Dasar dari sebuah pernikahan adalah kejujuran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pramita rosiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Ya aku baik dan mama sangat marah karena kamu tidak datang, tapi kamu tidak usah khawatir karena aku sudah menjelaskannya dengan baik dan dia sudah tidak marah lagi"
Suaminya yang mendengar hal itu pun merasa senang
"Aahh, ahh oh begitu syukurlah kalau mama sudah tidak marah"
"Sayang kenapa dengan mu? Apa kamu sakit?" Arumi bertanya karena suara suaminya yang terdengar aneh dan dia khawatir jika suaminya sakit.
"Ohh, tid, tidak sayang aku tidak sakit tapi ini kipas angin di tempat proyek sedang rusak jadi di sini agak panah makanya suaraku agak lain" ucap sang suami dengan nada bicara yang terbata-bata, dan tanpa rasa curiga dari Arumi.
"oh begitu, aku kira ada apa. Kamu harus jaga kesehatan selama aku disini dan jangan terlalu lelah bekerja. Dan katakan kepada Andy untuk memperhatikan kondisi lingkungan proyek agar hal ini tidak terulang lagi"
"Tentu saja sayang, karena aku masih ada kerjaan nanti akan aku hubungi lagi"
"Emmm baiklah, aku cinta kamu" ucap Arumi tapi belum selesai dia mengucapkan kata ajaib tapi Rangga sudah menutup teleponnya sehingga dia tidak membalas ucapannya. Tapi dengan pemikiran yang tenang dia beranggapan jika suaminya sangat sibuk sehingga mematikan telepon dengan cepat.
Karena sudah mengabari suaminya jadi Arumi dapat tenang beristirahat.
...----------------...
Malam pun tiba dan sekarang Arumi sedang makan malam bersama ayah, ibu dan juga Dion. Mereka berbincang-bincang untuk melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu
"Rumi,, bagaimana dengan pekerjaan mu saat ini??
"pekerjaan ku baik pa, kemungkinan aku akan mendatangi kontrak untuk komik yang sedang aku kerjakan.
"Wahh itu adalah kabar yang sangat bagus dan perlu untuk dirayakan
"Terima kasih pa, ma karena kehidupan ku sekarang berbeda karena aku sudah memiliki kalian yang mendukung ku untuk terus berkembang. Padahal aku ini bukan anak kalian" mendengar perkataan Arumi yang berusaha merendah membuat kedua mertuanya tersenyum bangga karena merasa memiliki putri yang mereka besarkan
"Ya ampun sayang, kamu ini sudah mama dan papa anggap seperti Putri kandung jadi kamu tidak perlu merendah seperti itu. Kamu harus ingat apapun yang kamu perlukan kami pasti akan berikan karena hak kamu sama seperti Rangga dan Dion di rumah ini". Ucap ibu mertuanya yang membuatnya sangat bahagia karena dapat diterima dengan baik dan tidak pernah mempermasalahkan tindakan yang dilakukannya.
"Terima kasih Ma, Pa karena kalian sudah sangat baik padaku"
"Sudah-sudah jangan membahas hal yang sedih seperti itu lebih baik kita bahas masa depan kamu dan Rangga contoh berapa punya anak,,,,,"
"Uhuk, uhuk" belum selesai ibu mertuanya berbicara tiba-tiba Dion tersedak saat mendengar perkataan mamanya itu. Melihat sang adik yang tersedak dengan cepat Arumi langsung membantu Dion dengan memberikan tisu. Sementara mamanya masih menunggu jawaban dari Arumi terkait topik yang dikatakannya tadi dan hal itu membuat Arumi menunduk malu.
"Mama kenapa bertanya seperti itu di meja makan" sela Dion yang tiba-tiba marah tanpa alasan yang jelas
"diam kamu anak nakal, mama bertanya kepada kakakmu dan bukan kamu jadi kenapa kamu yang marah??" Balas mamanya yang langsung membuat Dion sulit untuk menjawab
"Ya hal seperti itu tidak cocok di bicarakan di meja makan, itu kan hal yang pribadi" ucap Dion yang berusaha untuk membela diri
"Sudah-sudah kenapa kalian yang malah ribut?? lihat Rum!! dia menjadi malu karena perdebatan kalian" sela Ayah mertuanya di tengah perdebatan antara ibu mertua dan Dion
"Tidak masalah pa, aku saat ini belum memikirkan tentang anak. Bukan berarti aku tidak ingin punya anak, tapi karena aku masih muda aku ingin meraih mimpiku dulu. Lagi pula mas Rangga masih sibuk dengan proyeknya jadi aku rasa untuk memiliki anak harus kami pikirkan dengan matang" Ucap Arumi dengan gugup karena takut menyinggung keluarganya
"Tentu saja, kamu itu masih sangat muda jadi jangan memikirkan masalah anak dulu" ucap sang mama yang mengerti kondisi dari Arumi untuk menunda memiliki anak. Arumi yang mendengar hal itu sebenarnya sedikit merasa bersalah karena dia tahu jika mertuanya pasti menginginkan cucu dari nya, apalagi dia sudah tiga tahun menikah.
