Danisha Putri atau yang akrab di sapa Anis, tidak menyangka niatnya ingin menolong persalinan seorang wanita yang menderita keracunan kehamilan justru berujung menjadi sasaran balas dendam dari seorang pria yang merupakan suami dari wanita tersebut, di kala mengetahui istrinya meregang nyawa beberapa saat setelah mendapat tindakan operasi Caesar, yang di kerjakan Anis.
Tidak memiliki bukti yang cukup untuk membawa kasus yang menimpa mendiang istrinya ke jalur hukum, Arsenio Wiratama memilih jalannya sendiri untuk membalas dendam akan kematian istrinya terhadap Anis. menikahi gadis berprofesi sebagai dokter SP. OG tersebut adalah jalan yang diambil Arsenio untuk melampiaskan dendamnya. menurutnya, jika hukum negara tak Mampu menjerat Anis, maka dengan membuat kehidupan Anis layaknya di neraka adalah tujuan utama Arsenio menikahi Anis.
Mampukah Anis menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan Arsenio, yang notabenenya sangat membenci dirinya???.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seenak jidatnya.
Ansenio terdengar mencebikkan bibirnya dengan kesal ketika nomor ponsel Anis sedang berada di luar service area, sebelum kemudian ia berlalu meninggalkan kamar tersebut.
Tut
Tut.
Dua kali berdering panggilan dari Ansenio pun tersambung, bukan pada ponsel Anis namun tersambung pada ponsel Jasen.
"Cari tahu kemana wanita itu pergi!! pastikan, apa benar dia menginap di Mes karena kedatangan ibunya atau wanita itu justru tengah bersenang senang dengan mantan kekasihnya itu!!." baru juga panggilannya tersambung, Ansenio sudah memberikan perintah yang membuat Jasen menghela napas di seberang sana.
Tanpa menunggu jawaban dari Jasen, Ansenio memutuskan sambungan teleponnya begitu saja, sehingga membuat Jasen kembali menghela napas pasrah dibuatnya.
"Sepertinya dengan hadirnya nona Danisha di dalam kehidupan tuan Ansenio, aku harus lebih aktif melaksanakan tugas dari tuan Ansenio." gumam Jasen, namun begitu ia sama sekali tidak keberatan, baginya patuh akan perintah Ansenio adalah satu kewajiban untuknya.
Tanpa mengulur Waktu, Jasen segera menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu keberadaan Anis.
Di kediaman Wiratama, Ansenio nampak duduk di sebuah bangku yang berada di sisi kolam renang, pria itu duduk dengan posisi bersandar serta menyilangkan kedua kakinya.
"Awas saja jika sampai kau berbohong." gumam Ansenio, dari aromanya Gumaman Ansenio berbau ancaman yang tidak akan menguntungkan bagi Anis.
Tak lama kemudian ponsel Ansenio berdering tanda seseorang tengah melakukan panggilan.
"Jasen."
Ansenio segera menggeser ke atas ikon hijau pada ponselnya untuk menerima panggilan dari Jasen.
"Selamat malam, tuan. Sepertinya nona Danisha tidak berbohong, saat ini Nona Danisha menginap di Mes bersama dengan ibunya." dari seberang sana Jasen memberikan informasi yang baru saja di dapatkan dari anak buahnya.
"Hemt." hanya itu yang di katakan Ansenio sebelum kemudian memutuskan sambungan teleponnya tanpa basa-basi.
"Kali ini aku biarkan kau bertindak sesuai dengan keinginanmu, tapi tidak untuk selanjutnya." Ansenio kembali terdengar bermonolog setelah mendapat informasi dari Jasen.
**
Malam telah menunjukkan pukul sebelas malam namun Anis tak kunjung dapat memejamkan matanya, cemas akan mendapat amukan dari Ansenio menjadi penyebab Anis sampai merasa gelisah dan tak kunjung dapat memejamkan matanya.
"Sepertinya besok aku harus bersiap siap menerima amukan dari tuan Ansenio." dalam hati Anis merasa cemas.
"Biarlah, untuk saat ini aku cukup memejamkan mata dengan tenang!! Untuk urusan tuan Ansenio akan aku pikirkan besok." lanjut gumam Anis seolah menginstruksi dirinya agar tak perlu banyak berpikir, biarlah besok ia pikirkan cara untuk menghadapi amukan dari Ansenio.
Benar saja, kini Anis dapat memejamkan matanya. malam ini Anis tidur bersama dengan ibunya dengan nyaman.
Keesokan harinya.
Anis nampak bersiap menemani ibunya untuk menunggu taksi online yang akan mengantarkan wanita paru baya tersebut kembali ke rumah.
"Maafkan ibu karena tidak bisa berlama lama menemani kamu di sini, nak!." kata ibunya merasa tak tega meninggalkan Anis.
"Ibu tidak perlu mencemaskan Anis !!! lain kali ibu tidak perlu repot-repot datang ke sini, biar Anis saja yang pulang ke rumah kita jika ibu dan ayah kangen sama Anis!!." kata Anis.
"Tidak masalah nak." sahut ibunya.
Percakapan ibu dan anak tersebut akhirnya berakhir ketika sebuah taksi online telah tiba di depan mes.
