NovelToon NovelToon
Fantasi Liar Gadis Introvert

Fantasi Liar Gadis Introvert

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: 🌹Ossy😘

Aluna gadis lugu yang penuh dengan cobaan hidup. Sebenarnya dia gadis yang baik. Namun sejak dia dikhianati kekasih dan sahabatnya dia berubah menjadi gadis pendiam yang penuh dengan misteri. Banyak hal aneh dia alami. Dia sering berhalusinasi. Namun siapa sangka orang-orang yang datang dalam halusinasinya adalah orang-orang dari dunia lain. Apakah Aluna akan bahagia dengan kejadian tersebut. Atau malah semakin terpuruk. Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 22

Aku mulai melangkah, meniti jalan yang ingin ku tempuh, sendiri. Tapi aku yakin aku bisa.

🔥🔥🔥

Hari ini Aluna mulai masuk kerja. Lukanya sudah benar-benar pulih. Tak ada bekas sama sekali. Bahkan terlihat lebih cantik dan lebih mulus dari sebelumnya. Tak akan ada yang mengira kalau dia baru saja mendapatkan kecelakaan.

Aluna telah siap berangkat. Dia berkaca sekali lagi, memastikan diri tidak ada yang kurang. Setelah itu mengambil tas dan berjalan keluar rumah.

Motor baru telah diparkir di depan rumahnya. Motor yang lama dia jual, dan membeli lagi motor baru. Itu juga dibelikan oleh si penabrak yang masih belum Aluna ketahui.

Aluna belum pernah bertemu dengan si penabrak. Hanya melalui telepon saja dia berhubungan. Itupun lewat pengacaranya. Si penabrak belum bisa bertemu langsung. Masih di luar negeri katanya.

" Alhamdulillah siap semuanya. Motor baru, penampilan baru, pribadi baru.." Aluna tersenyum. Dia puas dengan penampilannya kali ini. Rasa percaya dirinya bertambah seratus persen.

" Terima kasih Alisha, mas Bram. Karena kalian berdua, Luna bisa menjadi seperti ini. Kalian pasti akan terkejut." Aluna melihat spion . Senyuman terukir terus di bibirnya.

" Bismillahirrahmanirrahim.. Berangkat .."

Aluna menjalankan motor barunya. Dia keluar dari gerbang rumah minimalis miliknya. Rumah yang dulu kusam kini terlihat mewah dari indah.

Aluna berhenti sejenak. Dia menatap rumahnya sebentar. " Semua telah berubah dalam sekejap. Rumah, tubuhku. Kehidupanku. Akan berubah menjadi indah, tanpa kesedihan."

" Berangkat kerja nak Luna?" Aluna tersenyum sambil mengangguk ketika Bu RT menegurnya.

" Wah motor baru, rumah baru dan penampilan baru. Nak Aluna hebat, jadi semakin cantik." ucap Bu RT lagi.

" Ibu bisa saja. Alhamdulillah ibu. Pas ada rejeki. Mari saya duluan.."

Aluna tersenyum dan mengangguk. Kemudian menjalankan motornya setelah mendapat jawaban dari Bu RT.

Aluna memperlambat laju motornya, saat melewati rumah Alisha. Pintunya masih tertutup rapat, memang ini masih pagi. Mana mungkin alisha bangun sepagi ini. Karena biasanya Aluna lah yang selalu membangunkan setiap pagi.

 Dan mulai seminggu yang lalu semua sudah berubah. Sejak kecelakaan itu terjadi, Aluna memutuskan untuk tidak perduli lagi dengan keadaan alisha. Bukan Aluna dendam, tapi apa yang dilakukan alisha sangat melukai hati Aluna, dan Aluna akan memutuskannya semua bantuan yang selama ini dia lakukan.

" Apa belum bangun, ini sudah siang. Biasanya aku yang membangunkan dia. Atau mungkin sudah berangkat . Bukankah biasanya dijemput mas Bram di ujung gang. Akh sudahlah biarkan saja. Bukan urusan aku lagi. Sudah gede ini." Gumam Aluna sambil menambah kecepatan motornya meninggalkan rumah Alisha.

Aluna menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Dia tidak sedang buru-buru. Bahkan dia berniat mampir dulu ke warung nasi uduk untuk membeli sarapan. Tadi dirumah hanya minum segelas susu saja.

Ternyata warung nasi uduk pok Halimah ramai sekali. Banyak pembeli yang mengantri. Aluna putar balik motornya. Pasti lama menunggu antrian. Dia tidak jadi membeli.

" Nanti sarapan di kantin saja lah. Pasti akan terlambat. Kalau antrian sebanyak itu."

Aluna kembali melajukan motornya. Jalanan mulai ramai. Apalagi pagi hari seperti ini. Bertepatan dengan anak berangkat sekolah. Macet di mana-mana. Untung pakai motor bisa menyelip di celah sekecil apapun. Atau bisa melewati jalan tikus.

