NovelToon NovelToon
Kebebasan Berahasia

Kebebasan Berahasia

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Suami ideal / Office Romance
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Jojo ans

Kanesa Alfira, yang baru saja mengambil keputusan berani untuk mengundurkan diri dari Tano Group setelah enam tahun dedikasi dan kerja keras, merencanakan liburan sebagai penutup perjalanan kariernya. Dia memilih pulau Komodo sebagai destinasi selama dua minggu untuk mereguk kebebasan dan ketenangan. Namun, nasib seolah bermain-main dengannya ketika liburan tersebut justru mempertemukannya dengan mantan suami dan mantan bosnya, Refaldi Tano. Kejadian tak terduga mulai mewarnai masa liburannya, termasuk kabar mengejutkan tentang kehamilan yang mulai berkembang di rahimnya. Situasi semakin rumit dan kacau ketika Kanesa menyadari kenyataan pahit bahwa dia ternyata belum pernah bercerai secara resmi dengan Refaldi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jojo ans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 22

"Jangan makan itu," cegah Mas Adi saat Aku baru saja akan menyendok pepes tuna buatan Mama. "Kenapa?" tanyaku dengan wajah tidak terima.

Sejujurnya aku sudah sangat ngiler dan kangen berat dengan pepes tuna buatan Mama. "Aku pernah baca artikel, kalau nggak baik ibu hamil mengonsumsi ikan tuna. Kamu makan yang lain ya. Ini ada salmon."

Para orang tua hanya menganggukkan kepala membenarkan apa yang diucapkan Mas Adi.

Aku menghela napas mencoba untuk tidak kesal. "Iya Mas," balasku dengan nada sedikit tidak rela. Sementara kami sedang makan malam, bel rumah berbunyi.

Aku berinsiatif membukanya.

"Kamu ngapain ikutan Mas?" tanyaku ketika melihat Mas Adi malah mengekor di belakangku. "Takut tiba-tiba kamu kepeleset," ucapnya dengan tangan yang memperagakan hendak menggendongku kalau misalnya

terjadi apa-apa.

Aku membulatkan mata.

"Kamu doain aku kepeleset Mas?"

Mas Adi menggelengkan kepalanya

kuat, terlalu kuat malah. Aku melirik

ngeri, kepala Mas Adi malah seperti mau copot. "Ya nggaklah sayang, nggak mungkinlah Mas doain kamu dan calon anak kita yang nggak baik."

Tanpa mempedulikan Mas Adi yang bertingkah berlebihan, ku putuskan untuk membuka pintu.

"Selamat malam Kanesa." Aku melirik geli. Di depanku saat ini berdiri anaknya Pak lurah yang sudah berusia 34 tahun tapi belum menikah..

Dulu, sebelum aku menikah dia gencar sekali bertingkah untuk menarik perhatianku.

"Siapa kamu?" Mas Adi melangkah maju di depanku.

"Saya? Saya anaknya Lurah. Saya punya banyak tanah," sombong orang itu.

Dia tidak tahu saja seberapa kaya keluarga Mas Adi. Ku lihat Mas Adi tersenyum geli..

"Lalu untuk apa datang ke sini?"

Lagi-lagi Mas Adi bertingkah seolah rumah ini adalah miliknya. "Ya mau ketemu Kanesa lah Mas. Mas

ini siapanya Kanesa?" Anak pak Lurah itu malah menyolot di depan Mas Adi.

"Saya suaminya," tegasnya. "Lho bukannya udah cerai ya?" Aku hampir tertawa menatap wajah tidak suka yang Mas Adi tampilkan di depan laki-laki bernama Farhan itu.

"Siapa bilang? Jangan ngasal ya. Ini istri saya lagi hamil." Pandangan Farhan turun pada perutku.

"Eh ngapain lirik-lirik anak saya?" Astaga sebegitunya protectifnya Mas

Adi. "Nggak. Saya cuman mau ngasih kolak pisang buat Kanesa, dari ibu saya. Rumah kami di depan komplek Mas."

Farhan menyerahkan sekotak tupperware di depanku.

"Aku yang ambilin. Entar tangan kamu

berat bawanya." Mas Adi merebut kotak itu dari tangan Farhan.

"Ya udah makasih," ucap Mas Adi sembari menutup pintu. "Mas kamu kok gitu sih? Orangnya kan

belum pamit pulang," tuturku cepat. "Biarin! Aku marah kalau kamu bela dia.

Aku menghela napas. Semenjak kami rujuk, Mas Adi malah bertingkah menyebalkan.

