kisah cinta dalam perjodohan, penuh luka dan air mata, hanya Demi mewujudkan wasian terahir dari kedua orang tuanya ia rela menikah tanpa cinta...
bagaimana. selajutnya apakah pernikahan dan juga cintanya bersambut atau hanya menambah luka di hatinya...
ikuti terus sahabat Nana imuet.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salsabilaimuet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu
memasang wajah suaminya yang tertidur damai bolehkan ia berharap jika pernikahan ini nyata Tampa ada drama, jujur falinda lelah jika sikap dingin Tama masih berlanjut, apalagi ini di rumah mertuanya, ia tak ingin pasangan paruh baya itu merasa khawatir dan ia tak sanggup untuk melukainya lagi dan lagi...
Cup
falinda mencuri ciuman di pipi suaminya, ia takut suaminya terbangun, dan langsung beranjak pergi, karena ia takut akan ketahuan..
"Maafkan aku kak, jika bukan begini aku Tidak bisa berdekatan denganmu bahkan menciummu aku tidak akan berani." batin falinda yang langsung pergi ke dalam kamar mandi. Ia juga langsung melaksanakan kewajibannya ..
Dengan menunggu fajar, falinda melanjutkan mengajinya ia selalu membawa kemana-mana kitab itu kemana pun ia pergi, karena itu adalah hadiah dari kedua orang tuanya saat ulang tahun yang terakhir bersama kedua orang tuanya sebelum ia meninggal..
Setelah selesai membaca falinda langsung pergi ke dapur, ia ingin membuat sarapan untuk keluarga suaminya.. dengan semangat ia langsung bergegas pergi ke dapur, saat di sana ia melihat mama mertuanya yang sudah aktif di dapur ..
"Pagi ma..." tanya falinda yang menghampiri mertuanya..
"Sudah bangun nak..."
"Iya ma, boleh falin bantuin.." falinda yang ingin membantu mama Laura memasang sarapan pagi.
"Gak usah nak, kamu duduk aja udah ada bibi yang bantuin mama,"
"Boleh ya ma.." karena tak enak falinda pun membantu sebisanya...
"Baiklah .."
Mereka memasak sarapan dengan canda dan tawa, hanya di rumah mertuanya ia bisa merasakan kehangatan yang sesungguhnya, falinda menjadi rindu akan kedua orang tuanya...
"Kamu kenapa nak, kok kelihatan murung..." mama Laura yang melihat raut wajah falinda yang tampak sendu..
"Gak papa ma, hanya keinget saat bersama kedua orang tuan falin saja.."
"Sabar ya nak, semoga kedua orang tua kamu di tempatkan disisinya.." mama Laura memberi semangat untuk menantunya..
Mama Laura juga merasa senang, karena ia sudah menjalankan amanat kedua orang tua falinda untuk menjaga mereka..
Tak lama Tama terbangun dari tidurnya, ia merentangkan tangannya dan sebelum Pergi ia melihat di atas kasur sudah ada pakaian yang sudah di siapkan oleh falinda. Tampa pikir panjang Tama pun langsung pergi ke dalam kamar mandi...
"Nak kamu panggilan suamimu, ajak gih turun kebawah sarapan, mungkin sekarang sudah bangun." mama Laura menyuruh menantunya untuk memanggil Tama..
"Baik ma, gak papa kan kalo falin tinggal.."
"Udah gih kamu keatas takutnya suami kamu nyariin.." dengan senyum yang tak pernah luntur menggoda falinda..
"Mama ich... apasih..." dengan wajah seperti kepiting rebus.
Falinda berjalan menuju lantai atas di mana kamar suaminya berada.. Ia akan melihat suaminya apakah sudah bangun atau belum.
Ceklek
Pintu di buka berlahan oleh falinda, dan masuk dengan pelan takut ia membangunkan suaminya dengan suara pintu, tapi saat ia sudah masuk ia melihat pemandangan di depannya bahwa suaminya sudah siap dan juga sudah rapi dengan setelah kerja yang ia siapkan tak sia-sia ia mencarikan baju untuk suaminya.. Dengan senyum yang terus mengembang falinda pun mendekati suaminya..
"Kak di tunggu oleh mama di bawah di suruh sarapan..." ucapnya..