Akhirnya Aluna sampai di tempat kerjanya. Di depan pintu gerbang seorang satpam berdiri menatap Aluna .

"Selamat pagi pak." Sapa Aluna sambil menaikkan kaca helmnya.

" Masya Allah, Aluna. Pangling bapak." Pak satpam nyengir. Kemudian mempersilahkan motor Aluna melewatinya.

Aluna memarkirkan motornya ditempat bisaa. Belum ada yang menempati dimana dia biasa memarkirkan motornya. Setiap karyawan memang punya tempat parkir sendiri. Walaupun tidak ditandai, tidak akan ada seorang pun menempati tempat tersebut walaupun tidak masuk kerja.

Aluna melenggang masuk dengan anggun. Suara hak sepatu beradu dengan lantai terdengar nyaring. Saat di lobi dia melihat ke sekeliling . Biasanya di sini dia akan bertemu Alisha. Tapi ini masih pagi. Pasti dia belum datang.

Ruangan Aluna berada dilantai tiga. Dia menaiki lift. Masih sepi. Masih sedikit orang yang datang. Aluna memutuskan pergi ke kantin terlebih dulu. Ingin membeli cemilan untuk sarapan. Biasanya jam segini sudah ada kudapan yang dijajakan.

Aluna berhenti di pintu kantin. Saat dia melihat seseorang yang dia kenal duduk di salah satu kursi sambil menikmati secangkir kopi dan beberapa gorengan ada di atas meja.

" Itu,.." Aluna mengucek matanya. "Nyata atau hanya halusinasi." Gumamnya pelan. Aluna menatap tak berkedip. Dia ragu untuk melangkah masuk. Akhirnya Aluna memutuskan berbalik saja.

" Kenapa tidak jadi beb."

Langkahnya terhenti. Aluna tertegun. Padahal lelaki itu duduk membelakangi pintu. Bagaimana bisa dia tahu kalau Aluna berbalik arah.

" Ada gue ya, tidak mau bertemu gue lagi kah?"

Aluna bingung harus menjawab apa. Bukan dia ingin menghindari tapi dia memang tidak tahu harus bersikap bagaimana. Mereka tidak saling kenal. Tapi sikap dan tingkah mereka membuat Aluna merasa bingung.

" Baiklah kalau begitu gue yang pergi."

Aluna diam membisu. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Menahannya atau membiarkan pergi.

Laki-laki tersebut benar-benar bangkit dan berjalan menuju pintu keluar. Saat melewati Aluna dia melangkah begitu saja. Melirik pun tidak. Melenggang melewati tanpa sedikitpun menoleh apalagi menyapa.

Aluna masih diam. Benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Apa salahnya dan memang apa yang telah dia lakukan pun, Aluna tidak tahu. Tiba-tiba saja sosok tersebut bersikap dingin. Sikap yang berubah drastis dalam waktu cepat. Tanpa tahu apa sebabnya.

Aluna menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Matanya mengembun menatap kepergian sosok tersebut. Bukan Aluna tidak ingin ditinggal, tapi Aluna hanya merasa serba salah, tidak tahu yang sebenarnya terjadi dan harus berbuat apa.

Aluna mengusap matanya pelan. Dia tidak mau merusak riasannya. Akhirnya Aluna masuk ke kantin dan membeli apa yang akan dia ingin beli dan segera kembali ke ruangannya.

" Selamat pagi, mbak Dinda." Aluna menyapa Dinda saat melihat asisten Azlan tersebut melewati kubikelnya.

" Eh, Aluna. Kamu sudah sembuh." Dinda berbelok menghampiri Aluna.

" Alhamdulillah, saya sudah sembuh." Aluna tersenyum menatap Dinda.

" Masya Allah, kamu berubah. Kamu menjadi secantik ini." Dinda memutar kursi yang diduduki Aluna.

" Mbak Dinda, pusing.."

" Hahaha, maaf. Habisnya mbak pangling. Katanya habis kecelakaan. Kenapa begitu masuk, penampilan kamu berubah total. Apa kamu operasi plastik."

" Apa yang berubah sih, saya tetap Aluna yang dulu. Masa operasi plastik. Kan cuma satu minggu saya tidak masuk, tidak mungkin bukan " Aluna masih terus tersenyum.

" Bener lho, kamu menjadi sangat cantik dan anggun. Ada ya orang habis kecelakaan berubah jadi seperti kamu. Hahaha."

" Mbak Dinda bisa saja. "

' Maaf ya, mbak tidak sempet menjenguk, semenjak kamu tidak masuk, pak Azlan rewel. Kerjaan diserahkan mbak semua. Setiap hari harus lembur. Untung hari ini kamu sudah masuk. Akan ada manager baru disini. Nanti jam sembilan semua karyawan harus berkumpul di rumah pertemuan." Ucap Dinda panjang lebar.

