NovelToon NovelToon
Vanadium

Vanadium

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Epik Petualangan / Keluarga / Anak Lelaki/Pria Miskin / Pulau Terpencil
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ahyaa

Ada begitu banyak pertanyaan dalam hidupku, dan pertanyaan terbesarnya adalah tentang cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ahyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode dua puluh dua

     Aku mulai mendayung perahu menuju ke tengah laut, tidak sulit melakukannya, tadi setelah di contohkan oleh Nirmala, aku langsung bisa melakukannya meskipun sedikit oleng karena melawan arus air laut.

    Perahu itu tidak besar, paling hanya sekitar tiga meter panjangnya serta lebar satu meter, permukaan perahu yang halus memperlihatkan kualitas kayu serta perawatan yang baik. Di bagian depan terlihat Beta dan Nirmala yang sedang mempersiapkan jaring serta alat pancing, sementara di bagian belakang aku sedang sibuk mengendalikan laju serta keseimbangan perahu. Sedari tadi keringat bercucuran di pelipis ku, kami sudah hampir lima belas menit meninggal kan pantai, bergerak mengikuti bola panas yang tinggal hitungan jam akan menghilang. Sesekali terkadang kami berpapasan dengan perahu nelayan yang lainnya, sesekali juga aku melihat ada segerombolan ikan ikan kecil yang berenang di sekitar perahu.

     Dari percakapan singkat dengan Nirmala tadi ketika ia mengajari ku mengendalikan perahu, serta menguping pembicaraan nya dengan Beta, aku bisa menyimpulkan kalau Nirmala adalah anak yang mandiri. Ayah dan ibunya berpisah ketika umurnya masih satu tahun, saat seorang anak sangat membutuhkan kasih sayang dari orang tua di masa masa pertumbuhan nya, Nirmala justru tidak mendapatkan nya. Ayah dan ibunya pergi setelah pertengkaran hebat di malam hari, meninggalkan Nirmala yang masih belajar jalan sendirian di rumah, esok paginya salah satu sepupu Nirmala yang mengetahui kalau Nirmala sendirian di rumah, memutuskan untuk merawatnya.

      Nirmala tinggal dengan Abang sepupunya hingga saat ini, mereka biasanya akan berangkat menjaring atau memancing ikan setiap sore bertiga dengan Beta. namun saat ini abangnya sedang sakit, tidak masalah bagi Nirmala, ia bahkan sering pergi melaut sendirian. Nirmala dan beta memiliki latar belakang yang hampir mirip, sama sama seorang pelaut, Beta yang ketika itu masih berumur sepuluh tahun bertanya kepada Nirmala apakah ia boleh ikut serta bersama ia dan abangnya, sejak saat itu mereka menjadi akrab satu sama lainnya.

      " Akan aku pastikan hari ini ikan tangkapan ku lebih besar daripada punya mu." ucap Nirmala sambil mempersiapkan kail pancing nya.

      Mereka sejak tadi sudah menebar jaring yang di ikat dengan batu sebagai pemberat, sambil menunggu ada ikan yang tersangkut di jaring mereka akan memancing.

       " Pastikan saja itu benar ikannya yang besar, bukan omongan mu." Jawab Beta tidak terima, ia sudah menyelesaikan kail pancingnya, mengaitkan ulat daun sebagai umpan dan plop, kali nya mendarat kurang lebih tujuh meter dari perahu.

     Nirmala mengangkat tinjunya, setelah selesai mengaitkan umpan, ia segera melempar kail pancingnya, lemparan yang bagus, kail itu tidak jauh berbeda jaraknya dengan milik Beta, hanya saja mereka berdua berlawanan arah, duduk di papan melintang dengan punggung yang saling membelakangi.

     " Kau juga harus melempar kail mu Dium." ucap Beta sambil menunjuk tumpukan gulungan bambu yang berisikan senar pancing serta kail. Aku menatapnya tidak mengerti, kalau aku ikutan memancing nanti siapa yang akan mengendalikan perahu?

