Mendapat kabar akan kematian kekasihnya membuat Lucy Hart hancur. Dunianya mendadak gelap, dia jatuh ke dasar yang paling dalam namun seseorang, menariknya dari tempat gelap itu. Jared Levin, adalah sahabat baik kekasih Lucy. Dia telah bersumpah pada Daniel untuk menjaga dan mencintai Lucy. Dia selalu ada untuk Lucy bahkan ketika Lucy mengalami kecelakaan yang membuatnya mengalami kelumpuhan, Jared selalu ada untuknya. Dapatkah Lucy melihat ketulusan Jared dan melupakan kekasihnya yang telah pergi dan ketika Jared memutuskan kembali ke Amerika, apakah Lucy akan mencegahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamat Tinggal
Lucy sudah berdiri di depan makam Daniel. Ini akan menjadi hari terakhir dia mengunjungi Daniel karena setelah ini, kemungkinan besar dia tidak akan pernah kembali lagi.
Mengingat kedua kakinya yang tak dapat disembuhkan, sudah pasti dia tidak dapat bergerak dengan leluasa dan dia harus bergantung pada Jared. Pria itu sudah mengatakannya jika dia tidak akan pernah kembali jadi kali ini dia benar-benar harus mengucapkan kata perpisahan pada Daniel.
Jared menunggu di mobil. Dia memberikan waktu privasi pada Lucy untuk melakukan perpisahannya tapi dia memperhatikan, apa yang Lucy lakukan meski sedari tadi dia hanya diam saja.
Cukup lama Lucy berdiam diri seperti itu. Kata perpisahan sulit dia ucapkan. Dia berusaha merangkai kata untuk terakhir kali tapi dia justru tak mampu melakukannya.
Lucy memandangi makam Daniel dan tersenyum getir. Surat yang ada di tangan dilihat lalu air mata pun menetes dengan perlahan.
“Kenapa kita harus berpisah seperti ini, Daniel?” Selalu pertanyaan yang sama karena hatinya belum rela melepaskan kepergian Daniel.
“Aku telah memikirkan hal ini dengan keras tapi aku tidak menemukan jawabannya sama sekali. Aku tidak mengerti, kenapa kau mempercayai Jared dan meninggalkan aku dengannya?” pandangannya tertuju kepada makam. Sepertinya itu akan menjadi rahasia yang tidak akan pernah terjawab.
“Padahal kau tahu jika aku begitu mencintai dirimu tapi kenapa kau justru memintanya bersumpah tanpa bertanya padaku apakah aku bersedia atau tidak? Sebenarnya apa yang kau pikirkan saat itu, Daniel?” kertas surat diremas, dia sudah mengambil sebuah keputusan yang cukup sulit bagi dirinya.
“Permintaanmu itu tidak saja mempersulit hidupku tapi kau juga mempersulit Jared, kenapa?” Lucy kembali tersenyum getir.
“Aku kira kita akan hidup bahagia bersama dan aku pikir cukup dirimu saja di dalam hatiku tapi gara-gara permintaan konyolmu itu, aku harus mencoba menerima dirinya di hatiku. Apa kau tahu? Aku telah memutuskan untuk pergi bersama dengannya setelah ini dan ini akan menjadi hari terakhir aku menjengukmu!” Kini air matanya mengalir.
“Aku mencintaimu, Daniel. Sampai kapanpun kau tetap menjadi pria paling spesial dalam hidupku. Meskipun aku mampu mencintai Jared suatu saat nanti, tapi aku akan selalu mengingat dirimu,” Air mata dihapus, Lucy mendongak dan menatap langit biru.
“Aku yakin kau sedang melihat dari atas sana dan lihatlah, aku akan berusaha berusaha menjalani hidupku walau tanpa ada dirimu. Aku tidak ingin mengucapkan kata ini, Daniel. Tapi aku harus mengucapkannya untuk terakhir kali,” Lucy berusaha tersenyum, walau sulit dia lakukan.
“Selamat tinggal, Daniel. Terima kasih kau telah mencintai aku dengan begitu tulus,” surat yang ditinggalkan oleh Daniel mulai dirobek dengan perlahan hingga menjadi serpihan.
“Selamat tinggal. Aku akan mencoba hidup dengan baik bersama dengan pria yang kau percaya itu tapi jika hanya ada kekecewaan saja yang aku dapatkan saat bersama dengannya maka tunggulah aku, aku benar-benar akan menyusulmu!” Kertas-kertas kecil itu mulai tertiup angin, membawanya terbang tinggi dan serpihan kertas itu bagaikan cintanya yang terbang dibawa oleh angin.
