Namaku Lakas, klan vampir dari darah murni, aku adalah seorang bangsawan dari raja vampir terkuat.
Adanya pemilihan pangeran pewaris tahta kerajaan vampir, menjadikanku salah satu kandidat utama sebagai penerus klan vampir darah murni.
Namun, aku harus menemukan cinta sejatiku dibawah cahaya bulan agar aku dapat mewarisi tahta kekaisaran vampir selanjutnya sebagai syarat utama yang telah ditetapkan oleh kaisar vampir untuk menggantikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Tragedi Terjadi Di Festival
Terlihat beberapa siswi bergerak lincah, membawakan gerakan tarian penuh irama pada lomba diperayaan festival bulan purnama.
Tak luput dari pandangan mata Lakas saat dia memperhatikan Cornelia dibarisan para penari.
Lakas mengawasi Cornelia tiada putusnya bahkan dia rela berdiri dibarisan paling depan penonton lomba tari difestival ini.
Gerakan tari milik siswi-siswi sangat beragam bahkan sangat gemulai ketika mereka mengikuti iringan musik yang mengalun keras disekitar mereka.
Lakas mengamati langit diatasnya, tampak sinar cahaya bulan purnama mulai menampakkan bentuknya yang hampir sempurna diatas sana.
Namun, perasaan Lakas sangat cemas saat ini, meski keadaan ditempat ini dalam kondisi baik-baik saja, jauh dari ancaman bahaya, tetap Lakas merasa hatinya tidak tenang.
Lakas kembali memperhatikan ke arah barisan penari, dimana Cornelia sedang menari riang bersama-sama yang lainnya.
Mereka mulai bergerak berkeliling, mengitari api unggun yang ada ditengah-tengah mereka sembari menggoyangkan pinggul mereka dengan mengikuti iringan musik.
Cahaya bulan mulai bergerak merambat, perlahan-lahan memayungi para penari yang sedang menari dibawah sana.
Lakas mulai tegang ketika sinar cahaya bulan mulai menyinari para penari, hatinya semakin tidak karuan saat melihat ke arah Cornelia yang mulai terkena sinar cahaya bulan.
Tiba-tiba Cornelia memutar badannya, menjauhi sinar cahaya bulan purnama yang hampir mengenai dirinya sepenuhnya.
Cornelia terus bergerak lincah, menari dengan terus menghindari kejaran sinar cahaya bulan yang berjalan pelan ke arah barisan semua penari.
Lakas masih berdebar-debar ketika melihat Cornelia yang berusaha menghindari kejaran cahaya bulan ke arah dirinya.
Sorot mata Lakas berubah dingin serta sangat tajam saat menatap ke arah Cornelia.
Pada saat cahaya bulan purnama mulai menyinari seluruh penari yang sedang mengelilingi api unggun, Cornelia segera menjatuhkan dirinya, berpura-pura kakinya tersandung sesuatu lalu beringsut cepat ke arah sisi area yang gelap tanpa sinar cahaya bulan.
Cornelia duduk meringkuk sembari menutupi tubuhnya dengan kain selendang yang melengkapi penampilan menarinya.
Lakas yang melihat Cornelia berhasil menghindari sinar cahaya bulan ke arah sisi lainnya, langsung menghela nafas lega lalu tersenyum.
Cahaya bulan purnama semakin bersinar terang, sinarnya sangat tajam saat mengenai seluruh para penari dibawah sana.
Api unggun terus bertambah naik ke atas, seakan-akan menyambut kedatangan bulan purnama pada malam ini.
Seorang penari mendadak histeris, berguling-guling tak karuan ke tanah sembari menarik kuat rambutnya sedangkan kedua matanya berubah merah menyala.
Lakas tertegun diam, sesaat menatap tegang ke arah penari yang kesurupan itu, tidak bergerak dari tempatnya berdiri saat ini, dan masih tetap bergeming diam.
"Aaakhhh... ! Aaaakhhh... !" teriak penari itu.
Sontak semua penari langsung menghentikan gerakan tarian mereka dan terdiam termenung.
