Hellena adalah gadis cantik yang hidup dalam belenggu masalalu, Ia berusaha bangkit dan melupakan kekasih yang sangat ia cintai itu. Kemudian Hellena bertemu dengan Daniel yang diam diam menyukainya dan berusaha membuat Hellena jatuh cinta padanya dan mencintainya bukan sebagai bayangan dari masalalu melainkan sebagai sepasang kekasih yang pantas untuk mencintai dan dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ivanyou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertandingan futsal
Hari pertandingan futsal yang dinantikan akhirnya tiba. Tribun penonton mulai dipadati oleh mahasiswa dari kedua fakultas, memberikan sorakan semangat yang menggema di seluruh lapangan. Daniel melangkah ke tengah lapangan, memutar-mutar pergelangan tangan dan kakinya untuk pemanasan. Di seberang lapangan, Arthur, kapten tim fakultas hukum melangkah dengan percaya diri, memasang senyum penuh tantangan saat matanya bertemu dengan Daniel. Suasana terasa semakin tegang seiring kedua tim bersiap untuk memulai pertandingan
Kedua fakultas tersebut memang belum pernah bertemu dalam satu pertandingan yang sama, membuat atmosfer sedikit berbeda dari biasanya. Daniel terkejut, meskipun ia mencoba menjaga ekspresi wajahnya tetap datar saat menyadari bahwa Arthur, lelaki yang sejak awal tidak ia sukai, ternyata adalah kapten tim futsal fakultas hukum. Dengan cepat, Daniel mengalihkan pandangannya, berusaha untuk tidak terlalu memikirkan kehadiran Arthur dan kembali fokus pada persiapan tim serta arahan dari pelatih. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa pertandingan kali ini akan jauh lebih menantang, bukan hanya karena lawan yang dihadapi, tetapi juga karena rivalitas pribadi yang tak terucap di antara mereka.
Pertandingan futsal pun dimulai dengan sorak-sorai penonton yang memenuhi tribun. Bola berada di pihak tim Daniel, dan mereka langsung bergerak cepat. Dengan sigap, Daniel menerima umpan dari rekannya, mengontrol bola dengan kaki kanannya. Mereka saling memberi operan, mencoba membongkar pertahanan tim fakultas hukum. Permainan berlangsung intens, tim Daniel terus menekan dan mencari celah di lini belakang lawan. Namun, Arthur dan timnya tidak kalah sigap. Mereka bertahan dengan rapi, menunggu momen untuk merebut bola dan melancarkan serangan balik. Daniel bisa merasakan ketegangan di udara, setiap langkahnya diikuti dengan konsentrasi penuh, dan tatapan Arthur yang menantangnya tidak pernah lepas.
“Taruhannya kali ini Hellena aja, gimana? Biar tandingnya makin seru,” ucap Arthur dengan nada menantang, tepat di depan Daniel, seolah-olah mencoba mengambil bola dari kakinya.
Daniel mendengus pelan, lalu menatap Arthur dengan tajam sambil berkata, “Hellena bukan barang taruhan, bro. Fokus aja main futsal, kalo berani.”
Dugaan Daniel sedari awal memang tidak meleset tentang Arthur. Sebagai sesama lelaki, Daniel paham betul bagaimana membaca gerak-gerik dan niat tersembunyi. Arthur bukanlah orang yang bisa ia percaya, dan semakin lama, firasatnya semakin kuat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan pria itu. Daniel tahu, nalurinya tidak akan salah dalam menebak sifat baik atau buruk seseorang, terutama ketika menyangkut Arthur.
Daniel mengoper bola pada Rafael, namun di saat yang bersamaan, Arthur bergerak cepat, seolah ingin merebut bola, tapi tendangannya malah mengenai kaki Daniel dengan sengaja. Daniel jatuh, namun hanya sedetik, dan dia segera bangkit lagi. Tatapan Arthur yang menyeringai puas membuat darah Daniel berdesir, namun ia menahan diri.
"Gue ga boleh kemakan emosi, nih bocah cuman mau gue main pakai otot, bukan otak." batin Daniel. Dia berusaha menenangkan pikirannya, mencoba fokus pada permainan, agar tidak terbawa arus provokasi Arthur yang sengaja bermain kasar.
Pertandingan semakin sengit, membuat atmosfer di lapangan terasa semakin memanas. Kedua tim bermain dengan sangat baik. Daniel menggiring bola yang dioper oleh Julian menuju gawang lawan. Arthur berdiri di depannya, mencoba menghalangi, namun dengan sigap Daniel langsung menendang bola ke arah gawang lawan.
Gol!
Suara sorak-sorai penonton langsung menggema di seluruh lapangan, memberi semangat pada tim Daniel. Teman-teman satu timnya berlari mendekatinya, menepuk punggungnya dengan penuh antusias. Daniel tersenyum tipis, melirik ke arah Arthur yang tampak frustrasi, rahangnya mengeras melihat timnya kebobolan.
Arthur berjalan menuju tengah lapangan, menahan emosinya. "Nice shot, tapi pertandingan belum selesai," gumamnya, masih dengan nada menantang.
