Eileen Gloria di hidupkan kembali setelah mengalami sebuah tusukan dari suaminya, Kenan Alexi De Evrot. Pria yang ia cintai menusuknya bahkan di saat universary pernikahannya.
"Seharusnya kau tidak hadir dalam kehidupan ini."
Satu kalimat itu membuat Eileen tercekat, ia menatap lembut pria tersebut.
Selama satu tahun dia mencintai pria yang berstatus suaminya meskipun dia harus menjadi istri kedua demi sahabatnya, namun yang di terimanyalah hanyalah pengkhianatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Eileen kau baik-baik saja?" tanya Kenan. Dia merasa telah terjadi sesutu tapi Eileen tidak ingin mengatakannya. "Eileen."
Ceklek
Eileen menunduk, dia belum ingin melihat wajah Kenan. "Aku ingin beristirahat. Kenan bisakah kau pulang?"
"Aku akan tetap di sini." Dia ingin menjaga Eileen.
Eileen mengangguk, dia melewati Kenan dan membaringkan tubuhnya. Dia pun memejamkan kedua matanya.
Kenan merasa ada sesuatu yang aneh, dia melihat ke dalam kamar mandi dan tidak menemukan apa pun. Namun ia melihat sebuah kotak. Dia mengambil kotak tersebut dan membacanya.
Dia melihat ke tong sampah dan ada lima test pack, dan hasilnya memperlihatkan garis dua. Dadanya berdetak kuat. Dia keluar dan sampai di ambang pintu, dia melihat Eileen. "Apa ini yang di resahkannya tadi?"
"Dia hamil." Kenan tersenyum. Dia membuang alat itu ke sampah. Ia hanya menunggu Eileen mengatakan padanya. Dia menghampiri Eileen dan mencium keningnya. Tak bosan-bosanya ia menatap wajah Eileen yang tengah tertidur pulas. Ia merasa bersyukur Eileen hamil anaknya.
Dia merogoh ponselnya dan menyuruh seorang pria mengantarkan laptopnya itu. Dia harus mencari sesuatu yang bisa membuat bahagia seorang ibu hamil.
"Ketty, untuk beberapa hari ke depan aku tidak bisa pulang."
"Terima kasih." Kenan memutuskan obrolannya. Sebagai seorang suami dan seorang ayah dia harus menjaga Eileen dengan baik. Dia hanya ingin menjaga anaknya dan istrinya. Siapa sangka, ia hanya melakukan satu kali dan membuat Eileen hamil.
Air mata Ketty menggenang, dia harus kuat untuk melakukannya. "Ya semuanya akan berakhir setelah Eileen melahirkan." ia yakin Eileen pasti akan pergi setelah melahirkan anaknya karena Eileen tidak menyukai Kenan.
"Aku harus bersabar menunggu." Dia menghapus air matanya. Sebaiknya ia menyibukkan dirinya dengan arisan.
...
Pada malam harinya.
Kenan membangunkan Eileen dengan mengusap lembut pipinya. "Ei, bangun. Ini sudah malam, kau harus makan malam."
Emmm
Eileen melenguh, dia beranjak dengan setengah sadar. "Kenapa kau masih ada di sini?" tanya Eileen. Padahal tadi ia sudah bersikap ketus dan cuek.
"Aku tidak bisa meninggalkan mu dalam keadaan seperti ini," ucap Kenan. Mana mungkin ia tega meninggalkan Eileen dalam keadaan berbadan dua.
Eileen melihat ke arah nakas. Dia pun mengambilnya dan merasakan mual. Dia menaruh piring itu dan berlari ke kamar mandi.
"Ei, kamu kenapa? Kita ke rumah sakit."
Eileen menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ke rumah sakit, bisa-bisa Kenan tau semuanya. "Aku hanya masuk angin saja."
Kenan merangkul pinggang Eileen. Dia menuntun Eileen ke ranjang empuknya. Entah apa yang harus ia lakukan pada saat ini. Jalan satu-satunya ke rumah sakit.
"Eileen, kenapa kamu berbohong? Kau hamil kan?" tanya Kenan.
Eileen menatap Kenan tanpa berkedip, dia terkejut dengan ucapan Kenan. Pria itu tidak mungkin mengetahuinya. "Kau bicara apa? Siapa yang hamil? Aku hanya masuk angin. Ya sudah aku kembali tidur."
"Eileen kau jangan berbohong. Aku sudah mengetahuinya."
Eileen menggertakkan giginya. Dia menatap tajam ke arah Kenan. "Lalu kau mau apa? Kau ingin mengatakannya pada Ketty, setelah itu kalian akan merampas anak ku? Lalu kalian akan membuang ku? Kenan, apa kau tidak bisa menganggap anak ini tidak ada? Kapan kau akan menceraikan ku? Aku tidak ingin berpisah dengan anak ini!" teriak Eileen.