"Aaakhhh... !'' jerit penari itu lagi.
Kali ini gadis penari itu semakin kalap, dia berguling-guling sembari terus menarik rambutnya bahkan sembari melotot marah.
Gadis penari menggeram keras lalu bergerak mengejar gadis-gadis penari lainnya yang ada didekatnya.
Semua gadis penari langsung berhamburan lari, menghindari kejaran gadis penari yang kesurupan itu.
Festival bulan purnama yang seharusnya berlangsung meriah penuh keceriaan berubah menjadi ricuh disebabkan seorang gadis penari kesurupan serta berteriak-teriak histeris sambil mengejar gadis-gadis penari lainnya.
Lakas yang sedari tadi sangat cemas dengan perubahan suasana diacara lomba menari langsung bertindak cepat, dia segera mencari Cornelia.
"Cornelia dimana kamu ?" gumam Lakas yang kebingungan mencari keberadaan kekasihnya itu.
Lakas mengedarkan pandanganya ke sekitarnya, seraya mencari-cari dimana Cornelia berada.
"Cornelia...", panggil Lakas.
Lakas memandang ke arah sisi gelap didepannya, tampak sesuatu bergerak-gerak mendekat ke arah Lakas berdiri.
"Aku disini, Lakas...", sahut suara perempuan dibalik keremangan malam.
"Cornelia..., kaukah itu ?" tanya Lakas selidik.
"Ya, aku Cornelia, disini, kemarilah !" sahut suara tersebut.
Lakas terdiam, dia tidak segera melangkah maju, mengikuti permintaan suara perempuan itu.
Tampak bayangan seseorang sedang melambaikan tangannya ke arah Lakas.
"Lakas !" panggil bayangan itu lalu muncul Cornelia dari balik gelapnya malam.
Lakas bernafas lega seraya tersenyum simpul lalu bergerak mendekati Cornelia.
"Untunglah kau baik-baik saja, Cornelia, aku sangat mengkhawatirkanmu", ucap Lakas.
Lakas menuntun Cornelia keluar dari gelapnya sisi lainnya diarea sekitar lomba menari, menutupi seluruh tubuh kekasihnya itu dengan jubah hitam miliknya.
"Keadaan berubah kacau, ada yang kesurupan, sebaiknya kita segera pergi dari sini sebelum terlambat, Cornelia", kata Lakas.
"Lalu bagaimana dengan gadis yang kesurupan itu ? Tidakkah kita berusaha menolongnya ?" tanya Cornelia dibalik jubah hitam milik Lakas.
"Bukan urusan kita, karena lebih baik bagi kita untuk tidak ikut campur dengan masalah ini, biar yang lainnya yang membantu menyembuhkan gadis kesurupan itu", sahut Lakas.
Lakas terus menuntun Cornelia pergi dari tempat lomba menari.
"Apa dia akan segera sembuh ?" tanya Cornelia.
"Entahlah, Cornelia... Jangan tanyakan hal itu padaku, aku tidak tahu, sebaiknya kita cepat-cepat pergi", ucap Lakas.
Lakas terus memapah Cornelia saat mereka berjalan menjauh.
Terdengar dari arah kejauhan suara tawa menyeramkan menggema keras diarea sekitar halaman sekolah.
Lakas mendongakkan kepalanya ke arah atas, tercekat kaku ketika mendegar suara seram yang menggema itu.
"Vampir...", gumamnya terhenyak tegang.
"Kenapa Lakas ?" tanya Cornelia sembari menoleh ke arah Lakas yang berdiri disampingnya.
"Tetaplah bersamaku, Cornelia ! Jangan pergi menjauh dariku saat ini, kau mengerti !" kata Lakas sembari menatap ke arah Cornelia dengan tatapan tegang.
"Ada apa ? Apa yang terjadi ?" tanya Cornelia.
"Jangan takut, tetaplah tenang !" sahut Lakas.
Suara tawa menyeramkan kembali terdengar menggema dimana-mana, lamat-lamat terdengar suara tawa itu mendekat.
