuk tinggal disalah satu mansion milik keluarganya di Roma, ia menghabiskan waktunya untuk menulis buku anak-anak yang akan ia sumbangkan. Sampai dengan saat ini ia sudah membuat lima buah buku cerita dan juga dongeng anak-anak yang ia kemas dengan lebih menarik.
Lucy juga sudah mulai mengambil alih bisnis ayahnya yang berada di Roma. Meski awalnya ia tidak yakin akan kemampuannya, tapi dirinya berhasil berkat bantuan ayah dan juga kakeknya yang mendatangkan orang-orang profesional yang sudah menemani mereka dalam menjalankan perusahaan.
Lucy memandang cermin dan menyentuh bekas luka dan kembali mengingat pria itu. Sudah lama dan ia tidak tahu bagaimana kabarnya, meskipun ia bisa saja mencari tahu hal itu dari berita dan majalah bisnis. Akankah mereka bisa bertemu kembali? Semoga saja tidak, batin Lucy.
Hari ini ia akan bertemu adiknya yang akan datang bersama tunangannya. Ia masih tidak percaya Serena akan menyetujui perjodohan yang sudah diatur oleh kakek mereka. Hanya karena pria itu salah satu pemilik rumah sakit terbesar diwilayah mereka. Sepertinya ia akan mendapatkan ponakan dalam tahun ini, mengingat pria itu sangat tergila-gila pada adiknya.
"Kakak, apa aku boleh masuk?" sahut Serena dari luar kamar Lucy.
Lucy membuka pintu dan melihat adiknya dengan perasaan senang. "Bukankah kita akan bertemu ditempat acara?"
"Aku membawakan titipan dari Mommy. Jadi, aku memutuskan untuk mengantarkan langsung." Jawab Serena sembari memeluk sang kakak.
Lucy membalas pelukan adiknya dengan hangat. "Udara sangat dingin, apa kau memakai pakaian yang tebal? Mengingat kau tidak kuat dengan cuaca dingin."
"Tenanglah, Kak. Aku memakainya dan melepasnya saat masuk tadi." Serena berkata sembari membantu Lucy menggulung rambut panjangnya. "Aku ingin mencoba memanjangkan rambut, tapi Dominic tergila-gila dengan rambut pendekku."
"Kau memang sangat cantik dengan rambut pendek, mungkin karena wajahmu yang mungil seperti boneka." Sahut Lucy dengan tersenyum.
"Beberapa pasienku sering salah mengira dengan wajahku yang seperti ini, mereka sering berpikir jika aku adalah dokter magang yang baru." Serena berkata sambil tertawa ketika mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
Mereka kemudian keluar dan Lucy melihat Dominic yang merupakan tunangan adiknya sedang duduk disalah satu kursi yang ada di ruang tamu. "Dengan badannya yang sangat besar itu, dia tidak cocok berada disini. Apa kau yakin bisa kuat menghadapinya ditempat tidur?" Bisik Lucy ditelinga adiknya.
"Kakak, kau membuatku sangat menginginkannya." Balas Serena dan membuat mereka berdua tertawa kencang.
"Apa yang sedang kalian bicarakan sampai membuat kalian tertawa seperti itu?" Tanya Dominic kesal karena tatapan mereka tertuju padanya.
Serena duduk disamping Dominic dan merasakan sikap posesif pria itu saat merangkul pinggangnya. "Kau terlihat sangat tampan dengan pakaian itu."
"Aku sangat tidak suka kau memaksaku memakai jas ini, aku lebih suka tanpa jas." Bisik Dominic ditelinga Serena sembari menggigit ujung telinga wanita itu dengan gemas.
"Oh, hentikan kemesraan kalian. Sudah waktunya kita pergi" sahut Lucy yang sudah selesai memakai sepatunya. "Aku akan ikut di mobilmu, Dom."
