NovelToon NovelToon
Agensi Detektif Hantu

Agensi Detektif Hantu

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Matabatin / Dikelilingi wanita cantik / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Eko Arifin

Apakah anda mengalami hal-hal tak wajar disekitar anda?

Seperti suara anak ayam di malam hari yang berubah menjadi suara wanita cekikikan? Bau singkong bakar meskipun tidak ada yang sedang membakar singkong? Buah kelapa yang tertawa sambil bergulir kesana-kemari? Atau kepala berserta organnya melayang-layang di rumah orang lahiran?

Apakah anda merasa terganggu atau terancam dengan hal-hal itu?

Jangan risau!

Segera hubungi nomor Agensi Detektif Hantu di bawah ini.

Kami senantiasa sigap membantu anda menghadapi hal-hal yang tak kasat mata. Demi menjaga persatuan, kesatuan, dan kenyaman.

Agensi Detektif Hantu selalu siap menemani dan membantu anda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eko Arifin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22 - Tingkat Ketiga, Penguasa Territorial

Suara dentuman keras seperti ledakan bom menggelegar ke seluruh hutan, di sertai dengan kumpulan asap-asap debu yang mengepul di antara pepohonan. Terlihat Ardian melompat keluar dari asap debu itu sebelum mendarat di dasar sebuah pohon besar yang di ikuti oleh Genderuwo bertanduk.

Genderuwo itu kemudian melancarkan pukulan lurus ke arah perut Ardian.

Duar!

Suara keras yang di sertai reruntuhan daun terjadi di depan mata Ardian saat menghindar ke samping dengan lompatan.

Sebuah kepalan besar membekas di tubuh pohon besar itu, yang terlihat seperti hangus terbakar.

Ardian bersiul dengan kagum sebelum berkata, "Anjay bisa terbakar gitu tuh pohon. Gue lihat, elu bisa memercikan api dengan menggesekan kumpulan energi negatif di kepalan tanganmu, bukan?"

"............" si Genderuwo bertanduk itu diam tanpa sepatah kata.

"Untuk melakukan hal itu, kau harus punya persisi dan akurasi yang tinggi dalam mengontrol kumpulan energi negatif. Hahaha, teknik yang bagus tetapi..."

Ardian mengambil kuda-kuda dengan senyuman lebar dan tatapan yang mengintimidasi.

"... Bukan cuma elu tong yang punya kemampuan tinggi dalam mengontrol kumpulan energi!"

Ardian mangacungkan dua jarinya ke atas, yang kemudian keluar kumpulan tikus dari bayangan si Genderuwo bertanduk dan mengubah bentuk mereka menjadi kumpulan rantai.

Rantai-rantai tikus itu mengikat sebelum menundukan tubuh si Genderuwo bertanduk.

Dengan geraman kasar, Genderuwo itu menatap sinis ke arah Ardian.

"Apa kau kira, ini cukup untuk menghentikan ku anak muda!?"

Asap-asap tipis mulai keluar dari kulit si Genderuwo bertanduk yang membuat kumpulan rantai yang mengikatnya terbakar dan para tikus itu lari tunggang langgang untuk menjauh.

"Oh, jadi dia juga bisa memanaskan udara di sekeliling tubuhnya sebagai pertahanan dengan percikan akibat gesekan energi negatif? Boleh juga tuh Genderuwo..." guman Ardian dalam hati.

Ardian lalu mengepalkan tangannya sebelum berlari ke arah Genderuwo dan sosok itu menjawab dengan sabetan tangan panjangnya.

Dengan lompatan kecil, Ardian dapat menghindari serangan itu sebelum menfokuskan energi di kakinya untuk dapat melompat tinggi ke arah muka si Genderuwo bertanduk.

Bug! Bugh!

Ardian mendaratkan pukulan di muka Genderuwo itu, namun di saat yang sama ia juga mendapatkan pukulan telak dari lawannya, membuatnya menabrak sebuah pohon yang kemudian tumbang ke tanah dan terbentuk asap debu.