Tampak sejumlah vampir bergelantungan dengan posisi tubuh terbalik ke arah bawah di dahan pohon sepanjang jalan halaman sekolah.
Sorot mata mereka bersinar merah dengan jubah hitam yang menutupi sebagian tubuh mereka semuanya.
Lakas segera menyembunyikan Cornelia semakin rapat ke dalam jubah miliknya lalu mendekapnya erat-erat.
"Ada vampir !!!" teriak sejumlah murid lalu berlarian semburat pergi.
"Cepat lari ! Sebelum mereka menghisap darah kita !" teriak cemas murid-murid saat mereka melihat para vampir itu bergelantungan terbalik didahan-dahan pohon.
"Ada vampir !!!" teriak mereka ketakutan ngeri.
Suara tawa semakin menggema keras diseluruh area sekolah.
Para vampir terbang menukik tajam sembari berusaha menangkap murid-murid yang berteriak histeris.
Beberapa murid sekolah tertangkap oleh vampir lalu mereka dicekik dan dihisap darah mereka tanpa ampun.
Suasana berubah mencekam malam ini, bahkan Cornelia sendiri sempat bergidik ngeri ketika melihat pemandangan menakutkan itu terjadi tepat dihadapannya, saat para vampir menghisap kuat darah milik siswi-siswi disekolah ini.
"Slave vampir...", bisik Lakas tertegun diam.
Lakas hanya berdiri terpaku diam sedangkan para slave vampir mulai memburu murid-murid disekolah ini.
"Ulah siapa ini ?" tanya Lakas seraya mengedarkan pandangannya.
Muncul seseorang sedang terbang turun dari atas lalu bergerak ke arah gadis penari yang terbaring kelelahan akibat kesurupan itu.
"Rupanya aku telah menemukan gadis dicahaya bulan itu malam ini, dan rencanaku menghadapkan dia pada kaisar vampir terlaksana sudah", ucap seorang berambut panjang berwarna putih.
Pria berambut putih itu mengangkat tubuh gadis penari sembari tertawa keras diantara slave-slave vampir yang mengelilinginya dan sedang menghisap darah milik gadis-gadis penari yang tertangkap oleh slave-slave itu.
"Aku berhasil mendapatkan gadis dibawah cahaya bulan ! Dan aku akan mewarisi tahta kekaisaran vampir selanjutnya !" teriak pria berambut putih itu sembari terus tertawa keras.
Aroma amis dari darah perawan milik gadis-gadis penari yang terhisap kuat dari tubuh mereka tersebar kuat disekitar halaman sekolah, merebak luas hingga udara bercampur oleh bau darah milik mereka.
Cornelia merasa mual pada perutnya dan hampir muntah saat mencium aroma darah yang tersebar amis itu.
"Mereka kasar sekali...", gumam Cornelia iba saat melihat pemandangan dari slave-slave vampir sedang menghisap darah milik gadis-gadis penari.
Gadis-gadis itu mengejang kuat hingga gemetaran saat darah mereka terhisap oleh slave-slave vampir yang menerkam mereka.
Cornelia tersentak kaget saat wajah dari gadis-gadis penari itu berubah memucat kaku bagaikan mayat hidup.
Tak lama kemudian, slave-slave vampir itu meninggalkan gadis-gadis penari itu tergeletak pingsan begitu saja di atas tanah kemudian terbang pergi setelah puas menghisap darah.
Pria berambut putih hendak bergerak pergi, menyusul slave-slave vampir ciptaannya.
Namun, langkahnya terhenti lalu dia menoleh ke suatu tempat yang gelap, dan memandangi dengan sorot mata selidik.
Pria berambut putih yang sedang menggendong tubuh gadis penari terlihat penasaran kemudian melangkah menghampiri area gelap yang sepi itu dimana Lakas dan Cornelia bersembunyi disana.
Suara burung gagak menggema keras diatas langit gelap, mengingatkan pada pria berambut putih itu untuk segera pergi.
Sekejap saja, pria berambut panjang berwarna putih itu segera menghilang dari area sekitar sekolah, sembari membawa serta gadis penari yang tadi kesurupan itu pergi.