Aruna dan Melvin yang kembali di pertemukan setelah 8 tahun. Mereka dulu 1 sekolah dengan Melvin adalah senior Aruna.
Setelah 8 tahun mereka kembali di pertemukan dengan keadaan yang berbeda. Melvin menjadi seorang aktris terkenal dan Aruna yang menjadi sutradara.
Tetapi ada scandal masa lalu dalam hubungan mereka yang belum selesai. Tentang kedekatan mereka dulu dan kenapa berpisah. Setelah sekian lama di pertemuan kembali dan Aruna yang sudah bersama seorang anak laki-laki berusia 8 tahun.
Bagaimana kah cerita di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Apa ada Rahasia.
Melvin dan Aruna yang sudah terlihat berada di taman rumah sakit dengan Aruna yang mendorong kursi roda Melvin. Aruna memang harus menuruti keinginan Melvin dan mungkin itu bisa membuat Melvin cepat sembuh. Karena kata Dokter pikiran pasien harus rileks yang berguna untuk mempercepat penyembuhan.
"Kau keberatan melakukan semua ini?" tanya Melvin di tengah jalan-jalan mereka.
"Aku sudah mengatakan jika aku adalah orang yang punya banyak pekerjaan dan jelas jawaban itu sangat keberatan, karena aku bukan seorang Suster. Jadi ini bukan tugasku!" jawab Aruna dengan jujur yang memang tidak bisa basa-basi.
"Jadi kamu lakukan semua ini agar aku tidak mengajukan tuntutan kepadamu?" tanya Melvin memastikan.
"Itu kau sudah tahu jawabannya dan aku tidak harus memberitahumu lagi," Aruna terus saja memberikan jawaban yang ketus.
"Jadi kau benar-benar terpaksa melakukan semua ini?" tanya Melvin lagi.
"Sangat terpaksa!" tegas Aruna yang memang tidak bisa basa-basi atau harus berpura-pura.
"Aku pikir kamu berubah, ternyata tidak. Dulu saat kita bersama disaat kamu ngambek kamu juga berbicara sangat ketus seperti ini," ucap Melvin dengan tersenyum miring.
"Aku sudah melupakan segala masa lalu dan jangan mengingatkan hal itu. Aku mengatakan kita berdua sudah punya kehidupan masing-masing. Jadi move on lah!" tegas Aruna.
"Kau berpikiran jika aku tidak move on darimu?" tanya Melvin yang menoleh ke arah Aruna yang masih berada di belakangnya yang tetap setia mendorong kursi roda.
"Aku akan berpikiran seperti itu jika kau terus membahas masa lalu," sahut Aruna singkat.
"Tetapi apa menurutmu laki-laki yang mempunyai cintanya begitu besar kepada seorang wanita akan mudah melupakan masa lalu?" tanya Melvin yang tiba-tiba berbicara begitu serius sampai membuat Aruna menghentikan mendorong kursi roda itu dengan mereka berdua saling menatap.
"Kau tidak mencintaiku dan hanya membodohi ku. Jika kau mencintai ku kau tidak akan meninggalkanku,"kata-kata itu hanya diucapkan Aruna di dalam hati.
"Kamu benar-benar sangat mudah Aruna melupakan semua tentang kita. Bahkan kamu mengingkari janji yang sudah kita ucapkan bersama," batin Melvin dengan raut wajah sedih.
"Ehemmm!"
Lamunan di antara dua orang yang masih saling menatap dengan perasaan yang dalam itu tiba-tiba kaget dengan suara deheman dan mereka melihat ke arah suara itu yang ternyata Karina. Aruna lagi-lagi sangat terkejut melihat kedatangan Karina yang berdiri tegak dengan kedua tangan dilipat di dada dan sorot mata yang sangat tajam melihat ke arah Aruna.
Mendapatkan tatapan yang sangat menakutkan seperti itu membuat Aruna menelan saliva yang benar-benar begitu gugup dan kembali cemas.
"Apa seorang sutradara sudah berprofesi menjadi seorang Suster!" kata-kata sinis itu dikeluarkan Karina dengan tatapan mata yang masih begitu tajam kepada Aruna
"Mama kenapa ada di sini?" Melvin yang langsung mengalihkan situasi menegangkan itu.
"Apa ini adalah sebuah sogokan Nona Aruna. Agar pihak manajemen tidak melakukan tuntutan kepada Perusahaan kalian dengan cara kamu yang harus mengubah profesi kamu menjadi seorang Suster?" tanya Karin.
"Anda salah paham Nona!" sahut Aruna yang mencoba untuk berbicara setenang mungkin, walau sejak tadi jantungnya berdebar dengan kencang yang tidak bisa dijelaskan jika dia memang benar-benar sangat gugup.
"Mah! aku yang meminta Aruna untuk melakukan semua ini," Melvin yang tidak ingin melihat Aruna di pojokkan seperti itu langsung turun tangan untuk membela Aruna yang membuat mata Karin melihat ke arah Melvin.