Dengan senyuman lebar, Genderuwo itu berpikir telah menang.

Namun...

Ardian melangkah keluar dari asap debu itu tanpa segores luka, dan si Genderuwo bertanduk itu melihat tikus-tikus yang terbakar jatuh dan menggeliat setelah menempel di tubuh Ardian.

"Dia menggunakan kumpulan tikus ghaib untuk melindungi tubuhnya dari efek pukulan dan api panas yang ku ciptakan? Anak muda ini ternyata boleh juga." guman si Genderuwo bertanduk yang kagum dengan kemampuan manusia di depannya.

Ardian melangkah ke depan yang di jawab oleh Genderuwo bertanduk itu dengan hal yang sama, sebelum mereka berhenti dan menatap satu sama lain.

Tanpa sengaja, mereka berdua telah mengakui kemampuan bertarung lawannya.

"Wahai anak muda... Siapa kau?"

"Cuman Detektif Hantu yang numpang lewat... Ardian Putra Wirawan. Ingat itu wahai makhluk pembuat kerusakan!"

"Oh, akan ku ingat namamu wahai anak muda. Namaku Gundala Tirtopurwo. Sang pertarung tunggal! Ingat itu anak muda!"

Di antara mereka sekarang, sudah bukan lagi tentang konflik antara manusia dan makhluk ghaib, namun hanya dua pria yang ingin menguji kemampuan mereka satu sama lain.

Kesunyian terjadi di antara mereka, sebelum satu ranting jatuh ke tanah dan membuat suara sebagai tanda bahwa pertempuran telah di mulai.

Gundala melancarkan pukulan dari samping namun Ardian menunduk menghindar, sebelum melompat dan mendaratkan tendangan memutar tepat di kepala si Genderuwo bertanduk.

Tidak mau kalah, Gendala menyapu Ardian dengan tamparan telapak tangan besarnya dan kaget saat sebuah rantai mengikat tangannya.

Ardian yang mendarat ke tanah pun terseret karena dorongan serangan yang kemudian, dia gunakan momentum itu untuk menyambung aliran energi ke rantai dan tubuhnya, lalu menarik dan melempar tubuh Gundala untuk menabrak beberapa pepohonan.

Gundala pun tersungkur ke tanah dengan erangan kesakitan.

Tanpa memberi waktu untuk bangkit dan berpikir, Ardian lalu melompat ke atas dan menfokuskan energi ke kepalan tangan kanannya.

Gundala yang melihat itu membuka lebar mulutnya, sebelum memercikan api dengan gesekan kumpulan energi negatif yang membentuk bola-bola api yang dia luncurkan ke arah Ardian.

Ardian tahu dia tak dapat menghindar di udara. Dia kemudian membuka telapak tangannya sebelum beberapa tikus kecil keluar dari kumpulan energi tersebut, melindungi tubuhnya dari serangan api Gundala, tanpa menghentikan laju pendaratannya.

Ardian lalu mengumpulkan energi positif di telapak tangan kirinya.

Lalu...

Dengan bantuan gravitasi Bumi, di tambah dengan beban tubuhnya, Ardian mendaratkan sebuah pukulan telak di perut Gundala.

Brug!

Suara keras pukulan Ardian bedengung di telinganya, membuat Gundala memuntahkan darah hitam dari mulutnya saat merasakan hantaman keras tepat di perutnya.

Dengan cepat, Ardian menggunakan tangan kanannya sebagai tumpuan dan melompat ke belakang beberapa kali, untuk menghindari suhu panas yang di ciptakan Gundala di sekitar tubuhnya.

Bergegas, Gundala segera bangkit, karena jika tidak maka Ardian akan tanpa henti melakukan serangan.

"Hahaha... Boleh juga kau anak muda. Sudah lama sekali aku tidak merasakan pertarungan sengit seperti ini! Kau telah membuat jiwaku membara!"