Daniel hanya mengangguk, memilih untuk tetap tenang. "Ini baru pemanasan." jawabnya singkat, mengirimkan pesan bahwa dia masih punya banyak tenaga untuk melanjutkan permainan.
Pertandingan berlanjut dengan intens, dengan kedua tim semakin berusaha keras untuk mendominasi lapangan. Namun, di setiap gerakan Daniel, terlihat jelas bahwa dia tidak hanya bermain untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk membuktikan sesuatu.
Kalimat yang dilontarkan Arthur di awal pertandingan masih membuat Daniel merasa panas hingga sekarang. Betapa beraninya lelaki itu memasukkan nama Hellena ke dalam taruhan, seolah-olah semua ini hanya permainan. Daniel bertekad untuk tidak membiarkan emosinya menguasai dirinya. Selama pertandingan, dia berfokus menjaga performanya, terutama dengan memastikan bola tidak jatuh ke kaki Arthur, yang jelas-jelas berusaha memancing provokasi.
Peluit ditiup, menandakan akhir dari babak pertama. Kedua tim segera menepi ke sisi lapangan, meregangkan otot dan menikmati waktu istirahat sejenak. Daniel melempar senyuman ke arah Hellena yang melambaikan tangannya dari tribun yang tidak terlalu jauh. Senyum itu seakan memberikan semangat baru bagi Daniel, membantunya mengabaikan ketegangan dan fokus pada sisa pertandingan yang menanti.
Mata Daniel kembali tertuju pada Arthur, yang kini juga melirik Hellena. Hellena hanya membalas tatapan itu dengan sikap biasa, lalu kembali fokus pada Daniel. Arthur sengaja melemparkan tatapan penuh ejekan ke arah Daniel, seolah ingin menunjukkan bahwa ia masih punya rencana lain. Daniel tahu betul bahwa jika ada yang mengincar Hellena, Arthur pasti akan menjadi orang pertama yang harus menghadapi daniel. Rasa fokus dan kewaspadaan semakin menguat dalam diri Daniel, membuatnya bertekad untuk menghadapi segala kemungkinan demi menjaga Hellena dan memastikan kemenangan timnya.
Babak kedua dimulai. Kedua tim bersiap untuk kembali beradu di lapangan. Bola berada di pihak Arthur, yang dengan sigap mengiring bola menuju gawang tim fakultas teknik. Tendangan cepatnya berhasil ditahan oleh Anton, kiper andalan tim teknik. Melihat usaha Arthur yang gagal, Daniel tidak bisa Menahan senyum kecil di wajahnya, merasa puas melihat frustrasi yang tampak jelas di wajah lawannya. Senyuman Daniel adalah cerminan dari kepuasan dan kepercayaan dirinya, sementara Arthur tampak semakin kesal dan berusaha keras untuk membalikkan keadaan.
Pertandingan berjalan dengan sengit, tetapi tim fakultas hukum gagal membobol gawang tim teknik meski sudah mencoba berbagai cara. Hingga detik terakhir, peluit ditiup, menandakan kemenangan untuk tim teknik dengan skor 1-0.
Daniel menyalami Arthur setelah pertandingan berakhir. Ia mendekatkan wajahnya, sedikit berbisik dengan nada yang mengejek, "Sebelum bikin tantangan, pastiin dulu kalau diri lo jago." Senyum puas di wajah Daniel semakin mempertegas ejekan tersebut, sementara Arthur tampak semakin kepanasan dan frustrasi.
Daniel menatap Arthur dengan tajam, lalu menambahkan, "Jangankan buat dapetin Hellena, cetak gol aja ke gawang, kalian kesusahan." Ia tersenyum sinis sebelum benar-benar meninggalkan Arthur yang tampak semakin kesal dan merah padam karena ejekan tersebut.
Hellena menghampiri Daniel yang sedang bersandar di pinggir lapangan, membawa air minum di tangannya. "Congrats, menang lagi," ucapnya sambil tersenyum.
Daniel menerima botol air itu dan membalas dengan senyuman lebar, "Makasih, Hellena sayang." Suara lembut dan penuh perhatian Daniel membuat Hellena merasa hangat. Mereka berdua berbagi senyum bahagia di tengah atmosfer kemenangan, meninggalkan ketegangan pertandingan di belakang mereka.
"Capek banget ya?" tanya Hellena kemudian, melihat Daniel yang mulai terlihat kelelahan.
Daniel mengangguk sambil mengusap keringat di dahinya. "Iya, tapi semua rasa capeknya terbayar karena menang. Apalagi ada kamu di sini."
Hellena tersenyum, merasa puas melihat Daniel dalam keadaan yang baik setelah pertandingan. "Senang bisa bikin kamu semangat. Jadi, mau kita kemana setelah ini?"
"Kayaknya nggak kemana-mana deh. Capek banget, pulang aja gapapa?" ucap Daniel sambil tersenyum lelah.
Hellena mengangguk setuju. "Oke, pulang aja. Kita bisa istirahat dan ngobrol di rumah. Lagian, udah mau malam juga."
Mereka berdua kemudian mulai meninggalkan lapangan, siap untuk menikmati waktu santai setelah hari yang melelahkan.