Kisah mengharukan datang dari seorang gadis yang bernama, Shafina yg dulu pernah terjerat pergaulan bebas bersama dengan kekasihnya sehingga membuat dirinya hamil di luar nikah dan melahirkan anak seorang diri.
Beruntung waktu itu ada seorang lelaki yang tak di kenal datang membantunya hingga membawanya ke rumah laki-laki yang menghamili Shafina.
Setelah berdebatan yang cukup alot dan dengan desakan Pak RT dan warga setempat akhirnya laki-laki yang bernama Seno itu yang merupakan ayah dari anak Shafina. Mau untuk bertanggungjawab.
Tapi setelah itu pernikahan Shafina dan Seno melalui banyak ujian dan cobaan yang datang dari orang tua Seno yang tidak merestui hubungan keduanya.
Akankah gadis malang ini bisa menemukan kebahagiaannya? temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Seno di larikan di rumah sakit
Seno pun berteriak sambil memegangi perutnya di dalam toilet ini dirinya bisa mengeluarkan segala rasa sakitnya tanpa di tutupi lagi, karena memang rasanya benar-benar sesakit itu, hingga pada akhirnya Seno memuntahkan darah dari mulutnya, dan tiba-tiba saja pria itu pingsan.
Sedangkan di tempat lain istrinya sudah selesai berbelanja sedari tadi dirinya menanti suaminya yang tiada kunjung keluar dari toilet, karena merasa tidak enak akhirnya Shafina berusaha menghampiri Seno.
"Tok ... Tok ... Tok ...." suara pintu toilet di ketuk.
"Kok tidak ada suara," gumam Shafina.
Shafina pun merasa ketakutan hingga pada akhirnya dirinya meminta bantuan kepada pegawai toko laki-laki untuk mendobrak pintu tersebut.
Tidak lama kemudian petugas toko tersebut mendobrak dan apa yang terjadi sungguh mencengangkan, Shafina langsung berteriak ketika melihat suaminya terkapar di lantai toilet umum.
"Ya Allah, Mas Seno!" pekik Shafina.
"Mas tolong bantuin suami saya," pinta Shafina sambil menangis.
Petugas toko tersebut langsung menggendong tubuh Seno dengan di bantu teman lainnya, ambulance pun segera di hubungi dan beberapa saat kemudian akhirnya datang.
Di sepanjang perjalanan Shafina menggenggam erat tangan suaminya itu, memang akhir-akhir ini dia sudah menaruh curiga hanya saja Seno tidak pernah mau jujur tentang penyakitnya ini terhadap Shafina.
"Ya Allah Mas, kenapa kamu menyembunyikan ini dariku, aku ini istrimu apa kamu tidak mau berbagi tentang sakitmu ini kepadaku."
"Hiks ... Hiks ... Hiks," suara tangisnya pecah.
Shafina sudah tidak tahu lagi harus bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan menerpa suaminya, apalagi sampai sekarang Seno masih belum membuka matanya, hingga ambulance sampai di depan rumah sakit.
Segera para petugas medis membawa Seno ke ruang IGD, seorang perawat langsung memberikan penanganan, untuk merangsang jantung pasien dan memanggil-manggil nama pasien.
"Pak, Seno. Pak Seno," ucap salah satu pasien sambil menekan-nekan dada pasien.
Setelah itu mulai ada respon sedikit dari mata Seno yang menandakan kalau dirinya merespon, baru kemudian perawat melakukan penanganan yang lebih intensif.
"Sus gimana keadaan suami saya?" tanya Shafina.
"Suami Ibu masih di lakukan penanganan lebih baik Ibu berdoa saja ya," pinta Suster tersebut.
Shafina begitu syok mendengar penuturan Suster tersebut, badannya langsung lemas, setelah menunggu Seno di periksa oleh dokter kemudian Shafina di mintai persetujuan terhadap dokter tersebut yang menganjurkan pasien harus di rawat inap dan segera di operasi.
Betapa tidak tercengang mendengar pernyataan tersebut, apalagi suaminya itu dinyatakan memiliki penyakit kanker perut atau bisa di sebut dengan kanker lambung, hal itu memang sudah terjadi sejak tiga tahun yang lalu dan siapa sangka dokter muda ini yang pernah menangani Seno berobat di rumah sakit ini.
"Bu, Pak Seno harus segera di operasi, sedari dulu pasien sudah saya sarankan untuk operasi, tapi beliau menolak dengan alasan tertentu," ucap Dokter Huda.
"Apa Dok, berarti suamiku sudah sering berobat, sejak kapan?" tanya Shafina dengan heran.
"Sejak tiga tahun yang lalu dan mohon maaf jika penanganan pasien ini lambat, karena kami sebagai tim medis sudah mendesak pasien agar segera operasi tapi beliau menolak, dan memilih untuk berobat jalan saja," terang dokter tersebut.
"Mas Seno kenapa kamu menyembunyikan ini terhadap aku, hatiku sakit Mas, mendengar semua ini," rintih Shafina.