Di sisi lain Dion yang mendengar perkataan kakak iparnya itu terlihat kurang senang dan memutuskan untuk pergi dari meja makan.
Arumi yang melihat adiknya pergi tanpa mengatakan apapun menjadi bingung dengan perubahan sikapnya.
"Dion, mau kemana kamu?? Makanan kamu belum habis" panggil sang mama
"aku sudah kenyang!!" ucap ketus Lu Yi sambil melangkah pergi.
"Huhh dasar anak ini, sikapnya sangat labil sekali"
"Biasa lah Ma, Dion kan dalam masa puber pasti dia sedang bertengkar dengan kekasihnya" ucap Arumi saat Dion sudah pergi dan selanjutnya mereka bertiga kembali melanjutkan makan malam.
Setelah makan malam, Arumi memutuskan untuk berjalan-jalan di pinggir kolam renang. Di sana dia membayangkan kehidupannya mendatang yang indah bersama keluarga yang dapat menerima segala keputusan yang di ambil dan mau mendukung impiannya. Dia selalu berharap kebahagiaan ini tidak pernah hilang dari hidupnya, karena jika dia kehilangan dukungan lagi maka dia tidak yakin dapat bertahan sendirian. Tapi ketika dia mengingat topik pembicaraan di meja makan tadi membuatnya sedikit bimbang dengan keputusan yang diambilnya, pasalnya dia bingung menjelaskan kepada keluarganya jika sampai tahu kalau dia dan suaminya tidak pernah melakukan hubungan suami-istri walaupun sudah menikah selama tiga tahun.
Ditengah lamunannya, tiba-tiba dari belakang muncul Dion yang mengangetkan nya dan hampir membuatnya jatuh ke kolam renang. Tapi untungnya Dion dengan cekatan langsung memegang tangan Arumi agar tidak jatuh.
Dalam sentuhan beberapa detik itu seperti membuat sebuah aliran listrik yang mengalir dan hal itu dirasakan oleh Dion sehingga membuat wajahnya memerah. Sebaliknya Arumi terlihat syok karna dikejutkan oleh Dion sambil memegang dadanya untuk mengatur emosinya.
Setelah tenang dia langsung menatap lekat ke arah Dion seperti akan memakannya "Dion!!! Kenapa kamu nakal sekali?? Bagaimana jika kakak jatuh tadi?? dan bagaimana jika kakak punya penyakit jantung pasti itu sangat berbahaya" Arumi terus saja berbicara panjang lebar tapi orang yang di ajak bicara malah sibuk dengan lamunannya sendiri, hingga dia tersadar setelah sang kakak ipar mencubit pipinya sampai dia merasa sakit.
"Aww sakit, kakak??" Ucap Dion dengan memegang pipinya dan menatap ke arah Arumi
"Hahaha sudah sadar tuan muda?? Dari tadi kakak berbicara panjang lebar apa kamu mendengarkannya??" Ucap Arumi dengan pandangan ke atas, hal itu karena postur tubuh Dion yang jauh lebih tinggi dari padanya.
"Emmm ya aku dengar" ketus Dion
"Jadi?? Tidak ada kata maaf nih??" Goda Arumi yang membuat Dion mengalihkan pandangannya karena merasa gugup ditatap oleh kakak iparnya.
"Maaf" ucap Dion dengan datar dan membuat Arumi sangat heran dengan tingkah adiknya itu
"Apa kamu sedang masa pubertas?? Kakak lihat sikap kamu benar-benar labil, atau jangan-jangan kamu sedang bertengkar dengan kekasihmu??" sekali lagi Arumi menggoda Dion agar tidak memasang wajah datar dengan memegang kepalanya.
"Cukup jangan lakukan ini!!" ucap Dion yang langsung menghentikan tangan kakak iparnya untuk berhenti mengelus rambutnya.
"Apa kakak melakukan kesalahan??" Tanya Arumi dengan tangan yang tetap di genggaman oleh Dion dengan pandangan mereka yang saling bertemu....