Maha Rani Larasati rela menikah dengan Daniel Nur Indra seorang duda ber anak satu tapi jauh dari kata bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trisubarti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6
Daniel ingat besok pagi adalah hari bersejarah pernikahannya dengan Rani. Ia ingin minta maaf kepadanya.
Daniel sudah berjanji pada diri sendiri. Tepat hari ulang tahun pernikahannya, akan menyerahkan kunci rumah yang baru selesai pengerjaan kepada Rani. Dan akan pindah kerumah tersebut.
Sampai di rumah. Daniel masuk ke kamar. Daniel terkejut laci tempat ia menyimpan perhiasan seperti ada yang membukanya. Daniel mencari kotak perhiasan ternyata hilang. Hanya tinggal satu liontin yang tercecer.
Daniel mengepalkan tangannya. Kenapa nasip buruk bersamanya, akhir-akhir ini. Perhiasan Almira yang berkisar 5 m kini telah sirna.
Daniel melangkah keluar kamar pribadinya. Menuju kamar Rani tapi Rani tidak ada. Lampunya masih menyala, Daniel duduk di kursi sofa kamar Rani. Daniel ingin bertanya kepada Istrinya, apa dia yang mengambil perhiasan itu. Sedangkan simbok tidak mungkin, Simbok sudah bertahun-tahun bekerja disini. Daniel mengacak rambutnya.
Tidak sengaja Daniel netranya menatap kotak merah di kolong ranjang. Daniel berdiri kemudian menunduk seperti orang sujut ambil kotak perhiasan di kolong.
Tapi isinya sudah tidak ada. Padahal hanya ini harapan satu-satunya yang bisa menutup kerugian. Daniel kesal masalah yang satu belum kelar sudah timbul lagi masalah lain.
Daniel keluar dari kamar Rani kemudian menuju kamar Icha.
Daniel membuka pintu kamar Icha di lihat Rani masih belum tidur. Sedangkan Icha sudah pulas. Rani segera beranjak matanya berbinar yang ia tunggu telah datang.
Daniel langsung kembali kekamar Rani. Rani menyusul dari belakang.
Sampai di kamar, Rani langsung memeluk suaminya. "kemana aja Mas kok nggak pulang-pulang? aku kangen." Ucapnya manja.
Daniel mendorong tubuh Rani, Rani bingung, suaminya tidak mau di peluk. Apa benar ia mempunyai pil di luar? monolog Rani.
"Mas kenapa?" Rani menatap Daniel berkaca-kaca.
Daniel tidak bersuara dari tadi hanya diam dan menatap Rani tajam.
Rani menunduk, tidak lagi berani menatap suaminya sepertinya sedang marah. pikir Rani.
Daniel mengangkat dagu Rani kasar.
"Kalau ingin sesuatu bilang! tidak usah mencuri seperti maling!" Sarkas Daniel mengintimidasi.
Rani beringsut mundur mendengar ucapan suaminya.
"Mas Daniel mabuk ya? habis minum apa tadi? Rani kembali mendekati suaminya. Mengendus tubuh suaminya ia pikir Daniel mabuk.
Daniel mendorong tubuh Rani.
"Mas Daniel kenapa?" Saat ini Rani mulai sadar, kalau suaminya benar-benar sedang emosi. Tapi dia bilang apa tadi, maling! Maling apa maksudnya? monolog Rani.
"Kamu kan! yang mencuri perhiasan Almira?!" Daniel melempar kotak perhiasan ke hadapan Rani.
Rani masih bingung dengan tuduhan suaminya. Rani menatap kotak perhiasan yang menggelinding di depannya. Baru kali ini Rani melihat. Lalu mengapa suaminya menuduhnya mencuri. Dadanya sesak bibirnya kelu tidak mampu untuk berucap.
"Kenapa kamu diam! nggak bisa jawab kan?! "Saya kecewa sama kamu!!" Daniel menunjuk wajah Rani.
"Selama ini kamu pura-pura tidak mau menggunakan nafkah dari saya, untuk kebutuhan pribadi kamu! tapi ternyata itu hanya kedok! munafik kamu!!" Sarkas Daniel.
Rani terduduk di lantai, raganya lemas, dadanya terasa tercabik-cabik pisau belati. Air matanya tumpah.
"Huu..huuu...Mas Daniel jahaaaaaaaattttt!!" Rani bersujud di lantai.
"Huu..huuu...Mas Daniel tegaaaa..."
"Huu...huuuu...Mas Daniel kejaaaaammm....!!" Tangan Rani memukul-mukul lantai.
Rani meraung-raung tidak peduli lagi orang mendengar karena pintu kamarnya terbuka.
Icha sejak tadi mendengar percekcokan orang tuanya. Tapi ia tidak bisa berbuat apa -apa. Ini urusan orang dewasa. Icha menangis, lagi-lagi Paparnya menyakiti Uminya.