     " Kau tidak harus selalu memegang dayung perahu Dium, perahu hanya akan bergerak terombang ambing ketika kau bergerak berlebihan atau bisa jadi karena ikan besar hasil tangkapan ku yang menggelepar." ucap Nirmala menambah kan sambil menaikkan alis matanya, menantang Beta.

     Aku menyeringai, baiklah, aku memang sering memancing di dekat sungai, belum pernah memancing di lautan terbuka, tapi sepertinya akan sama saja. Aku mulai mengambil gulungan bambu yang menjadi tempat gulungan senar, mulai memasang umpan di kail, lalu aku melemparkan nya di samping perahu, lebih tepatnya aku hanya meletakkan di samping perahu, kali berisi umpan ulat daun itu mulai masuk ke air laut karena pengaruh dari pemberat yang terikat di senarnya.

" Kau kenapa melemparkan kail mu dekat dengan perahu, bagaimana ikannya mau makan?" Tanya Beta sambil tertawa.

Aku hanya mengangkat bahuku, tidak ada satu pun dari kami yang ada di atas perahu ini mengetahui posisi ikan yang sedang berenang, kalaupun tau dan si ikan melihat umpan kami belum tentu juga akan di makan, perhitungan nasib juga sepertinya berlaku di sini.

" Usahakan kau melempar agak jauh Dium, takutnya kail mu malah nyangkut di dinding perahu karena terbawa arus, atau kail mu akan...." Ucapan Nirmala terhenti, matanya membesar, ia menunjuk ke arah senar pancing ku.

Aku yang mulai tersadar tertegun, senar pancing ku mulai terasa tarikannya, aku semangat dalam hati, mulai menarik senar yang di balas oleh ikan di bawah sana, Nirmala turut mendekat membantu ku, Beta juga mendekat sambil menggaruk kepalanya, bertanya dalam hati bagaimana mungkin kail ku duluan yang di makan sementara ia sudah menunggu sejak tadi. Nirmala memintaku untuk mengulur senar pancing, aku mengangguk, mungkin supaya senarnya tidak putus karena terus menerus di tarik.

Lima menit berlalu, peluh di dahiku sudah mengalir deras karena cuaca yang panas serta adrenalin ku yang terpacu sejak tadi, akhirnya setelah tarik ulur yang begitu lama, ikan di bawah sana menyerah, aku dan Nirmala menaikkan nya ke atas perahu.

Seekor kerapu dengan berat satu kilogram itu menggelepar di lantai perahu. Nirmala membuka lantai perahu lalu memasukkannya ke dalam, ternyata lantai perahu ini bisa di bongkar pasang dan di bawahnya ada tempat untuk meletakkan ikan hasil tangkapan.

Aku meregangkan sejenak jari jari tangan ku. Tenaga ikan ini lumayan juga, aku sedikit kelelahan di buatnya. Nirmala mengancungkan jempolnya ke arahku, benar benar sebuah awalan yang bagus untuk seorang pelaut pemula. Aku balas mengancungkan jempol ku ke arah Beta yang sejak tadi menatap masam ke arahku. Nirmala meminta agar aku dan Beta membantunya mengangkat jaring yang tadi di turunkan, siapa tau ada ikan yang tersangkut.

Jaring itu lumayan berat, mungkin karena ada air yang menjadikan massa nya menjadi bertambah. Sepuluh menit kemudian akhirnya seluruh jaring berhasil kami naikkan ke atas perahu, membuat basah lantai di sekeliling. Tangkapan yang bagus, terlihat hampir dua belas ekor ikan ikan yang berukuran tiga ons menggelepar, beberapa di antaranya ada kerapu, juga ikan Kuningan.

Setelah mengambil semua ikan yang ada kami langsung menurunkan jaring lagi, karena sudah hampir jam lima sore, menurut perhitungan Nirmala harusnya kami bisa mengangkat jaring ini tiga kali lagi, setelah selang dua puluh menit. jaring itu kembali di turunkan lagi ke laut, riak air serta gelembung gelembung terlihat di sekeliling perahu. Nirmala kembali memasukkan ikan ikan ke dasar lantai, sementara aku kembali ke bagian belakang dan melanjutkan memancing, begitu juga dengan Beta ia segera mengambil kembali pancingan nya, lalu di susul oleh nirmala

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!