Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 10. Assalamualaikum Ukhty......
Kai berpamitan dengan Tejo dan teman temannya. Sebelumnya Kai sudah berpamitan kepada Wati dan anak anak. Mereka masih ingin Kai berada di sana. Julukan Bang Bule yang disematkan pada dirinya begitu melekat meskipun baru sesaat mereka bertemu.
" Bang Bule kapan kapan mampir kesini lagi ya." Ucap salah seorang bocah. Kira kira usianya 5 tahunan. Kai mengusap kepala bocah itu dengan lembut.
" Insya Allah doain Abang agar abang selalu sehat dan diberi umur panjang biar bisa kesini lagi."
" Aamiin…"
Ucapan Kai diaminkan seluruh orang di sana.
" Mas Tejo, dan teman teman terimakasih sudah memberi saya tumpangan."
" Jangan bicara begitu bang. Kami yang terimakasih, dan maaf untuk kejadian malam itu."
" Heheh iya sama sama mas."
Tejo dan teman temannya mengantarkan Kai turun ke terminal ambarawa menggunakan mobil pick up lagi. Sepanjang perjalanan Kai merasa begitu senang. Ia benar benar mendapatkan pengalaman baru.
" Mas Tejo, saya punya sedikit usul. Mas dan teman teman ini punya ilmu beladiri bukan otodidak kan, tapi dari belajar."
" Iya bang bule kami pernah berguru."
" Nah… kenapa mas Tejo tidak membuka padepokan saja. Tidak usah yang pro seperti nama nama yang terkenal itu, paling tidak mas dan kawan kawan membantu anak anak untuk olah tubuh tujuannya untuk kesehatan."
Tejo memikirkan apa yang dikatakan Kai. Selama ini ia tidak pernah berpikir sampai sana. Namun dengan datangnya Kai pikirannya menjadi terbuka.
" Baik Bang Bule kami akan mencoba mengikuti saran abang. Nah sudah sampai."
Mereka semua turun, Kai menyalami semuanya satu persatu.
" Hati hati bang, itu busnya sudah sampai."
Sebuah bus besar datang, Kai bersiap untuk masuk bis.
" Woi kang aku titip bolo ku yo ( kang, aku nitip temanku ya)."
" Rebesss mas. Angkut…."
Tejo berteriak kepada kenek bus tersebut. Kai pun masuk ia melambaikan tangannya ke aah Tejo dan teman temannya.
" Mas Tejo, apa kita akan nyoba sarannya Bang Bule."
" Ho o Man, dijajal wae Man. Kita cari uang sek halal mulai sekarang. Mesakke anak anak kalau kita ngasih makan mereka dengan uang haram."
Semua nya mengangguk mendengar penjelasan Tejo. Datangnya Kai yang singkat itu bisa mengubah pandangan dan pola pikir mereka.
Di dalam bus, Kai duduk di tepi jendela. Niatnya mengelilingi Kota S itu urung. Ia lebih tertarik berkunjung di daerah pedesaan . Di kota S hampir mirip dengan kota J, ramai dan penuh sesak dengan kendaraan.
" Bang, abangnya kenal dengan mas Tejo?"
" Oh iya mas, kenal belum lama juga."
" Ini abangnya mau kemana?"
" Pengennya Ke kota Y, tapi kalau ada tempat yang menarik saya akan berhenti di sana."
" Oh oke oke bang. Silahkan istirahat dulu saja nanti saya bangunin kalau udah sampai."
" Terimakasih mas."
Kai tersenyum ia sangat suka dengan keramahan orang orang yang ia temui. Meskipun sempat bersitegang dengan mas Tejo di awal pertemuan tapi alhamdulillah mereka kini menjadi kawan baik.
Sepanjang perjalanan Kai tidak tidur, ia terus menikmati pemandangan diluar jendela. Ia sungguh suka dengan pepohonan yang berjajar rapi itu terlebih udara segar yang ia hirup sungguh menyenangkan hati dan pikiran.
Tulisan selamat datang di kota sejuta bunga terpampang besar. Kai sedikit tertarik dengan kota ini.
" Mas.. Ini nanti kita bisa berhenti di terminal?"
" Bisa bang, abang mau mandek( berhenti) di sini aja? Ndak jadi ke kota Y?"
" Nggak mas. Kayaknya disini menarik.'
" Iya mas. Hawane juga adem, seger wes."