"Siapa Nes?" tanya Mama saat kami kembali ke ruang makang. "Anaknya Pak Lurah Ma," jawabku.

"Sering datang ke sini dia, Ma?" tanya Mas Adi setelah meletakan tupperware beriisi kolak dengan sedikit kasar. ada Kanesa aja."

"Enggak, kalau Aku menatap Mas Adi yang melotot. "Selanjutnya, nggak usah terima Ma.

Dia itu berpotensi buruk." Aku tersenyum. Mas Adi terlihat lucu.

"Hentikan bucin dan cemburunya, Mami mual nih," seru Mami yang seketika membuat tawaku meledak.

"Anakmu Pi."

"Bukan."

Keluarga Tano memang seabsurd itu.

Setelah makan kami beristirahat di

kamar, kamarku. Mami dan Papi di

kamar tamu.

"Sayang, kamu pengen aku pijet

kakinya?" tanya Mas Adi tiba-tiba.

"Boleh deh Mas," balasku.

Mumpung dia lagi baik gini ya harus

dimanfaatkan.

Aku duduk dengan kaki yang lurus

ke depan sementara punggungku

bersandar di kepala ranjang.

"Nanti kamu maunya anak cewek apa

cowok Fir?"

Sembari memijiti kakiku, Mas Adi

bertanya.

"Ehm, terserah yang dikasi Tuhan deh

kalau aku."

Ya, aku sendiri tidak punya keinginan

istimewa berkaitan dengan jenis

kelamin anak.

"Aku maunya cowok, nanti anak kedua baru cewek." "Ini aja belum keluar Mas, kamu udah

mikirin anak kedua."

Ya, kadang laki-laki emang

pemikiranny jangka pendek,

pikirannya hanya yang senang-senang

saja giliran susah malah dilimpahin

kepada perempuan.

"Apa salahnya memikirkan masa

depan Fir? Kan nggak ada salahnya

kalau kita udah mulai merancang masa depan untuk anak-anak." "Iya aku tahu Mas."

Aku menjerit tiba-tiba karena ternyata Mas Adi tidak lagi memijat kakiku malah udah naik ke bagian dada.

"Maaf Mas pikir bagian ini juga pengen

dipijetin," kekehnya.

"Gila kamu Mas!"

Lelaki itu malah terbahak.

Kami masih terus mengobrol sampai

akhirnya ponselku berbunyi. Si Mas

Bucin yang mengambilnya.

"Dito? Siapa Dito?" tanyanya sembari

menatapku penuh selidik.

Sepertinya Mas Adi lupa dengan

pertemuannya bersama Dito saat kami

liburan beberapa waktu yang lalu.

"Temanku."

"Teman yang mana?" tanyanya tidak

sabar.

Aku menatap Mas Adi yang juga

menatapku.

"Kamu lupa ya Mas? Itu teman yang

waktu lalu ke Labuan Bajo."

Mas nampak berpikir sejenak.

"Oh laki-laki itu? Kamu kok punya

kontak dia?"

"Nadia yang kasi."

"Ini lagi pesan-pesan kalian yang dulu,

udah pernah ketemuan di sini?"

Aku menganggukkan kepala, tak

berniat sekalipun untuk membohongi

Mas Adi. Mas Adi tak membalas tapi dia terus mengutak-atik ponselku. "Nomornya udah Mas blokir," cetusnya dengan nada kesal.

"Mas! Kok gitu sih? Kan cuman temen."

Aku melotot tidak percaya, sebegitu

cemburukah Mas Adi sampai harus

memblokir nomor Dito. "Karena aku cinta kamu Fir." teriaknya.

"Iya aku tahu Mas, tapi apa

hubungannya?"

"Pokoknya aku nggak mau kamu

diambil orang. Besok kita balik ke Jakarta, di sini nggak aman. Banyak yang berpotensi mencuri hati kamu. Nggak anak pak Lurah, nggak

anak Komodo mereka sama-sama

berbahaya."

Aku hanya mampu menghela napas

untuk menyaharkan diri dengan

tingkah berlebihan Mas Adi.

Dia malah menyebut Dito dengan anak

Komodo, astaga.

1
Kakashi Hatake
Seru banget, thor harus cepat update lagi dong!
Jojo ans: baik, besok aku update ya😇❤️
total 1 replies
Yami CB
Ada apa thor, kok masih lama update? Aku berharap cerita ini tidak berhenti sampai di tengah jalan.
Jojo ans: besok update kok😇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!