"Ibu pulang ya nak, kamu jaga diri baik-baik!!." pesan ibunya sebelum memasuki taksi online.
"iya Bu, Anis akan menjaga diri dengan baik." jawab Anis, walau ia sendiri tidak bisa menjamin akan ucapannya sendiri, karena kini hidupnya sepenuhnya berada di bawah kendali Ansenio Wiratama. Namun begitu Anis terpaksa harus berjanji di hadapan ibunya agar tidak membuat wanita yang telah melahirkannya itu sampai kepikiran tentang dirinya.
Anis terus menatap ke arah taksi online yang kini membawa ibunya hingga tak terlihat lagi dari pandangannya.
Setelah kepergian ibunya, Anis sontak saja teringat akan Ansenio Wiratama.
"Sepertinya aku harus segera kembali ke kediaman Wiratama, Jika masih ingin hidup lebih lama lagi." Anis bergegas mengambil Sling bag miliknya dari dalam mes sebelum kemudian berlalu meninggalkan tempat itu, hendak menuju kediaman Wiratama dengan menumpangi ojek online.
Empat puluh lima menit kemudian, ketika ojek online yang ia tumpangi tiba didepan gerbang kediaman Wiratama, secara bersamaan mobil mewah milik Ansenio baru saja keluar dari gerbang rumah.
Anis hanya bisa tersenyum kaku ketika mobil mewah tersebut berhenti sejenak dan menampilkan wajah seseorang yang kini tengah menatap tajam ke arahnya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Ansenio Wiratama, tadu ketika melihat keberadaan Anis, pria itu sontak saja menyuruh Jasen untuk menurunkan kaca mobil hingga setengahnya.
Sementara Jasen yang kini duduk di bangku kemudi, segera turun dari mobil ketika melihat sorot mata Ansenio seperti sedang mengisyaratkan sesuatu padanya.
Jasen yang baru saja turun dari mobil lantas membuka pintu mobil, lalu meminta Anis untuk segera masuk ke dalam mobil bersama tuannya itu.
Tidak ingin pertanyaannya nanti justru akan memancing amarah Ansenio, Anis pun hanya bisa menurut. Kini Anis telah berada di mobil Ansenio, lebih tepatnya kini Anis duduk di samping Ansenio di bangku belakang.
Jika sedang bersama dengan Ansenio seperti saat ini, bernapas saja terasa sulit bagi Anis. Di tambah lagi dengan keheningan yang ada, semakin membuat Anis merasa paru parunya seakan kekurangan pasokan oksigen hingga beberapa kali Anis nampak menghela napas dalam-dalam, dan tentu saja hal itu tak luput dari perhatian Ansenio.
Beberapa saat kemudian mobil yang dikendarai Jasen pun tiba di depan gedung pencakar langit milik Wiratama Group.
Anis menatap gedung yang menjulang tinggi tersebut dengan tatapan bingung. ia merasa bingung mengapa sampai Ansenio mengajak serta dirinya ke perusahaan miliknya.
"Sepertinya asyik mengajaknya bermain main di sini." dalam hati Ansenio yang kini menarik sudut bibirnya hingga tercipta seringai di sana.
Meski ingin sekali rasanya ia bertanya, namun kenyataannya Anis masih ingin hidup maka dari itu ia memilih diam dan mengikuti langkah Ansenio sesuai dengan instruksi dari Jasen.
Setelah berada di lantai tertinggi gedung tersebut, Sekertaris Ansenio merasa heran ketika melihat ada seorang wanita yang kini berjalan di belakang bosnya itu, namun tak berbeda jauh dengan Anis, wanita itu masih menyayangi nyawanya sehingga ia memilih diam saja, membiarkan bosnya itu masuk ke ruang kerjanya bersama seorang wanita.
"Apa hanya berdiri mematung seperti itu yang bisa kau lakukan di sini??." tegur Ansenio dengan tatapan dingin ketika melihat Anis masih berdiam diri di depan pintu yang telah tertutup kembali.
"Memangnya apa yang bisa saya lakukan di sini, tuan??." meski dongkol dengan sikap Ansenio yang suka memerintahkan seenak jidatnya, Anis tetap berusaha bersikap sopan dihadapan pria itu.
"Sekarang pergilah ke pantry dan buatkan secangkir kopi untuk ku!!."
"Membuat secangkir kopi???." ulang Anis seakan tak percaya dengan perintah dari Ansenio. Bukannya tidak ingin membuatkan kopi untuk Ansenio, namun menurut Anis tidak mungkin gedung sebesar itu tidak memiliki OB atau OG lalu kenapa pria itu harus menyuruh dirinya yang melakukannya??
Sepersekian detik kemudian Anis pun sadar jika pria itu memang ingin mengerjai dirinya, sehingga ia pun tak lagi melontarkan protes yang justru akan berbuntut panjang pada akhirnya.
Jangan lupa like, koment, vote, give and subscribe ya sayang sayangku 😘😘😘😘🥰🙏🙏 setiap komentar yang kalian tinggalkan pasti akan menjadi penyemangat buat aku dalam berkarya.
terus semangat berkarya thor...