Dengan perasaan yang letih Shafina berusaha untuk menyetujui tindakan operasi yang di setujui oleh dokter tersebut, tapi tindakan operasi di laksanakan menunggu kondisi pasien pulih, sedangkan saat ini Seno sudah di bawa di ruang inap, bahkan pria tampan itu sudah mulai bisa membuka matanya dan bisa di ajak berbicara.
"Sayang maaf ya, aku merepotkan mu dengan keadaanku ini," ucap Seno.
"Mas, kamu ini ngomong apa, aku tidak habis pikir kamu menyembunyikan sakit mu itu dari aku," sahut Shafina sambil sesenggukan.
"Sayang maafkan aku, karena aku menyembunyikan ini semua terhadap kalian berdua, ketahuilah aku tidak ingin membuat mu menangis jika tahu hal sebenarnya tentang diri ini," terang Seno.
"Mas, aku tidak mau dengar apa-apa lagi yang penting kamu harus pulih," pinta Shafina.
"Pasti Sayang, aku akan pulih, dan tidak merepotkan kamu lagi," sahut Seno.
"Apa kamu bilang!" sentak Shafina.
"Sayang, jangan marah-marah begitu nanti cantiknya hilang, terima kasih untuk semua, kamu tahu nggak lima tahun kita bersama sudah mengajarkan banyak cerita berharga di dalam hidup ini," ucap Seno sambil membelai rambut istrinya.
"Hidup bersamamu adalah pilihan yang tidak pernah aku sesali, meskipun awalnya aku sempat ragu, tapi ketika melihat mahluk kecil menggemaskan itu, hatiku begitu tersentuh dan Alhamdulillah sekarang Allah sudah mensejahterakan kehidupan kita," ungkap Seno.
"Maka dari itu kamu harus sembuh karena perjuangan kita masih panjang," sahut Shafina.
"Sayang, kalau boleh aku mengungkapkan rasa sakit ini padamu, pasti kamu tidak akan tega, maafkan aku hanya bisa menemani kalian di setengah perjalanan hidup kalian," ungkap Seno sambil menetaskan air mata.
"Mas, aku mohon jangan menyerah, ingat di sini ada aku dan Chantika, kalau kamu pergi bagaimana dengan kita," sahut Shafina.
Seno pun terdiam tatapan laki-laki itu kosong bahkan dirinya, sudah mulai diam dan berdzikir tangannya mulai bergerak gerak seakan tengah menahan rasa sakit, melihat kejadian ini Shafina langsung menguatkan diri semoga saja suaminya ini masih diberi umur panjang.
"Mas, istighfar serahkan semuanya kepada Allah," ucap Shafina.
Dirinya sebenarnya tidak sanggup melihat suaminya merasakan kesakitan yang sangat luar biasa ini, hingga pada akhirnya dia memilih untuk segera menghubungi Gilang yang memang sudah ada di perjalanan menuju rumah sakit.
"Halo Mas Gilang, apa sudah sampai?" tanya Shafina sambil bergetar.
"Sebentar lagi sampai, aku tadi jemput Chantika dulu," sahut Gilang.
"Ya sudah Mas, cepetan ya," suruh Shafina.
"Baik Fin, kamu tenang dulu," sahut lalu mengakhiri panggilan teleponnya.
Gilang pun langsung melakukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dirinya juga takut kehilangan teman yang memang selalu ada di saat suka dan duka, bahkan dirinya sama hancurnya seperti Shafina jika hal yang tidak diinginkan terjadi terhadap Seno.
"Seno ayolah bangkit, kamu harus sembuh lihat anak dan istrimu," gumam Gilang sambil fokus dengan jalanan di depannya.
Beberapa menit kemudian akhirnya mobil Gilang sudah terparkir di parkiran rumah sakit, segera pria itu lari melewati lorong-lorong rumah sakit hingga sampai di depan kamar inap sahabatnya.
Di depan kamar Seno, Gilang sudah tidak bisa lagi membendung air matanya, meskipun dia seorang laki-laki tapi, dirinya tidak tahan melihat tubuh Seno terkapar tak berdaya seperti itu.
"Seno kamu harus kuat dan bisa melewati ini semua, lihatlah bukankah kamu ingin melihat Chantika menjadi wanita yang sukses, ayo buka matamu Sen!" teriak Gilang.
"Mas jangan teriak nanti ganggu pasien yang lain," ucap Shafina.
"Fin kata dokter gimana?" tanya Gilang.
"Kata dokter kalau Mas Seno kondisinya pulih akan dilakukan operasi," jawab Shafina.
"Fin lihatlah kondisi Seno sekarang, lebih baik kita berdoa saja agar supaya Sang Kuasa memberinya umur panjang," ucap Gilang, yang mungkin sudah paham dengan kondisi Seno hanya saja dia tidak mau mengatakan yang sebenarnya.
🌹 Bersambung 🌹
Adli dirimu orang baik
favorit
👍❤