Halima Hartono itulah namaku.
Umur 21 tahun
Status janda anak 1
Dengan berat hati aku menerima perceraian dari suamiku, dan saat itu juga aku keluar dari rumah Besar mantan suamiku bersama Putri semata wayang ku.
Pulang ke rumah ke orangtua aku malu, karena aku yang mau nikah muda.
Dengan uang seadanya aku tinggal di sebuah kota kecil, sengaja aku cari dekat pasar, karena pikirku di pasar gampang cari uang.
Aku dapat sebuah kios yang cukup luas, ukuran 4x6, harganya setahun 30 juta, aku ambil dengan bayar 6 bulan.
Disinilah aku berada, di pasar Rakyat Sukamaju, karena sudah lama kios tidak disewa jadinya kotor
Saat membersihkan ruangan itu aku menemukan sebuah Cincin yang akan merubah kehidupan ku, bagaimana kisah-kisah hidupku silahkan ikuti ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhon Dhoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.28. Mengadopsi Martina
Sambil menarik nafas panjang, Kenziro mengemukakan niatnya yang ingin memiliki seorang kakak perempuan, sontak ucapan Kenziro membuat Halimah terkejut.
"Apa Ziro yakin ingin memiliki kakak perempuan, bunda akan membantunya, dan dia bisa saudara mu, walau bukan kakak beradik, dia akan bunda ambil dari panti asuhan dan tinggal bersama kita, karena Bunda tidak punya suami, bagaimana? Ucap Halimah.
"Terserah bunda, yang penting kakak Martinah bisa tinggal bersama kita, biar rumah tidak sepi, dan juga Ziro ada teman saat Bunda lagi bekerja, ucap Kenziro yang tidak mau memaksa Halimah.
Hehe baiklah sayang, pokoknya nanti sore kita ke panti asuhan dan bicarakan dulu dengan Martina, bagaimana ? Ucap Halimah.
"Oke, terimakasih bunda, jawab Kenziro.
Tiba di rumah mereka langsung menuju kamar dan berganti pakaian, kemudian makan siang walau sudah jam 3 sore.
Tepat jam 4 ibu dan anak itu sudah mandi dan berganti pakaian, setelah itu mereka berangkat ke panti asuhan dimana Martina tinggal selama ini.
Martina Fransiska sebenarnya masih memiliki seorang ibu, ibunya adalah adalah seorang pekerja keras, dan tidak pernah menikah, Ayah biologisnya sudah meninggal saat, akan menikahi ibunya, tepat di hari pernikahan mereka, dan memang ibunya Martina hamil duluan.
Kini ibunya, sedang mencari nya, dan bekerja berjualan Bumbu giling di Pasar, Pertama Halimah berjualan, pasar Sukmajaya, dia tidak menikah hingga saat ini, dan di panggil janda kembang, karena masih berumur 31 tahun.
Kakek dan nenek nya Martina, bukan juga orang sembarangan, mereka juga memiliki 25 outlet bumbu giling, dan 2 Kios di Pasar Senen, dan 3 kios di pasar Koja Jakarta Utara, Jualannya sama dengan Halimah, grosir sayuran dan bahan dapur lainnya.
Mereka mengusir Ibunya Martina dan membawa Martina ke panti Asuhan.
Sayangnya setelah berusia 3 tahun, kakek dan neneknya Martina tidak lagi datang membawa uang untuk biaya hidup Martina.
Jadilah Martina di abaikan, bahkan sering di pukul, jika bukan beasiswa, mustahil Martina bisa sekolah.
Untuk makan saja, dia hanya di kasih 2 x sehari, Untung Martina dapat beasiswa full dan dapat uang saku dari sekolah, karena status orang tidak mampu dan anak Yatim Piatu, sebulan dia dapat 800 ribu, itulah uang jajannya atau beli keperluan lainnya.
Sejam perjalan, akhirnya mereka tiba di Panti Asuhan, dan selangkah terkejutnya Kenziro, saat melihat Martina masih berdiri di depan Panti Asuhan, masih dengan seragam lengkap.
"Bunda, itu dia kak Martina, layaknya dia hukum karena terlambat pulang, dan pasti belum makan, untung tadi di sekolah kami bayarin dia makan, ucap Kenziro, kemudian membuka pintu mobil saat Halimah mematik mesinnya.
"Selamat Sore kak, ada apa, dan kenapa kakak belum masuk? tanya Kenziro.
"Seperti biasa Kakak di hukum karena terlambat, hingga kakak tidak menyelesaikan tugas Panti, ucap Martina yang berusaha tersenyum.
"Kakak, jangan tersinggung ya, apa kakak bersedia tinggal di rumah ku, Bundaku datang ingin membawa kakak pergi dari sini, biar Kakak bisa fokus belajar dan juga bisa hidup lebih baik, bagaimana kak? tanya Kenziro sambil memegang tangan Martina.
"Nanti kakak merepotkan Bundamu, sudah takdir kakak menjadi Yatim Piatu, jadi kakak hanya bisa bersabar, dan giat belajar, siapa Tahu bisa dapat beasiswa ke luar negeri, ucap Martina.
"Kamu tidak akan merepotkan kami, potong Halimah.
