Kisah cinta Halalillah dan Hilal dimulai dari sebuah rumah tahfidz, mereka memilih menjadi Volunteer, dan itu bukanlah keputusan yang mudah, berani menggadaikan masa muda dan mimpinya pilihan yang amat berat.
Menjaga dan mendidik para penghafal qur'an menjadi sebuah amanah yang berat, begitu juga ujian cinta yang dialami Halal dan Hilal, bukan sampai disitu, kehadiran Mahab dan Isfanah menjadi sebuah pilihan yang berat bagi Hilal dan Halal, siapa yang akhirnya saling memiliki, dan bagaimana perjuangan mereka mempertahankan cinta dan persahabatan serta ujian dan cobaan mengabdikan diri di sebuah rumah tahfidz?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emha albana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
60/2 Dinanti
Tunai sudah sholat Dzuhur, Hilal tidak bisa melihat Halal dan Rizka karena dibatasi dengan penyekat antara pria dan wanita, untuk memastikan pemilik gerobak, Hilal menanti si pemilik yang mungkin saja sedang sholat.
Rizka dan Halal mengulang kembali hafalan Qur'an, mereka saling mengoreksi satu sama lain, hampir setengah jam Hilal menunggu, tetapi tidak juga si pemilik gerobak keluar dari dalam Masjid, hingga akhirnya Hilal tertidur pulas.
Begitu juga Halal dan Rizka tidak memperhatikan orang yang sedang tertidur menanti mereka keluar, karena memang pintu keluar antara pria dan wanita memang berbeda.
Hilal terbangun lantaran suara handphone nya berbunyi.
"Wa'alikum Salam,...Ya Mir, ada apa?" Hilal mengangkat telepon dari admin kantor nya.
"Oke saya segera ke kantor, walaikum salam." Tutup Hilal.
Ia langsung meninggalkan masjid dan gerobak yang terparkir sudah tidak terlihat lagi. Karena ada urusan mendesak Hilal tidak sempat lagi untuk mencari mereka.
Sedangkan Halal dan Rizka masih terus mencari barang bekas, beberapa rumah dan warung sudah mereka datangi, nampak gerobak pun sudah penuh terisi.
"Kita langsung ke lapak Cak Darsim," ajak Halal.
Mereka langsung menuju ke lapak Madura, tempat dimana Halal sering menjual barang bekasnya.
"Assalamualaikum."
"Walaikum salam." Jawab Cak Darsimun yang sedang memilah dan mengikat barang-barang bekasnya.
"Tumben, biasanya tiga hari sekali, ini udah langsung jual aja."
"Iya, lagi ada keperluan Pak."
"Yaudah tunggu sebentar, biar tak timbang dulu.
Sambil menunggu Cak Darsimun menimbang, Halal mengeluarkan handphone-nya, dia mencoba chat distributor percetakan Al-quran yang tadi pagi mereka lalui.
^^^Assalamualaikum^^^
^^^salam kenal, saya Halal,^^^
^^^kak, mau tanya, untuk daftar^^^
^^^jadi kemitraan bagaimana yah?^^^
^^^Tadi kami dapat info^^^
^^^di depan kantor kakak^^^
^^^Mohon info-nya kak^^^
^^^Terimakasih, assalamualaikum^^^
*Kemitraa***n **Qur'an
Wa'alikum Salam
bener kak, salam kenal
saya Miftah, terimakasih sudah
hubungi kami, untuk kemitraan
silahkan aja Kakak datang ke kantor
setiap hari kerja, nanti kami jelaskan
cara kerjanya dan sistem bagi hasilnya.
Sekedar informasi saja, bahwa
pendaftaran itu Gratis.
Kami tunggu kedatangan kak Halal.
Wassalam.
^^^Ada batas waktu^^^
^^^pendaftarannya kak?^^^
Kemitraan Qur'an
Untuk batas waktu
tidak ada kak.
^^^oke, Terimakasih^^^
^^^informasinya kak.^^^
Kemitraan Qur'an
Sama-sama.
Halal langsung beri tahu Rizka, tentang kemitraan Percetakan Al-quran.
"Riz, nanti kalo kita libur, kita disuruh datang ke kantornya langsung untuk jadi kemitraan,"
"Iya Lal, moga rezeki yah .."
"Amin."
Di ikatan dan timbangan terakhir, Cak Darsimun datang menghampiri mereka.
"Neng, semu total, kardus, botol, sama barang-barang lain, uangnya Tiga Ratus Delapan puluhan Ribu." Cak Darsimun memberikan uang tersebut ke Halal.
"Terimakasih Pak."
"Sama-sama."
"Assalamualaikum Pak..."
"Wa'alikum Salam."
Mereka pulang saling beriringan, berlawan dengan fajar yang sudah terbenam di ufuk Barat.
...----------------...
Ketika mereka pulang dan melalui warung, tiba-tiba lelaki paruh baya menghentikan langkah mereka.
"Neng, tadi ada orang tinggi, putih, ganteng nyariin, dia nanya rumah Neng Halal, tadi siang."
