Perjuangan seorang Raisa dalam bertahan hidup di sebuah istana yang penuh dengan caci maki
langsung saja yaaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sheisca_4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Mobil yang di tumpangi Sekertaris Jou dan Arga memasuki gerbang utama. Jou melirik singkat ke arah spion Arga sudah bangun dia merapikan pakaiannya. Sekali lagi Jou melihat senyum samar yang tercetak pada bibir Arga.
"Selamat datang Tuan Muda." Busil menundukkan kepala sopan ketika Arga keluar dari mobil. Sekertaris Jou berdiri di belakang Arga.
"Pulanglah Jou." Ucap Arga.
Jou yang tadinya akan ikut masuk dia menghentikan langkahnya. "Baik Tuan. Selamat beristirahat." Setelah mengatakan itu Jou menundukkan kepala, menunggu Arga masuk ke dalam bersama Busil. Baru dia berbalik menuju mobil yang dia kendarai tadi, keluar dari gerbang utama.
Busil membantu Arga melepaskan jas, memegang pakaian itu seperti memegang sesuatu yang berharga. Arga duduk di sofa yang ada di ruang tamu, sementara Busil pergi ke belakang mengambilkan sandal rumah untuk Arga. Dia melepaskan sepatu Arga dan meletakkan sandal di dekat kaki Arga.
"Ada kejadian apa di rumah hari ini?" Arga bertanya sambil menyandarkan tubuhnya.
Busil mendekat dia menyerahkan ponsel yang ada di kantong pakaiannya pada Arga.
"Nona muda bertengkar dengan Nona Monica dan Nona Putri. Ada Nyonya juga, tapi beliau hanya memperhatikan mereka saja tidak ikut nimbrung."
"Jadi 2 lawan 1? Hebat sekali, siapa yang menang?"
"Sepertinya Nona muda Tuan. Anda bisa melihatnya di video yang saya rekam tadi pagi."
Arga membuka ponsel yang tadi di berikan oleh Busil. Adegan drama pertengkaran 2 lawan 1 dengan 1 penonton. Wajahnya berkerut sebentar, tapi tidak lama sudah terdengar gelak tawa setelah mendengar perkataan sarkas dari gadis mungil itu yang mampu membuat Putri kena mental. Gadis ini benar-benar ajaib.
That my girl.
Seperti habis menonton pertunjukan seru, sekarang Arga beralih ke video selanjutnya. Episode 2 telah di putar.
"Anda menyukai suami saya? Silahkan ambil, kejar dia sampai dia menyukai anda.."
Kalimat yang terucap dari mulut Raisa begitu mengusik pendengaran Arga. "Lancang sekali dia berkata seperti itu. Dia pikir aku ini barang? Enteng sekali dia mengatakannya." Arga kesal. Dia melemparkan ponselnya ke arah samping. Busil menundukkan kepala, menahan nafas. Sepertinya dia salah?
Arga bangkit, "kerja bagus. Kembali ke kamar anda. Tidak perlu antar saya." Tanpa mendengar Jawaban Busil Arga melengos begitu saja dengan raut wajah yang suram.
Aduh sepertinya saya melakukan kesalahan. Maafkan saya Nona muda. Sepertinya anda dalam bencana.
Sementara itu di dalam kamar Raisa terbangun ketika pasokan udara yang masuk menipis, terasa ada yang menyumbat lubang hidungnya. Dia terkejut melihat wajah Arga yang begitu dekat.
Astaga! Aku ketiduran!! Busil kenapa anda tidak membangunkan saya. Kenapa dia tidak menyingkir sih? Ini terlalu dekat.
Raisa terbaring kaku. Dia menahan napas, tidak pernah sedekat ini dengan suaminya. Kenapa mukanya terlihat kesal ya? Ini bukan salahku! Busil yang bilang akan membangunkan aku, tapi dia malah berkhianat. Kenapa melototiku seperti itu? Apa anda akan memotong kaki saya.
"Berani sekali kau tertidur di saat aku sedang berjuang untuk menyelamatkan perusahaan keluarga kau."
Lagi! Selalu saja menggunakan itu untuk menyerangku. Kalau anda tidak ikhlas membantu keluargaku ya jangan di bantu!
"Bangun! Kau lupa aku menyuruhmu apa?" Arga bangkit dia menendang sofa.
Segera Raisa bangun, tunggu! Aku melupakan sesuatu? "SOFTLENS!" Ucap Raisa tiba-tiba saja berteriak.