Arrabella terbangun dan statusnya sudah menjadi istri seorang pria. Yang Ella tahu, dia menghadiri acara pernikahan sahabatnya, tapi dia tidak mengingat kejadian selanjutnya sama sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon author Yura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Ella mendorong tubuh Jason namun tak membuat pria itu melepaskannya. Kali ini Ella tak habis ide. Dia menggigit lengan Jason, membuat pria itu berteriak dan langsung melepaskannya.
"Apa kau sudah gila?! Kenapa menggigit ku?" Jason mengusap-usap lengannya. Terlihat jelas bekas gigitan Ella menempel di lengannya.
"Itu karena kau sudah keterlaluan. Mulai sekarang, aku ingin semuanya jelas. Kau harus tahu jika pernikahan ini hanya suatu jebakan yang dilakukan oleh asisten mu dan juga temanku." Ella membalikkan tubuhnya bermaksud keluar dari kamar.
"Kau mau kemana?!" seru Jason.
"Membawa pembuktian padamu. Aku akan membawa Billy dan Yumna ke hadapan mu!" Ella dengan mantap melangkah keluar.
Jason sedikit cemas. Dia langsung berjalan cepat menyusul Ella. "Aku tidak mengizinkanmu pergi, ini sudah malam!" seru Jason mempercepat langkahnya.
Namun Ella tak mengindahkan dan terus berjalan cepat. Dia harus membuktikan jika pernikahan ini seharusnya tak terjadi. Lagipula gadis yang Jason cintai juga kembali hadir dalam hidupnya. Bukankah jika memaksakan pernikahan ini, hanya akan memperburuk keadaan? Ella tidak ingin hidupnya terus di kekang oleh pria seperti Jason.
"Aku tidak perduli! Aku tidak mau selalu di tindas olehmu! Kau pria kejam, egois dan masih banyak lagi. Pokoknya semua yang buruk-buruk ada padamu!" sungut Ella kesal.
Jason mendelik mendengarnya. 'apa seperti itu aku di matanya? Apa tidak ada kebaikan satupun yang ada padaku?' Jason syok mendengarnya. Pria itu terus berjalan mengikuti Ella.
"Kalau begitu biar aku yang mengantarmu. Ini sudah malam," ucap Jason.
"Tidak perlu. Aku bisa memesan taksi," tolak Ella.
Jason tak habis ide. Pria itu menyunggingkan semirik senyumnya. "Akhir-akhir ini banyak penculik bermodus menjadi sopir taksi. Dan korbannya kebanyakan di mutilasi, apa kau tidak takut?"
Ella langsung menghentikan langkahnya. Dia menelan ludahnya merasa negeri mendengarnya. Melihat hal itu, Jason yakin jika itu membuat Ella pasti takut dan akan menerima tawarannya.
"Kau pasti berbohong kan?" Ella menatap Jason. Pria itu berjalan mendekat ke arahnya.
"Lihatlah di berita, aku berbohong apa tidak!"
Ella terdiam. Dia menjadi ragu untuk memesan taksi.
"Jadi, bagaimana? Mau ku antar, tidak?" tanya Jason.
"Bukankah kau juga tidak tahu dimana rumah Billy? Yang tahu persis dimana rumahnya itu hanya Aku." Jason merasa paling hebat.
Ella menghela napas panjang. Apakah dirinya harus menerima tawaran Jason? Ella merasa bingung. Di satu sisi dia ingin semuanya cepat selesai, namun disisi lain Ella sangat enggan berdekatan dengan pria menyebalkan itu.
"Yasudah, kalau begitu antarkan aku!" Ella mengerucutkan bibirnya.
Jason tersenyum penuh kemenangan. Ella pun akhirnya pergi dengan di antar oleh Jason.
"Kau lihat saja nanti, aku mau semuanya segera selesai setelah Billy menceritakan yang sesungguhnya. Aku mau kau melepaskan ku," ucap Ella.
Jason mengeratkan pegangannya pada kemudi mobilnya. Tak suka jika Ella selalu saja ingin pergi darinya.
"Apa aku begitu buruk menurutmu, sehingga kau ingin segera ku lepaskan?" tanya Jason pelan.
Ella terdiam sejenak dan menatap Jason sekilas. Dia tidak tahu apa yang diinginkannya. Sejujurnya ada sedikit rasa tak ingin pergi. Tapi mengingat Jason begitu perhatian pada Alexa, membuat hatinya merasa tak nyaman. Dia tidak ingin melihat hal itu lagi dan ingin sekali pergi menjauh darinya.
"Ya, kau sangat buruk. Kau bermain dengan banyak wanita. Kau... Kau pria yang begitu egois, kejam dan...."
'dan entah kenapa, semua perlakuan mu padaku malah membuatku merasa sedikit nyaman. Wanita mu sudah kembali, dan kau sangat mencintainya. Bahkan semua tentang Alexa kau simpan begitu rapi di dalam ruangan khusus.' Ella merasa sedih.
"Sial! Apa sebenarnya yang ku pikirkan. Dia ini pria menyebalkan yang pernah ada!" gumam Ella dengan suara keras sehingga Jason mendengarnya. Jason hanya terdiam.