Kenan berjongkok, dia meraih kedua tangan Eileen. "Siapa yang ingin merebutnya? Kau tetap istri ku, sampai kapan pun Ei."
"Aku tidak mau Kenan, aku tidak mencintai mu. Setelah melahirkan, aku ingin ke Indonesia. Aku ingin merawat anak ini sendiri."
"Eileen, kau jangan egois. Anak juga membutuhkan ayahnya. Kau jangan berpikir untuk membawa pergi anak ini. Sampai kapan pun aku tidak akan membiarkan mu pergi." Kenan mulai tersulut emosinya, mendengarkan Eileen meninggalkannya dan membawa anaknya bagaikan mimpi buruk untuknya.
"Apa kau ingin aku menderita Kenan?" tanya Eileen dengan nada lirih. "Kau tau aku tidak akan bahagia? Kau mencintai ku, tapi kau tidak ingin aku bahagia."
Deg
Kenan merasa ada sesuatu yang menusuk relung hatinya. Dia meraba wajah Eileen. "Tidak bukan begitu Eileen, aku hanya ingin menjaga mu, mencintai mu sebanyak yang kau mau. Sepertinya kau banyak pikiran, aku akan keluar. Jika butuh sesuatu katakan pada ku."
"Pada akhrinya kau tidak mengerti posisi ku Kenan."
Kenan meninggalkan Eileen, dia ingin sekali berteriak. Seorang pria yang mencintainya wanita pasti tidak ingin kehilangannya, pria itu pasti ingin menjaganya.
"Kenapa kau selalu ingin menjauh Eileen."
Malam semakin larut, sepanjang waktu Kenan tak bisa memejamkan kedua matanya. Sepertinya Ketty tidak boleh mengetahui kehamilan Eileen.
....
Eileen melihat Kenan yang membuatkan sarapan. Dia kira pria itu akan pergi setelah bertengkar dengannya. Akan tetapi pemikirannya salah, pria itu bermuka tebal.
Kenan menaruh sebuah roti di atas piring. "Ei, kau ingin makan apa?" tanya Kenan dengan nada lembut. "Masih mual, nanti kita ke rumah sakit. Kau tidak bisa membiarkan mual terus kan?"
Kenan menunduk, dia menarik kursinya dan duduk di hadapan Eileen. Terserah wanita itu ingin mengatakan apa pun, ingin mendorongnya, ia akan menikmatinya saja.
"Baiklah, antarkan aku ke rumah sakit." Dia harus memeriksa kandungannya. Ia.berharap anaknya sehat, tidak masalah jika ia harus mual.
Eileen memakan roti itu, namun ia kembali mual. Dengan sigap Kenan mengusap punggungnya.
"Aku tidak bisa makan," ucap Eileen.
Kenan memeluk Eileen, dia menggendong Eileen menuju ke mobilnya. Dia tidak bisa melihat Eileen seperti ini terus. Seandainya saja bisa, ia ingin menggantikan Eileen.
....
Kenan menatap dokter yang sedang menaruh gel di atas perut Eileen. Dia beralih melihat ke arah monitor. Dokter wanita itu pun tersenyum.
"Selamat Nyonya Eileen, anak anda kembar."
Eileen tersenyum lemah sambil melihat ke arah Monitor.
"Anaknya masih sebiji jagung, saya harap Nyonya Eileen menjaga aktivitasnya. Jangan terlalu melakukan aktivitas berat."
"Dokter, istri saya selalu mual. Apa bisa dia tidak mual? Saya tidak tega melihatnya."
"Dalam tahan kehamilan trimester pertama memang seperti ini Tuan, saya akan memberikan obat pereda mual. Seiringnya waktu akan hilang dengan sendirinya."
"Apa ada obat pemindah mual?" tanya Kenan.
Seketika Dokter itu tercengang, kemudian terkekeh lucu. Jika pun ada, bukan karena obat. "Tidak ada Tuan, sebaiknya Tuan selalu menjaga istri Tuan dengan baik. Hanya itu yang perlu di lakukan."
Eileen mencubit lengan Kenan. "Kau bicara apa? Mana ada obat pemindah mual." Eileen menuruni brankar.
"Aku hanya bertanya Sayang, siapa tau ada sehingga kamu tidak tersiksa seperti ini," ucap Kenan. Dia membantu Eileen duduk dan mendengarkan penjelasan panjang lebar dari dokter itu.
ei mndngan kmu kabur kmn gtu m ankmu SMA sama kamu