Ada sedikit perasaan lega setelah melakukan hal itu dan setelah mengucapkan kata perpisahan yang selama ini sulit dia ucapkan.
Dia tahu dia harus mulai belajar merelakan kepergian Daniel. Walaupun itu tidak mudah dia lakukan.
Lucy menghapus air matanya. Sedikit senyuman menghiasi wajahnya. Rasa tenang dan damai membungkus hatinya yang selama ini dipenuhi dengan kesedihan akan kepergian Daniel.
“Selamat tinggal,” dia kembali mengucapkan perkataan itu tapi dengan perasaan yang sedikit ringan.
Lucy memejamkan kedua mata. Entah kenapa dia merasa Daniel ada di sana lalu mengatakan padanya jika semua akan baik-baik saja.
Jared yang sedari tadi memperhatikan, memutuskan untuk menghampiri Lucy. Mereka sudah harus pergi karena waktu yang tidak banyak jadi mereka tidak bisa menundanya.
Lucy masih berdiam diri. Rasanya tidak ingin mengganggu tapi jika dia tidak memanggil maka dia harus mengatur ulang jadwal penerbangan.
“Apa kau masih belum selesai?” Lucy berpaling dan tersenyum, ketika mendengar suaranya.
“Izin yang aku dapatkan sebentar lagi akan habis jadi kita harus bergegas. Kurang lebih satu jam, pesawat pribadiku sudah harus terbang jadi kita tidak bisa membuang tepat waktu terlalu lama.”
“Aku sudah selesai, Jared. Kita bisa pergi sekarang tapi apa kau tidak mau mengucapkan apa pun pada Daniel?”
“Ayolah, hanya orang bodoh yang berbicara dengan kuburan!”
“Jadi kau menganggap aku bodoh?”
“Tidak juga.”
“Kau baru saja mengatakannya. Jadi aku terlihat bodoh karena aku berbicara dengan kuburan?”
“Jangan diambil hati karena perkataanku yang tidak berdasar. Tidak ada yang bisa aku ucapkan pada Daniel karena aku telah bersumpah padanya jadi aku tidak perlu mengulangi sumpah ku itu!”
“Kenapa, apa kau takut terikat terlalu lama jika kau kembali bersumpah padanya?”
“Tanpa perlu bersumpah lagi, kau memang sudah terikat denganku jadi aku tidak perlu melakukannya lagi, bukan?”
“Baiklah. Sekarang bawa aku pergi tapi aku tidak mau didorong di atas kursi roda ini!”
“Jadi kau mau apa. Apa kau ingin berguling di atas rerumputan sampai ke mobil?”
“Please, kau laki-laki yang tidak peka. Apa kau pikir aku bola? Seharusnya kau mengerti maksudku?”
Jared memandanginya dan memikirkan apa yang Lucy inginkan dan akhirnya dia mengerti jika Lucy ingin digendong olehnya sampai ke mobil. Dasar bodoh, dia harus mulai belajar mengartikan keinginan eorang wanita.
Tanpa menunggu lama, Jared menggendong Lucy dari atas kursi rodanya. Dia memerintahkan seseorang untuk membawa benda itu menuju mobil.
“Lain kali jika kau ingin digendong, langsung katakan terus terang. Aku tidak suka bermain teka teki!”
“Tuan, hati wanita itu rumit jadi kau harus belajar banyak. Lagi pula aku tidak mengatakannya tapi kau yang menggendong aku!”
“Tidak perlu berpura-pura, Lucy. Apa yang kau bicarakan dengan Daniel dan kenapa begitu lama?”
“Sedikit ucapan perpisahan, Jared. Aku tidak akan kembali ke kota ini lagi jadi aku mengucapkan sedikit perpisahan dengannya.”
“Bagus! Aku harap kau segera merelakan kepergiannya!”
Lucy memeluk leher Jared dan bersandar dengan nyaman di dadanya. Dia memang akan belajar merelakan kepergian Daniel. Tidak hanya itu, dia juga akan belajar menerima Jared di hatinya.
karena kamu lebih memilih lucy dibandingkan Mikail yg banyak omong dan memuji dirinya sendiri 😏😏😏
emank enak🤪🤪🤪
kamu sich terlalu kepedean jadi orang😏😏😏
semoga saja hal itu tdk terjadi karena kasian lucy kalau kakinya diamputasi.
fokus aja SM operasi n kesembuhan dirimu setelah itu buat bangga Jared dg ke istimewaan dirimu Lucy
. btw Thor , visualnya mana .