"Sudah cukup hari ini. Kamu kembalilah, bukankah kamu mengatakan masih banyak pekerjaan," ucap Melvin yang mau tidak mau memang harus menyuruh Aruna pergi walau dia masih menginginkan Aruna tetap menemaninya agar mereka bisa mengobrol lebih banyak lagi.
Tetapi Melvin tidak ingin Karina menyalahkan Aruna dan bahkan membawa masalah yang terjadi yang akibatnya akan membuat Aruna mendapatkan masalah di tempat kerja
"Baiklah! kalau begitu aku pergi dulu," ucap Aruna dengan menundukkan kepala dan langsung pergi.
"Mama kenapa datang ke mari?" tanya Melvin.
"Kamu mengalami cedera seperti ini dan sampai di rumah sakit beberapa hari dan tidak melakukan tuntunan pada mereka. Apa kamu sengaja?" tanya Karina yang tidak menjawab pertanyaan Melvin dan malah mempertanyakan hal lain.
"Aku hanya tidak ingin masalah ini semakin besar aku rasa ini sudah yang terbaik. Jadi aku minta sama mama untuk tidak ikut campur tentang masalah ini. Aku juga sudah tidak apa-apa dan lagi-lagi syuting itu aku yang meminta sendiri tanpa pemeran pengganti yang sudah aku jelaskan kepada Chiko sebelumnya!" tegas Melvin yang sangat terlihat membela Aruna.
Karina terdiam yang melihat ekspresi Melvin yang mencoba mencari tahu ada apa dengan Melvin sebenarnya dan apa benar berhubungan dengan Aruna.
**
Aruna yang istirahat bekerja menyempatkan diri untuk menjemput Rain pulang sekolah. Aruna yang terlihat menyetir dan Rain yang duduk di sampingnya.
Dratt-drattt-drattt.
Ponsel Aruna yang berdering.
"Rain, tolong bantu Mama angkat telepon!" ucap Aruna yang sedang membelok dan kesulitan untuk mengangkat telepon.
Rain menuruti apa yang dikatakan Aruna, "mama nomornya tidak ada namanya," ucap Rain.
"Tidak apa-apa Rain, kamu angkat saja dan mungkin saja klien," ucap Aruna. Rain menganggukkan kepala.
"Assalamualaikum ini dengan siapa?"
Suara yang sangat lucu dan menggemaskan itu terdengar di telinga Melvin yang ternyata yang menelpon Aruna. Mendengar suara itu tiba-tiba saja tidak mampu membuat bibir Melvin untuk berbicara.
"Mama orangnya tidak menjawab?" Melvin hanya mendengar suara itu kembali.
"Ya sudah kamu matikan saja," ucap Aruna.
"Aruna!" barulah Melvin berbicara setelah tahu jika panggilan itu akan dimatikan.
"Mama sedang menyetir ini siapa?" tanya Rain.
"Saya teman Mama kamu, Melvin!" jawab Melvin.
"Mama ini teman Mama. Ini Om Melvin," ucap Rain yang membuat Aruna menoleh dan langsung mengambil ponsel dari tangan Rain dengan cepat bahkan seperti merampas.
"Dari mana kau mendapat nomorku?" tanya Aruna.
"Bukankah kita adalah dua orang yang saling kerjasama dan bukankah seharusnya nomormu sudah pasti aku ketahui," jawab Melvin dengan santai.
"Kalau begitu ada apa?" tanya Aruna.
"Kerumah sakit dan bawakan aku buah, juga makanan aku lapar," jawab Melvin.
"Aku pikir setelah tadi malam. Tugasku sudah selesai ada dia tidak akan memerlukan ku lagi," batin Aruna yang masih mengingat pertemuan dia dengan mama Melvin dan dia jadi mendapatkan tatapan yang tidak suka seolah penegasan untuk dia tidak didekati Melvin.
"Apa kau masih di sana?" tanya Melvin.
"Kau ingin makanan apa?" tanya Aruna.
"Aku akan kirim lewat wa dan aku tunggu 15 menit kau harus sampai di rumah sakit!" tegas Melvin.
"15 menit apa kau gila," protes Aruna.
Tut-tut-tut-tut
Panggilan telepon itu sudah terputus secara sepihak yang membuat Aruna melihat layar ponselnya.
"Apa-apaan sih dia, seenaknya aja mematikan telpon begitu saja!" umpat Aruna dengan emosi.
"Mama kenapa?" tanya Melvin.
"Mama sedang kesal dengan orang gila," jawab Aruna.
"Apa orang gilanya Om Melvin?" tanya Rain.
"Dari mana kamu tahu nama dia Melvin?" tanya Aruna dengan mengkerutkan dahi dengan wajah yang mendadak panik.
"Tadi om yang ada di telepon itu mengatakan kalau dia namanya Melvin, teman mama," jawab Rain yang membuat Aruna menghela nafas.
"Sejak kapan aku berteman dengan dia !" umpat Aruna pelan.
"Jadi benar dia orang gila itu?" tanya Rain.
"Iya. Dia memang orang gila!" sahut Aruna. Wajah Rain yang memperlihatkan ekspresi bingung.
Bersambung
dikit2 bab nya flash back dr awal lagi dan lagi bikin gak nyaman baca nya 😔😔😔