Kirana Putri, seorang gadis cantik dan baik hati, tanpa disadari jatuh cinta pada seorang pria misterius bernama Dirga Praditama. Namun, Kirana tidak tahu bahwa Dirga sebenarnya menyimpan dendam mendalam terhadap masa lalu keluarga Kirana yang telah merenggut kebahagiaan keluarganya. Dalam perjalanan kisah cinta mereka, Kirana dan Dirga dihadapkan pada berbagai rintangan dan konflik hingga pada suatu hari Kirana pergi meninggalkan Dirga tanpa jejak.
Akankah cinta mereka mampu menyatukan keduanya, ataukah mereka harus rela berpisah demi kebahagiaan masing-masing? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.22
Di tengah keramaian seorang gadis sibuk menelpon Abangnya namun diabaikan sejak tadi. Gadis itu hampir saja menghentakkan kaki karena kesal, seseorang yang ditunggu-tunggu untuk menjemputnya di Bandara namun belum muncul juga.
" Iiih..ni Abang Dirga ke mana sih? Kok telponku ditolak terus," ujarnya cemberut.
Adiba memperhatikan di sekeliling namun tetap tidak menemukan.
" Hupps," kesabaran Adiba hampir saja meledak namun sosok yang ditunggu-tunggu baru saja sampai.
" Abang," teriaknya, kemudian berlari ingin menemui Dirga.
"Bruk..!
" Aduh.. ma-maaf ya,mas !"ringisnya.
Adiba seketika terkesima melihat wajah tampan pria di depannya, sungguh dia terpesona.
" Astaghfirullah," ucapnya dengan mengalihkan perhatiannya cepat, kala dia sadar bahwa yang dilakukan adalah dosa, seperti yang sering diajarkan oleh ibunya.
Yang ditabrak malah tidak menjawab, pria itu hanya menatapnya datar.
" Uuh.. orang itu kenapa sih? Senyum dikit kek," gerutunya lalu pergi menemui Abang nya.
" Abang," panggilnya lagi, lalu berlari memeluk Dirga dengan manja di tengah-tengah banyak orang.
" Wah, mereka sedang melepas rindu ya, cewek sama cowok semuanya pada cantik dan tampan," ujar seseorang kagum dengan keduanya.
" Mereka itu bersaudara, tuh lihat wajah mereka yang mirip," ujar temannya.
Pria yang ditabrak Adiba melihat kembali gadis yang dibicarakan oleh dua orang yang duduk di sampingnya.
Seolah tidak senang melihat tingkah gadis itu.
Menurut nya, gadis itu tidak lebih seperti anak kecil yang manja.
" Bang kenapa terlambat ?Adiba menunggu sudah hampir satu jam," cemberut nya, dan Dirga merasa gemas melihat itu.
" Abang punya urusan tadi, makanya terlambat adik Abang yang manja," ledeknya mencubit pipi pada sang adik.
" Bang, sakit ?" ujarnya menepis tangan Dirga.
Adiba sangat kesal karena abangnya itu menanggapinya dengan kekehan saja.
" Abang ke sana sebentar, ingin menemui seseorang," ujarnya, namun Adiba pun mengikuti langkah abangnya.
" Assalamualaikum..pak, Dirga!"
" Waalaikumsalam, Pak!" balas Dirga.
" Bagaimana kabarnya pak, Bram ?"
" Alhamdulillah, sehat.
Dirga menyambut rekan bisnisnya dengan hangat. Keduanya langsung nampak akrab, baik Dirga maupun pak Bram sama-sama saling menyambut dengan saling menghargai satu sama lain.
Dirga mengalihkan perhatian pada pria yang ada di samping pak Bram, wajah itu seperti tidak asing baginya.
" O ya pak Dirga, kenalkan ini adalah putra saya, namanya Fazha.
Dirga pun menyambutnya dengan hangat seperti yang dilakukan pada pak Bram.
" Yang dibelakang pak Dirga, siapa ?"
" Pacar atau istri ?"tanya Pak Bram penasaran melihat Adiba menempel pada rekannya.
Dirga menoleh, dia baru sadar kalau adiknya juga ikut dengannya.
" Oh.. ini adik saya pak, namanya Adiba.
Adiba mengatup kedua tangan tanda menghormati keduanya.
Adiba menunduk menjaga pandangan, dia sadar ada pria yang sedang menatapnya.
" Kalau begitu, saya pulang duluan, pak. Adik saya sejak tadi gelisah ingin pulang," alasan Dirga, dan Adiba terlihat kesal mendengar alasan konyol abangnya.
***
"Kenapa ayah pulang mendadak ? Bukankah perusahaan kita di Medan membutuhkan ayah?" Protes Fazha.
" Kamu tidak senang ayah datang, hem ?"
" Bukan begitu, ayah ? Tapi saat ini perusahaan di sana baru saja hampir bangkrut." Ujar Fazha lagi.
" Sekarang sudah stabil, nak. Kamu tidak usah khawatir. " Ujar Bram, dan dia bangga pada putranya yang selalu bertanggung jawab.
" Dirga adalah rekan bisnis, ayah. Walaupun dia baru bergabung di dunia bisnis, tapi dia sangat hebat sama sepertimu nak. " Ujar Bram, menjelaskan pada Fazha tanpa ditanya.