Dominic memakaikan jaket tebal ditubuh Serena dan juga syal dileher wanita itu. "Tentu saja kakak ipar. Aku tidak mungkin membuatmu datang sendiri."
"Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku, Dom? Kau terlihat gelisah sejak kita masuk ke dalam mobil" Tanya Lucy ketika mereka sudah berada dalam Limosin milik pria kaya raya itu.
Serena ikut menoleh dan melihat bahwa kekasihnya itu sedang menyembunyikan sesuatu. "Apakah benar, Sayang?"
"Sial. Aku tahu kau akan memarahiku jika tidak memberitahukan ini lebih dulu. Tiga dari tamu penting penyumbang amal terbesar tahun ini, salah satunya adalah Declan. Dan aku berharap tidak akan ada masalah pada kalian berdua dengan membuat acara hari ini berantakan." Dominic berkata pelan dan mendapatkan tatapan tajam dari Serena dan juga Lucy.
"Mengapa kau baru mengatakannya sekarang?" Serena bertanya dengan wajah kesal. "Bagaimana jika dia mendekati kak Lucy dan membawanya kabur lagi?"
"Itu tidak akan terjadi, Honey." Kata Dominic menenangkan Serena. "Mengingat Declan saat ini sangat membenci kakakmu. Dan juga pria itu datang bersama kekasihnya."
"APAAAAA??"
...****************...
Declan mengepalkan tangannya ketika melihat sosok Lucy dari kejauhan. Wanita itu bertambah cantik. Sejak acara berlangsung wanita itu lebih banyak diam dan sibuk dengan kertas-kertas ditangannya. Ia datang sendiri dan ia menyesal sudah membawa istri dari temannya untuk datang menemaninya. Tidak ia memang sengaja membawa wanita agar bisa membuat wanita itu marah.
"Aku sangat berterimakasih karena kau menyumbangkan begitu banyak hartamu untuk yayasan kami, Mr. Zinov" ucap Lauren sembari menjabat tangannya.
"Tentu saja itu adalah kewajiban yang harus saya lakukan sebagai manusia yang beradab." Ujar Declan sembari menatap sosok Lucy yang berdiri tak jauh dari mereka.
Setelah menikmati jamuan, Lucy bersandar dan memejamkan matanya. Ia memutuskan keluar sebentar untuk menghirup udara segar. Sepanjang acara, Declan terlihat bahagia dengan kekasih barunya. Mereka terlihat sangat serasi, wanita itu sangat cantik dan jauh berbeda dengan dirinya.
"Tempat tenang memang pilihan terbaik" Ucap Declan yang sudah berdiri disamping Lucy sembari menyalakan rokoknya.
"Silahkan menikmati waktu anda." Ucap Lucy sembari melangkahkan kakinya untuk masuk kembali ke dalam.
"Apakah tidurmu nyenyak? Kau terlihat lebih kurus" tanya Declan ketika Lucy akan membuka pintu.
"Tidurku baik-baik saja" Lucy berbohong dan berpaling kearah Declan. "Dan aku yakin tidurmu lebih nyenyak dariku."
"Tentu saja aku mengalami malam-malam yang luar biasa. Aku bersenang-senang dan sangat bergairah." Ujar Declan sembari berjalan kearah Lucy dan mengurung tubuh wanita itu dengan kedua tangannya. "Bagaimana denganmu, Lucy?"
Lucy mencoba mengendalikan emosinya dan menatap Declan. "Tentu saja urusan ranjangku bukan untuk aku pamerkan pada orang lain. Kecuali aku adalah wanita yang hanya bisa membuatmu puas."
Kilatan mata Declan dan juga rasa sakit hatinya membuat ia mencengkram tubuh Lucy dan mendapati bibirnya menyentuh bibir Lucy. Ia melumat bibir wanita itu dengan rasa frustasi dan terkejut ketika wanita itu mendorong tubuhnya.
"Kau benar-benar brengsek." Sahut Lucy sembari menampar pipi Declan dan meninggalkan pria itu.