Kai tersenyum mendapat penjelasan dari mas kenek. Ia semakin penasaran dengan kota tersebut.
Akhirnya bus tersebut sampai juga di terminal kota M. Tidak terlalu ramai karena hari sudah siang. Hanya beberapa orang saja yang berlalu lalang.
" Ini mas, dari tadi kok saya nggak dimintai ongkos."
" Udah bang bule disimpan saja."
" Nggak boleh gitu. Ini saya penumpang lho, masa gratis. Ini terima. Kembaliannya buat beli bakso mas nya."
Kai menyerahkan selembar seratus ribuan. Ia pun segera turun dari bus, namun sebelumnya ia mengucapkan terimakasih. Sang kenek sedikit terkejut, pasalnya Kai begitu sopan dan ramah kepada nya.
Kai berjalan keluar dari terminal dan melihat ke sekitar. Kini ia bingung juga harus kemana.
" Haish … lagi lagi kau sok pintar Kai. Sudah tahu nggak bawa smartphone."
Kai kembali bermonolog sambil nyengir melihat dirinya sendiri yang kebingungan.
Ia kembali melihat beberapa angkutan dengan warna yang berbeda dan membaca satu persatu tulisan di angkutan itu. Tulisan yang ia yakini sebagai nama lokasi tujuan kemana angkutan itu akan berjalan.
" Ini mah milih yang mana kira kura. Yang warna biru, apa warna telur asin garis merah, warna telur asin garis coklat, apa warna telur asin garis pink… hahahah banyak kali warna angkutannya."
Kai kembali berjalan, tiba tiba matanya terkunci pada sosok gadis berhijab yang tengah kesulitan memasukkan bakul dan ember kecilnya ke dalam angkutan. Ia pun sedikit berlari menghampiri gadis berhijab itu dan menawarkan bantuan.
" Assalamualaikum ukhti, bolehkan saya membantu anda."
" Waalaikumsalam. Terimakasih bang."
Gadis berhijab itu sedikit terkejut dengan suara barito khas pria dewasa yang tiba tiba menawarkan bantuan. Mendengar logat pria itu dia pun memutuskan untuk memanggilnya abang.
Kai seperti menemukan oase di padang pasir. Ia pun memutuskan untuk ikut naik ke angkot tersebut. Kai sekilas menatap wajah gadis berhijab itu, tiba tiba muncul getaran yang tidak bisa ia lukiskan.
" Maaf kalau boleh tahu ini angkutan ke arah mana ya?"
" Maaf bang, abang baru disini?"
MasyaAllaah baru ngeh suaranya lembut banget, batin Kai.
" Bang…. "
" Eh iya saya baru saja sampai di sini. Dan jujur saya nggak tahu daerah sini."
" Oohhh begitu. Angkutan ini akan melintas ke sekitaran kota bang."
" Kalau ukhti mau kemana?"
" Saya saya mau pulang."
Kai terdiam, dia bingung harus bicara apa sekarang. Ia pun memutuskan untuk mengamati terlebih dulu.
Aku akan ikut turun kalau gadis ini turun. Biarin lah kalau dianggap penguntit juga. Gadis ini kelihatannya masih muda tapi nggak malu jualan pake bakul gitu. Tapi yang dijual itu apa ya?
Gadis berhijab itu melihat Kai yang sedari tadi memperhatikan bakulnya. Ia tahu pasti pria yang ia yakini dari kota itu penasaran.
" Itu namanya jamu bang? Mau coba?"
" Eh… kamu kok bisa tahu pikiranku? Jangan jangan kamu punya indra keenam ya?"
" Hahahah abangnya pinter ngelucu. Saya tau karena dari tadi abang ngeliatin bakul saya."
Tawa gadis itu membuat jantung Kai berdegup kencang. Ia bahkan sampai memegang dadanya sendiri untuk merasakannya.
" Nama kamu siapa?"
" Eh… buat apa tanya nama?"
" Siapa tahu kita bakalan ketemu lagi."
Gadis itu ragu ragu, namun dalam hatinya ia meyakini pria di depannya ini adalah pria baik.
" Nama saya Kirana bang. Panggil saja Kiran."
" Nama saya Kai Bhumi. Terserah Kiran mau panggil saya Kai atau Bhumi. Salam kenal Kiran, assalamualaikum."
" Waalaikumslama bang Kai. Salam kenal."
TBC