"Hemb..." hanya itu jawaban Tama dan masih asyik bersiap di depan cermin..
falinda pun langsung pergi kebawah karena ia bingung harus berkata apa lagi...
Sampai di bawah, semua sudah berkumpul menunggu tama yang turun, tak lama Tama turun dan duduk , falinda pun langsung menyiapkan sarapan untuk suaminya jujur baru kali ini ia menyiapkan sarapan untuk suaminya ada rasa lega dan juga haru bisa menyiapkan juga mengambilkan makanan itu.. Ada juga rasa sendu yang ia rasakan bagaimana Tidak tama hanya bersikap baik saat di rumah keluarganya saja tapi jika di apartemen ia akan kembali seperti mode awal.
"Ma aku dan falinda langsung berangkat ya, takutnya telat, dan juga falin ada kampus lagi ini.." Tama yang memecah keheningan saat makan..
"Lo... Kok buru-buru kembali sih, padahal mama ingin Lo mengajak menantu mama jalan-jalan ke mall mencari sesuatu dan juga acara 40 harian bukanya sepakat untuk di adakan di rumah ini.." mama Laura yang terlihat kecewa..
"Besok kan bisa kita kesini lagi ma, lagian juga semua mama atur sendiri saja, mama kan tahu gimana anak muda yang masih pengantin baru ." tama beralasan karena ia juga tak ingin berlama-lama sandiwara.
"Baiklah mama mengerti tapi besok kamu ajak menantu mama kesini, "
"Baik ma.."
"Tama gimana kalo kita berangkat bersama saja papa ingin ikut dengan kamu.." papa Abraham yang Sedari diam pun membuka suara..
Deg
Tama langsung bercedak kesal bukannya apa ia akan memainkan sandiwara itu lagi, bagaimana pun ia juga ingin menjaga jarak agar hatinya gak kembali goyah..
"Tama dan falin masih ingin kembali ke apartemen pa ada yang ingin Tama ambil..." alasan Tama..
"Gak papa, apa nungguin, males kalo ke kantor sama pak supir melulu..." jawaban enteng.
"Huh... Baiklah pa," dengan pasrah Tama pun mengiyakan ucapan papanya..
falinda yang duduk hanya menyimak saja hampa bersuara, karena falinda tipe wanita yang yak banyak bicara, dan bicara seperlunya saja.
sampai di dalam mobil pun mereka gak banyak bicara hanya saja Tama yang sibuk dengan jalanan, falinda juga sibuk dengan pemikirannya, papa Abraham yang melihat dua manusia yang gak banyak bicara itu menjadi aneh dan bertanya...
"Kalo tahu di mobil Kalian saling diam, tau gitu papa tadi sama kak supir saja.." gerutu papa Abraham.
"Udah tahu membosankan kenapa juga ikut pa..." ucapnya sinis..
"Jangan lama-lama kamu di apartemen, jangan sambil ngadon papa lagi buru-buru.."
"Apasih pa, ngadon apaan, aneh deh.." tama yang mendengar omongan absurd papanya..
Mereka pun turun bersama. berjalan beriringan.
"Jangan senang dulu, kalo buka papa ikut mungkin kamu pulang naik taxi tadi.." ucap Tama yang sambil mengangkat telfon.
["ya ada apa Miska, bentar lagi aku sampai kenapa memang.."]
"-----"
["Baik tunggu 30 menit lagi bay..."]
Tama mematikan sambungan telfonnya, dan membuat falinda menjadi cemburu, jujur ia tak pernah di perlakukan semanis itu, apakah ia boleh cemburu kepada suaminya itu, bahkan ia jarang berinteraksi dengan Tama secara intens..
kl falinda ttp bertahan ya perempuan pling bodoh, bertahan krn cinta pa krn harta, secara kn suaminya kaya.
dinikahi lelaki kaya kl mkn hati tiap hari ya ogah lah, mnding cpt cerai upgrade diri jd wanita sukses, jd nnti bisa dpt jodoh yg lbih keren.
hidup cm sekali dah penyakitan mnding cerai sembuhin diri hidup bhgia paling tidak seandainya gk sembuh bisa menikmati hidup dng bhgia.