"Ya... membara. Menyalalah sampai gosong kalau itu mau mu!"

Ardian menatap Genderuwo bertanduk itu dengan wajah yang serius sebelum mengangkat telapak tangannya dan menjentikkan jari ibu dan telunjuknya.

"Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku kembalikan ciptaan-Mu pembuat kerusakan ini kembali kepada-Mu!"

Seketika muncul sigil dalam bahasa Aram kuno di wajah dan perut Gundala, dimana Ardian telah meletakan sigil tersebut di waktu yang sama saat ia menyerang.

BOOM!

Suara ledakan keras terdengar jelas keseluruh hutan, layaknya ledakan sebuah boom C-4, dimana tubuh Gundala dilalap api yang sangat besar.

"Aaaaaarrrgggghhhhhh!"

Erangan kesakitan pun keluar dari mulut Gundala, yang kemudian Ardian gunakan sebagai tanda untuk berlari mendekat dalam kegelapan.

Brug!

Ardian menendang rendah ke arah belakang lutut musuh, membuat Gundala terjatuh dengan satu lututnya untuk menahan badan.

Kemudian dia melompat saat jarak antara kepala Gundala dan Ardian memendek.

Bragg!

Dengan tendangan memutar Ardian menghantam telak kepala Gundala ďan membuat tubuhnya jatuh ke tanah.

Duar!

Suara ledakan kembali terdengar setelah Ardian dapat menempelkan sigil di wajah Gundala dengan tendangan sebelumnya, membuat si Genderuwo bertanduk itu kelojotan bak cacing terkena garam karena terbakar lagi.

Saat Ardian mencoba mendekat untuk mengakhiri pertempuran dengan sekali serang, kumpulan bola api terbang dengan cepat ke arahnya yang datang dari tubuh Gundala.

Ardian lari menghindar melewati pepohonan hutan, membiarkan bola-bola api itu menabrak pohon karena ia gunakan sebagai tameng, tetapi satu bola api berhasil mendarat dan membakar tangan kanannya.

Cit! Cit! Ciiiiiitttt!

Suara kumpulan tikus mengerang kepanasaan saat Ardian menggunakan mereka untuk melindungi tangan kanannya dari serangan api.

"Maafkan aku..." ujar Ardian sedih saat menggunakan kumpulan tikus ghaib itu sebagai tameng.

Api yang membakar Gundala perlahan mulai mengecil saat Genderuwo bertanduk itu bangkit dan tertawa.

"Hahaha! Kau hampir saja membuatku musnah wahai anak muda!"

Dengan senyum menyeringai, terlihat wajah Gundala yang telah hancur di sisi kanan dan kiri, serta terdapat sebuah lubang besar di perut sebelah kanannya akibat beberapa ledakan dari sigil Ardian.

Dari luka-luka itu, keluar tetesan darah hitam mengental jatuh ke tanah.

Jika Gundala adalah makhluk ghaib di tingkat "Territorial" maka, mereka seharusnya sudah lenyap akibat serangan bertubi-tubi yang dia lakukan, namun nyatanya makhluk tingkat tiga ini masih berdiri dengan tegap.

Ardian pun dengan senyuman bertepuk tangan kepada Gundala sebelum berkata...

"Boleh juga kau, wahai makhluk pembuat kerusakan. Kau bisa jadi latihan yang bagus sebelum aku melawan "Mereka"!"

"Hahaha, seorang manusia ingin melawan makhluk astral tingkat dua dan tingkat satu!? Percayalah wahai anak muda, aku sangat ingin menyaksikan pertempuran kalian!"

Ardian melihat banyak sekali energi negatif di sekitar hutan mulai datang dan berkumpul ke dalam luka-luka Gundala, sebelum tubuhnya mulai kembali seperti sedia kala.

"Menggunakan energi negatif untuk meregenerasi tubuh?" ujar Ardian yang mulai mengerti tingkatan makhluk di depannya ini.