" Iya tidak apa-apa. Yang penting Mbak baik-baik saja menghadapi pak Azlan. Hihihi.."

"Kamu ya.. Untung saya kuat. Hehehe.." Mereka masih berbincang. Tempat mereka kerja memang bersebelahan. Mereka bisa berbincang kapan saja.

" Kerjaan saya mana mbak.." Aluna mengalihkan topik pembicaraan. Waktu sudah pukul delapan saatnya kerja di mulai. Mereka akan dikejar waktu jika tidak memulai sekarang.

" Oh, ya Aluna.."

"Maaf mbak, Luna angkat telepon dulu..." Aluna menyela ucapan Dinda saat telpon di mejanya berbunyi.

" Baik pak, saya segera ke sana." Aluna menjawab telepon tersebut yang ternyata dari atasannya.

" Pak Azlan menelpon. Katanya saya harus menghadap Pak Arga sekarang."

"Ya sudah, Sono segera menghadap. Jangan terlambat. Tahu sendiri. Obrolan kita sambung nanti." Dinda kembali bekerja.

Aluna segera bangkit dan berjalan menuju ke ruangan Arga. Tidak boleh lama apalagi terlambat. Bisa kena semprot katanya. Tapi selama ini Aluna belum pernah kena marah Arga. Atasannya itu jarang mengeluarkan suara kecuali yang penting saja.

Aluna teringat Arga bahkan menjenguknya ke rumah sakit. Jarang sekali dilakukan oleh atasannya tersebut. Aluna tahu karena dia tahu semua hal yang dilakukan Arga dari Azlan.

Entah apa maksud Azlan memberitahukan semua yang Arga lakukan pada Aluna. Aluna biasanya hanya sekedar mengangguk atau tersenyum jika Azlan bercerita.

Mereka berdua memang kemana-mana selalu berdua. Bahkan seperti tak terpisahkan. Di hari di mana Aluna kecelakaan, seharusnya mereka juga pergi bertiga. Namun saat itu Arga masih ada urusan dan datang terlambat.

Mengingat hal itu Aluna berhenti melangkah. Dia terlihat sedang berpikir sesuatu. Lalu sejurus kemudian menggelengkan kepala dan melangkah kembali menuju ruangan Arga. Tentu saja tidak ingin terlambat dan kena marah. Walaupun dia yakin Arga tidak akan memarahinya.

" Nanti saja kalau sudah ada bukti akurat." Gumam Aluna sambil melangkah. Suara sepatu yang beradu dengan lantai menggema di ruangan tersebut. Aluna melangkah dengan pasti untuk menemukan jawaban siapa di balik kecelakaan yang menimpa dirinya.

Semua kejadian di rumah sakit dan di mobil kemarin memberinya sedikit petunjuk. Walaupun dia belum yakin sepenuhnya. Karena ada bagian penting yang belum dia temukan. Suatu saat nanti pasti akan muncul dengan sendirinya. Karena dengan bertanya tidak ada yang memberitahu. Dia harus mencari jawabannya sendiri.

Sebenarnya apa yang Aluna temukan. Petunjuk siapa yang menabraknya akan segera dia temukan. Padahal orangnya sudah bertanggung jawab, kenapa masih penasaran.

Bersambung

Terima kasih untuk yang telah mampir. Jangan lupa tinggalkan jejak. Lopeee ❤️❤️❤️

1
arya
baguslah Aluna akhirnya bisa lepas dari Bram
arya
Azlan menghina tapi pas 🤣🤣
arya
baik beb🤣🤣
arya
daya tarik Juan memang besar,🤭🤭
arya
memang lebih baik begitu sih
arya
hem ,😘😘😘
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
asal bermanfaat ... ambiiill 😅
🥀Ossy🔥: yups betul sekali
total 1 replies
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
waah.. makanan ghoib 🤣🤣
🥀Ossy🔥: semua ghoib kan serem 🤣🤣
total 1 replies
RAIN
untung tidak ngompol 🤣
RAIN
Azlan keren jd penyelamat Aluna
RAIN
Arga ,mah seenaknya nyuruh .. mentang2 bos
RAIN
kenapa Arga kesal ya jgn2 dia suka sama Aluna
RAIN
nyata ya , kirain mimpi kaya biasanya
RAIN
iya mau enaknya saja
RAIN
benar2 membuang waktu
RAIN
siplah
Fitri Yani
ku tnggu up-nya thor
🥀Ossy🔥: sudah up kakak, terima kasih
total 1 replies
🍊🥀Forget Me 🥀
bos selalu begitu
🍊🥀Forget Me 🥀
terima saja Aluna , bisa membuat Alisha kepanasan
🍊🥀Forget Me 🥀
bisa saja Azlan mengerjai Arga
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!