"Siapa ya Pak?"
"Dia nggak nyebutin nama, tapi dia kata temen kerja neng, terus dia ke rumah langsung, nggak tahu dah abis itu dia kemana."
"Temen kerja? Ganteng, putih, tinggi siapa yah Riz?!"
"Kang Arza kali Lal."
"Kalo kang Arza enggak tinggi kan."
"Yaudah nanti aja di rumah kamu kita pikirinnya."
"Terimakasih yah Pak."
"Sama-sama Neng."
Sambil menujuh rumah, Halal dan Rizka bertanya-tanya, siapa temen kerja yang Datang ke rumah.
"Siapa yah?" Halal masih bertanya-tanya, sambil menaruh gerobaknya.
"Ah, biarin aja." Bantahnya.
Halal menemui Rizka yang sudah duduk di atas balai bambu.
"Alhamdulillah, hari ini dapet Tiga Ratus Delapan Puluh Ribu," Rizka mengambil uang dari sakunya.
"Ini kamu pegang Dua Ratus Ribu, aku biar Seratus Delapan Puluh Ribu."
"Nggak usah Lal, kamu yang Dua Ratus Ribu, aku yang Seratus Delapan Puluh Ribu, karena kamu yang capek, bawa gerobak."
"Nggak apa, aku masih ada simpenan dikit, untuk kamu aja yang Dua Ratus Ribu-nya, aku yang Seratus Delapan Puluh Ribu." Halal menggeser uang.
"Bener nih? Nggak apa? Ikhlas?!"
"Nggak apa, aku ikhlas."
"Jadzakumullah ya Lal, moga dapetin jodoh orang baik dan kaya raya serta bahagia."
"Amin."
"Bukan aku nggak cinta nih Lal, berhubungan sudah jam Empat, aku pulang dulu yah, belum sholat Ashar juga."
"Sama, aku juga mau mandi dulu baru sholat."
"Assalamualaikum."
"Wa'alikum Salam."
Mereka terpisah, setelah membagi hasil kerja mereka seharian, walau di pikiran Halal masih menyimpan tanda tanya, siapa lelaki tinggi, putih, ganteng.
Bukan hanya Halal, Rizka pun mendapat informasi yang sama, dari seorang Ibu yang ia melintas di depan rumahnya.
"Neeeng...Neeeeng!!" Suara dari balik warung, Rizka mencari sumber suara muncul perempuan bertubuh tambun dengan rambut se-pundak menghampirinya.
"Iya Bu, ada apa?!"
"Aduh Neng, tadi ada temen neng kaya artis, gwuaaangteng nya, Ibu kasih tahu aja rumah Eneng, dan ibu jelasin kalo Eneng Rizka itu anak yatim-piatu, Ibu neng baru meninggal sama temen neng itu."
Sama seperti Halal, Rizka pun bertanya-tanya siapa yah? Lelaki ganteng yang mencari-nya.
"Ibu tau siapa dia? Tau namanya?!"
"Ituu diaaa Neng, Ibu lupa nanya siapa namanya, pokoknya tinggi, ganteng mirip Ustadz Jefri Al-Buchori,"
Bikin beban pikiran Rizka lagi, sosok pria mirip Ustadz Jefri Al-Buchori.
"Oh yah Neng, dia bilang temen kerja Eneng."
Nambah PR lagi, clue yang sama, ganteng, tinggi, teman kerja, mirip dengan apa yang ia dengar ketika ke rumah Rizka tadi.
"Terimakasih yah Bu."
"Sama-sama Neng."
Sepanjang jalan menuju rumah dia terus mencari tahu dan menerka-nerka teman kerja, tinggi.
"Apa iya Ustadz Iskandar?! Ah, tapi ngapain juga?!"
"Atau Pak Hilal? Pak Hilal lagi, apa iya dia mau masuk gang kaya gini?! Sudah-lah, biar nanti juga ketauan siapa.
Halal dan Rizka mendapatkan kabar yang sama, tentang orang yang mencari mereka dengan ciri yang sama.
Sehabis sholat Isya, Rizka kembali ke rumah Halal, untuk sekedar melepas lelah dan berbagai cerita, dan saling menguatkan satu sama lain, kebetulan juga ada pembahasan tentang hal yang sama, lelaki yang datang ke rumah mereka.
"Lal, sepulang aku dari rumah kamu, warung di sebelah aku ngasih tahu, kalo ada orang yang nyariin, dan ciri-cirinya sama."
"Semoga besok ada kabar-nya siapa yang cari-cari kita, sepenting itu kah kita? Haha...sudah jadi selebritis dicari-cari."
"Mulaaaaaaai bercanda...."
"Yah Abis kalo kita pikirin bikin sakit kepala, dan ngeduga-duga doang, tapi yang buat aku bertanya, ada apa nyariin kita berdua? Itu aja sih."
kalo kita pandai bersyukur,apapun yg Alloh kasih,akan terasa nikmat
kefakiran tidak menjadikan kalian kufur nikmat
Rizk & iskandar🥰🥰