"Sayang sekali, aku harus menunda pertarungan kita wahai anak muda. Tubuhku memang sudah kembali ke bentuk semula, tetapi energiku tidak."

Ardian geram saat melihat tubuh Gundala perlahan mulai memudar saat kembali ke bentuk astralnya yang tidak bisa di sentuh.

"Hei, mau kemana kau!? Jangan kau suka main lempar batu sembunyi tangan! Pertarungan kita belum selesai, dasar makhluk laknat!"

Ardian mencoba mengambil sebuah batu yang kemudian dia susupi dengan energi dan melemparnya sekuat tenaga, namun naas, batu itu lebur menjadi butir-bitur pasir kecil yang terbang di bawa angin setelah mencapai Gundala.

"Sungguh, kau adalah anak muda yang kuat dan pemberani. Potensimu juga sangatlah besar. Patutlah Eyang Ismoyo tertarik kepadamu wahai anak Adam."

Gundala pun lalu menghilang dari pandangan Ardian dan tidak dapat di rasakan kehadirannya, meninggalkan sebuah nama yang membuatnya bertanya-tanya.

"Siapa yang dia maksud dengan "Eyang Ismoyo"? Genderuwo yang bernama Gundala itu sepertinya ada hubungan dengan dia... Gue harus cari tahu dulu."

Ardian hanya menghela nafas lega setelah melihat Qorin salah satu pemuda itu terlihat terikat di tubuh pohon beringin.

Dengan cekatan, dia mengirimkan beberapa ekor tikus ghaib untuk mengigit dan mematahkan rantai yang mengikat Qorin tersebut, demi membebaskannya.

"Cepatlah kau kembali ke tempat asalmu dan ikutilah kumpulan tikus ini, karena mereka akan menuntun lagi melindungimu dari makhluk ghaib lainya di hutan."

Qorin tersebut hanya menanggukan kepalanya sebelum terbang mengikuti tikus yang di maksud Ardian.

"Gimana kabar yang lainnya ya?"

1
Keyz Gholant
buhul itu apa Thor
Keyz Gholant: Ah gitu, ok catat
Eko Arifin: Media magic, atau perantara yang berbentuk padat, untuk mengalirkan mantra2, ilmu2 ghaib dan makhluk ghaib.

Bentuk macam2, bisa berupa batu akik, paku, jarum, kain kaffan, dll, tergantung tujuan penanamnya.
total 2 replies
maska andi pradana
Seru tapi updatenya agak lama bikini penasaran
yanti
,
Keyz Gholant
kayak mau daftar Akmil 🤧
Keyz Gholant: Fokus berkarya aja bre nanti rame sendiri
Eko Arifin: Masih berusaha. Sekalian promosi biar up viewnya, tertelan dan tertekan oleh buku yang ada.

Sekarang susah cari pembacanya. (Info dari akun orang lain)
total 4 replies
Leona Night
makin seru nih kisahnya. update donk/Drool/
Eko Arifin: Makasih kak /Pray//Pray//Pray/
total 1 replies
Rosy
itu seram
Tenth_Soldier
morning coffee
Tenth_Soldier
gendruwo nya kayak sakti banget ada nyala apinya
Eko Arifin: Penjelasan lebih lanjut di chapter selanjutnya bre. Makasih udah mampir!
total 1 replies
Tenth_Soldier
Yo, ngopi² dulu
Eko Arifin: Siap mas bro 🔥
total 1 replies
Tenth_Soldier
ayo semangat ngopi² dulu lah
Eko Arifin: Makasih banyak bro atas dukungannya 👍
total 1 replies
Leona Night
Bagus ceritanya /Heart/
Eko Arifin: Terima kasih kak 👍 Semoga betah disini
total 1 replies
Tenth_Soldier
ngopi² dulu lah
Eko Arifin: Kopi hitam tanpa gula! Aaaaahhhh! Mantap coeg!
total 1 replies
Tenth_Soldier
Semangat!
Eko Arifin: Siap abangku 🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!