"Jason, jika semuanya terbukti aku hanya korban dalam pernikahan jebakan ini, apa kau akan melepaskan ku?" tanya Ella, kini dia menatap Jason dengan begitu serius.
Jason semakin mengeratkan pegangannya. Menurutnya itu adalah pertanyaan bodoh. Mana mungkin dia akan melepaskan seseorang yang mampu membuat tubuhnya bereaksi dengan sempurna? Selain itu, Jason mulai merasa ada yang aneh ketika sehari saja tak melihat Ella.
"Tentu tidak," jawab Jason dingin.
"Apa! Kenapa tidak mau melepaskan ku? Kau kan sudah punya Alexa di sampingmu. Bukankah Alexa gadis yang memenuhi seluruh ruangan khusus di rumahmu? Kau sangat mencintainya, bukan? Dia sudah kembali dan kau bisa melepaskan ku," ucap Ella pelan. Entah mengapa mengatakannya membuat dadanya terasa begitu sesak. Ella langsung menundukkan kepalanya.
Jason hanya terdiam mendengarkan semua ucapan Ella. Entah mengapa, rasanya dia ingin menarik Ella dan memeluknya dengan erat, sehingga gadis itu diam dan tak meminta untuk di lepaskan. Namun Jason lebih memilih fokus mengemudi dan tak merespon ucapan Ella.
"Kita sudah sampai," ucap Jason datar. Pria itu langsung menghentikan mobilnya di halaman sebuah perumahan elit.
Ella menghela nafas dan segera turun. Keduanya lantas berjalan beriringan menuju ke depan pintu rumah itu. Ella beberapa kali mengetuk dan menekan bel pintu rumah itu, namun belum ada respon dari sang pemiliknya.
"Apa kau yakin jika ini rumah Billy? Kau tidak sedang membohongi ku, bukan?"
Jason menatap malas pada Ella. Gadis itu selalu saja menuduhnya sebagai pria yang begitu buruk.
"Aku tidak berbohong, Ella. Ini memang rumah Billy sepanjang yang ku tahu," ucap Jason. Pria itu pun berjalan mendekat dan ikut mengetuk pintu itu dengan keras, berteriak memanggil Billy dengan sesuka hatinya.
Ella menutup telinganya merasakan suara Jason yang hampir memecah gendang telinganya. "Kau ini bisa memelankan suaramu, tidak?! Telingaku mau meledak, kau tahu?!" sungut Ella kesal. Dia mengerucutkan bibirnya.
Jason menelan ludahnya ketika melihat bibir Ella yang terlihat begitu menggemaskan. Dia malah merasa jika Ella sedang menggodanya.
Jason segera mengalihkan pandangannya. Dia tidak ingin menerkam Ella di tempat yang tidak tepat.
"Apa kalian mencari pemilik rumah ini?" tanya seseorang yang datang menghampiri mereka. Dia adalah salah satu tetangga sebelah.
"Benar, apa kau tahu kemana pemilik rumah ini?" tanya Jason.
"Pemilik rumah ini sudah pindah dari dua hari yang lalu. Dia menitipkan kunci ini pada seseorang bernama Jason. Apa kau yang bernama Jason?" tanya pria itu.
"Ya, aku Jason."
Pria itu pun memberikan kunci rumah itu pada Jason dan langsung pergi.
Ella terdiam di tempatnya dengan sedikit rasa kesal. Seandainya kemarin dirinya tidak pingsan, pasti semuanya sudah terkuak dan mungkin dirinya sudah bebas dari Jason. Sekarang Ella bingung bagaimana cara dirinya bisa kabur dari pria ini.
Jason berbalik dan menatap Ella yang mematung di tempatnya. Jason sedikit menyunggingkan senyum.
"Kau dengar, bukan? Billy telah pergi. Sepertinya dia kabur," ucap Jason santai. Dia lalu membuka pintu rumah Billy dan memasuki rumah itu.
Ella menyusul Billy dengan langkah panjangnya. Dia begitu kesal pada pria ini. Rasanya dia ingin mencengkeram pria ini dan memukulinya membabi-buta.
"Ini pasti rencana mu kan?"
"Bagaimana kau bisa mengatakan jika ini rencanaku? Kau lihat sendiri kan, bahkan aku yang membawamu ke rumahnya ini? Sekarang terimalah nasibmu yang akan menjadi istriku selamanya," ucap Jason terlihat senang.
'tidak! Ini harus segera di selesaikan.' tiba-tiba Ella terpikirkan sesuatu.
"Aku akan membayar semua hutang-hutang ayahnya Yumna, jadi aku kau bisa segera melepaskan ku," ucap Ella membuat Jason mengerutkan keningnya.
"Kau mau membayarnya? Bagaimana kau akan melakukannya?" Jason meremehkan.
Ella membuka tas kecilnya dan mengambil sebuah kartu black card miliknya. "Dengan ini." Ella merasa bodoh karena tak pernah terpikirkan sejak awal.
Jason terkejut darimana Ella bisa memiliki sebuah black card, sementara miliknya masih tersimpan di dompetnya.