Fazha hanya diam menyimak yang diucapkan sang ayah. Dia pun tak terlalu tertarik dengan pemuda tadi, entah kenapa ?"
"Silahkan, tuan! Sang sopir dengan hormat membukakan pintu kedua majikannya.
Hening
" Fazha, bagaimana dengan yang ayah bicarakan tempo itu ? Apakah kamu sudah siap memperkenalkan dengan ayah ?"
" Jika tidak, maka ayah sendiri yang akan memilihkan untukmu." Ujarnya, namun putranya hanya memejamkan mata tak merespon.
Saat ini, Bram sengaja pulang ke Indonesia hanya menemui putranya untuk membantu mencari pendamping hidup.
Terkadang Bram kesal sendiri melihat putranya yang selalu mengabaikan permintaannya.
Banyak rekan bisnis Bram yang mengenalkan putri mereka, tapi Fazha menolaknya dengan alasan dia memiliki pilihan sendiri.
" Besok, ayah ada janji dengan rekan bisnis, kamu juga harus ikut," pintah Bram pada putranya dan tidak ingin dibantah.
" Tapi, ayah..!
Seketika Fazha terdiam melihat tatapan tegas nya, ingin menolak tapi takut.
" Maaf ayah, aku tidak bisa datang, aku ada urusan penting dan tidak bisa ditunda. " Ujarnya mencoba memberi alasan.
Bram tidak bisa dibohongin dan itu semakin membuat tekadnya untuk mendesak putranya.
" Ayah tidak terima alasan, besok kamu harus datang dengan kekasih mu atau ayah menjodohkanmu dengan pilihanku sendiri. " Tegas Bram, membuat Fazha berdecak kesal.
Fazha berpikir sesuatu bagaimana cara bisa membujuk ayahnya untuk membatalkan pertemuan dengan rekan bisnisnya.
"Hupps."
Adryan menghelah napas dalam-dalam.
" Baiklah, besok Fazha akan datang dengan perempuan pilihanku di depan ayah.
Janji Fazha namun dia terlihat resa karena seseorang yang ingin diajak besok belum pasti ingin ikut bersamanya.
Di bawah rintik-rintik hujan, seorang perempuan berlari masuk ke dalam rumah setelah pulang berbelanja, persediaan dapur hari ini sudah habis, dengan terpaksa ia keluar sendirian tanpa ditemani siapapun termasuk suami.
" Drrt Drrt Drrt,"
Dengan terburu-buru Kinan membuka ponsel, telepon seseorang sedang memanggil.
" Fazha, " ucapnya seraya menatap ponselnya.
"Hallo, Faz !"
Fazha terdengar gugup dibalik telepon, ingin menyampaikan niatnya namun takut ditolak.
" Hallo Fazha, kenapa diam?" tanya Kinara kembali.
" Ha-hallo Kinan, kamu apa kabar ?" Basa-basi Adryan.
Kinara mengerutkan kening heran mendengar Fazha, biasanya tidak seperti itu.
" Apa yang terjadi, Fazha ? Sangat jelas terdengar kegugupan Fazha di telinga Kinara.
" Kamu di mana ?" Ucap Fazha tanpa menjawab pertanyaan Kinara.
" Kinara baru saja sampai di rumah, "ujarnya.
" Boleh aku menjemputmu sekarang ? Aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu.
Kinan ingin menolak, mendengar Fazha memohon dengan terpaksa ia setuju.
" Untuk saat ini, aku tidak bisa, Fazha. Tapi, kalau besok akan aku usahakan." Ujarnya.
" Jemput aku di tempat ku yang baru, ujarnya Kinara, dia tidak ingin membohongi Fazha di mana ia tinggal, karena tidak lama lagi Kinara ingin menjelaskan Fazha hubungannya dengan Dirga walaupun pria itu tidak ingin mengakuinya.
Fazha sangat senang mendengar jawaban Kinara, sehingga di tengah kesendiriannya, dia nampak senyum-senyum sendiri.
" Putra ayah sedang jatuh cinta rupanya," ledek Bram melihat tingkah konyol putrahnya.
Fazha terlihat sangat kesal dengan hal itu.
" Ih, ayah gangguin orang saja," Kesalnya.
" Hahahah," tidak usah malu-malu sayang, aku ini ayahmu. Kalau saja ibumu melihat tingkah lucu putra nya pasti dia lebih senang lagi.
" Huups," helaan nafas Fazha terdengar lirih oleh Abraham, seolah sesuatu yang berat dihadapi putrahnya.
" Kalau saja ibu ikut pulang, sudah pasti akan membantu memecahkan masalahku, "batinnya.
" Ada apa, nak?"
" Coba katakan, apa masalahmu ?Ayah siap mendengarnya.
" Tidak ada kok, ayah. Semuanya baik-baik saja, " ujarnya berusaha tersenyum di depan Bram.
" Fazha masuk, Ayah." Ujarnya dan berlalu meninggalkan sendirian ayahnya.
" Hallo, pak Dirga. " Abraham mengangkat sebuah telepon yang tak lain adalah Dirga rekan Bisnisnya.
" Apakah pertemuan besok jadi, pak?" Ujarnya di balik telepon.
"Tentu saja, dan aku juga mengajak putrahku dan calon istrinya. Besok kita akan merayakan kecil-kecilan hari kebahagiaan putraku.