" Ehh, maaf Nyonya, Martina takut merepotkan, ucap nya sambil berusaha mempertahankan senyum nya.
"Jangan panggil Nyonya, panggil saja ibu, walau umur ibu masih sangat muda, asal kamu mau tinggal bersama kami, percayalah ibu akan menganggap mu sebagai keluarga, dan kamu bisa sekolah setinggi cita-cita mu, ucap Halimah.
"Tapi nanti mereka minta uang yang banyak sama ibu, Martina dulu pernah ada yang adopsi tapi mereka minta 200 juta, hingga keluarga itu tidak jadi, padahal Martina sudah sangat senang.
Sejak itu, Martina tidak lagi berharap ada yang mau mengadopsi ku, kasihan nanti mereka termasuk ibu, Ziro menganggap ku kakak saja, itu sudah membuatku bahagia, ucap Martina dengan jujur.
Halimah memindai dengan mata Surgawinya, menilik hingga kedasar pikirannya, Halimah melihat betapa menderitanya anak ini, dan dalam memorinya masih ada terbesit kerinduan nya lada ibunya.
"Jangan kuatir, ibu akan membayarnya, anggaplah ganti uang perawatan kamu di sini, ucap Halimah, kemudian memencet bel.
"Selamat sore Bu, apa saya bertemu dengan kepala Panti Asuhan ini, ucap Halimah setelah seorang ibu-ibu membuka pintu.
"Maaf Bu, ada keperluan apa kira-kira, saya Kepala Panti Asuhan ini, tapi mari masuk dulu, ajak Ibu Kepala Panti Asuhan.
"Martina, kamu ke dapur ambilkan tamu minuman, perintah Kepala Panti.
"Tidak perlu Bu, saya dan Putraku datang hanya ingin bicara soal Martina, ucap Halimah to the loint.
"Jangan di hiraukan omongannya Bu, anak ini memang suka ceroboh dan sangat sulit diatur, makanya kami berusaha membuatnya lebih disiplin agar masa depannya lebih baik, ucap Kepala Panti berusaha menyalahkan Martina, tanpa bertanya lanjut, tujuan Halimah.
"Maaf Bu, anda salah paham, Martina tidak berbicara apapun, soal kehidupan nya disini, dia sekelas dengan putraku, dan Putraku ingin agar Martina tinggal dengan kami.
Saya sendiri seorang janda anak 1, tapi soal biaya hidup kami, saya yakin bisa menghidupi Martina dengan baik, ucap Halimah.
Kepala Panti langsung berpikir soal uang, dia senang jika Martina bisa pergi dari Panti Asuhan miliknya.
"Baik Bu, apakah ibu akan mengadopsi nya secara hukum atau sukarela, artinya ibu dan keluarga hanya ingin dia tinggal bersama kalian, dan akan membuat perjanjian, agar jangan ada penyiksaan dan mengeksploitasi nya dalam bentuk apapun, ucap Kepala Panti.
"Kita buat perjanjian saja, dan juga ada perjanjian Pribadi saja, dan tambahkan 1 butir, bahwa ibu atau pihak panti tidak akan pernah mengganggu kehidupan Martina, kecuali, saya melanggar perjanjian, ucap Halimah.
"Baiklah, tapi apakah anda bersedia membayar biaya kompensasi, selama Martina berada disini, sebesar 250 juta, ucap Kepala Panti.
"Tidak masalah, dan silahkan buat suratnya, dan hari ini saya akan membawanya, ucap Halimah dengan tegas.
Martina terlihat sangat bahagia, dia berjanji akan jadi anak penurut dan akan menyayangi keluarga barunya.
"Martina, pergi ke kamarmu dan kemas bajumu, hari ini kamu ikut dengan mereka, perintah ibu Panti.
"Baik Bu, ucap Martina dan langsung berlalu ke kamarnya.
"Maaf Bu, apakah ada sedikit data tentang Martina, siapa tahu dia masih ada keluarga, tanya Halimah.
"Dulu ada keluarga yang menitipkannya disini, tapi sejak Martina berusia 3 tahun, mereka tidak pernah datang lagi, apakah mereka masih hidup atau sudah pulang Kampung dan melupakan Martina, jawab Ibu itu dengan santai.
"Apakah ada sesuatu, yang bisa petunjuk bagi Martina, agar kelak dia bisa mencari keluarganya, lanjut Halimah.
"Waktu dia datang, Martina menggunakan Liontin, dan saya menyimpannya, walau saya keras kepadanya, tapi saya juga berharap dia punya masa depan, jawab akal-akalan ibu itu, padahal dia selalu menyiksa Martina.
"Bisa saya lihat Liontin nya, tanya Halimah.
Ibu panti itu tanpa menjawab langsung membuka laci mejanya, dan mengambil kotak kayu, dan memberikannya kepada Halimah.
"Baik Bu, kalau begitu biar saya berikan Liontin ini kepada Martina, bagaimana? lanjut Halimah bertanya.
"Silahkan Bu, tidak apa-apa, tapi bisakah ibu menambahkan 5 juta sebagai biaya menjaga barang pribadi, ucap ibu Kepala Panti.
"Bisa, jawab Halimah.