Daniel keluar kamar, ambil kunci mobilnya, membuka garasi kemudian pergi entah kemana.
Melihat Papanya pergi Icha bergegas ke kamar Rani. Icha menangis tersedu-sedu memeluk Uminya yang masih bersujud di lantai.
"Bangun Umi, banguuun..."Icha membangunkan Uminya.
"Huu...huuuu..Papa jahat! Icha Papamu jahat nak...huuu...
"Maafkan Papa Umi...maafkan Papa..." Rani dan Icha berpelukan. Mereka menumpahkan Air matanya.
"Maafkan Papa Umi...Icha mendengar semuanya." Tutur Icha.
"Apakah Icha percaya dengan apa yang Papa tuduhkan?" Tanya Rani dengan suara bergetar.
"Tentu tidak Umi, Icha mengenal Umi dari kecil, Umi orang baik yang Icha punya." Tutur Icha sungguh-sungguh.
"Tapi Papa selama ini ternyata belum bisa mengenal Umi lebih jauh sayang.." hiks hiks
"Umi sedih Cha...Umi mau mati saja, Umi mau menyusul nenek." hiks hiks
"Umi...jangan bilang begitu, mana Umi Icha, orang yang paling kuat." Icha mengusap-usap punggung Uminya. Rani masih duduk dilantai. Memeluk lututnya sendiri.
Rani pandangannya tertuju kotak perhiasan yang masih tergeletak di lantai. Kemudian mengambilnya.
"Icha pernah tau kotak perhiasan ini?" Tanya Rani menyelidiki.
"Tidak pernah Umi." Jawab Icha.
"Sepertinya Papa kehilangan perhiasan ini Cha." "Ini milik Almarhumah Mama Icha, menurut Papa tadi," "Tapi kalau memang benar ada yang mencuri, lalu siapa Cha?" Tanya Rani keheranan.
Icha diam berpikir dan mengingat-ingat, siapa yang datang kesini.
"Icha tau Umi." Kata Icha kesal.
"Siapa sayang.." Rani sudah tidak sabar ingin segera tau, siapa yang mencuri perhiasan tersebut.
"Kemarin waktu Umi masuk angin, Icha kan di antar pulang sama Pak Toto Mi, terus Icha lihat tante Shelly terburu-buru pulang, setelah Icha datang." Tutur Icha masuk akal kalau Icha menuduh Sherly sebab selama ini hanya Shelly yang suka masuk kekamar Daniel.
"Tapi kita nggak boleh sembarangan menuduh sayang.." Nasehat Rani.
"Tapi Icha yakin Umi! pasti wanita genit itu yang mencurinya." Icha bersungut-sungut kesal.
"Sudah sayang, lebih baik Icha bobok ya, besok kan Icha sekolah." Nasehat Rani.
"Baiklah Umi, tapi Umi jangan sedih lagi ya...boleh nggak Icha bobok di sini." Kata Icha.
"Boleh sayang." Ucap Rani.
Icha bobok di ranjang Rani. Rani menyelimuti nya. Tidak nunggu lama Icha tidur sebab sekarang sudah jam 11 malam.
"Rani kemudian meninggalkan Icha berdiri di balkon.
Maharani PoV
Malam ini harusnya aku memberi kejutan suamiku atas kehadiran janin di perutku. Karena esok hari. Hari anniversary pernikahanku.
Tapi aku yang mendapatkan kejutan dari suamiku. Aku di tuduh pencuri, munafik, di fitnah yang sangat kejam. Jika yang memfitnah aku orang lain aku masih bisa memaafkan. Tetapi ini suamiku sendiri.
Aku merenung dan mengevaluasi kesalahan dan dosa-dosaku. Baik yang berhubungan dengan muamalah antara manusia, maupun dosa-dosa antara aku dengan Allah.
Pasti banyak dosa yang tidak terhitung, tapi di tuduh mencuri perhiasan Mbak Almira sungguh fitnah yang sangat kejam.
Kesabaranku selama ini belum membuahkan hasil. Harus sampai kapan aku bersabar.
"Ya Allah jadikanlah aku istri yang taat pada suamiku karena ia adalah surgaku.
Angin malam berhembus kencang. Aku kembali kekamar merebahkan tubuhku. Mencoba untuk terpejam tapi tatapan suami yang mengintimidasi aku, tidak mau enyah dari mataku. Dan kata-kata tadi terus terngiang di telingaku.
Hingga subuh berkumandang perutku sakit sekali, miring kiri, miring kanan, dan terlentang tetapi tidak ada posisi yang Pas. Perutku terus melilit.
"Ya Allah...kuatkan aku..apa yang terjadi dengan perutku. "Ya Allah..aku tidak kuat.
Aku melangkah kekamar mandi dengan menahan rasa sakit.
Di kamar mandi aku mebuka dalaman. "Duh gusti...daraah..
Cobaan apa lagi yang menghampiri aku?
.
lumayan buat nambah penghasilan tambahan 🙏😭😭😭