" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pantas saja
Situasi dalam kamar itu tiba tiba aneh, keduanya saling menatap, seakan sama sama ingin tau apa yang sesungguhnya di pendam dan di rasakan.
" Aku keterlaluan Mega.." ujar Wira dengan suara yang benar benar membuat Mega mengingat sosok Wira sepuluh tahun yang lalu,
" kau tidak keterlaluan, aku memang pantas kau perlakukan seperti itu.." jawab Mega,
" mungkin kau benar, kau sudah menghancurkan hatiku,
Tapi entah kenapa, aku kacau saat melihatmu tidak berdaya..
Apakah rasa sakitmu itu timbul karena ucapanku padamu Mega?"
Mega diam, ia membuang pandangannya ke arah lain, menghindari tatapan Wira.
" Mega.."
" cukup mas, jangan panggil aku dengan suara yang selembut itu,
Jangan perlakukan aku baik,
Jangan perduli padaku," ujar Mega,
" aku tersiksa," rasa sedih tiba tiba saja mendesak Mega, hingga air mata mulai jatuh di sudut matanya.
Wira membisu, ia tau benar apa yang di bicarakan Mega,
Ia tau benar kenapa Mega melarangnya.
" Kau kira aku tidak?" suara Wira membuat Mega semakin kacau.
" Pergilah mas, aku ingin beristirahat..!" Mega bangkit dari tempat duduknya, namun Wira menariknya hingga duduk kembali.
" jujurlah padaku?
Apa kau bahagia dengan pernikahanmu?" Wira memegang kedua lengan Mega, pertanyaan yang benar benar menusuk hati Mega.
" Itu bukan urusanmu mas!" jawab Mega tegas, namun dengan air mata yang meleleh melewati pipinya.
" apa yang kau sembunyikan Mega? Apa yang kau sembunyikan?" tanya Wira memegang wajah Mega, memaksa Mega untuk menatapnya.
Namun bukannya menjawab, tangis Mega malah semakin deras.
Tanpa pikir panjang Wira memeluk perempuan di hadapannya itu.
Di peluknya erat,
Di dekap perempuan itu dalam lindungannya.
Sementara di luar, Kakung dan uti hanya bisa diam dan saling memandang.
Mereka tau, kalau kondisi Mental Mega sesungguhnya tidak sedang baik baik saja,
Karena itu Kakung selalu menyuruh Wira untuk datang kerumah, berharap agar Wira mampu membuat Mega melupakan segala kesedihannya.
" Sejak awal kau datang, aku sudah membaca keresahan di matamu,
Kau seperti gelisah akan sesuatu,
Kukira itu bukan urusanku, karena hubungan kita sudah lama kau akhiri,
Tapi makin lama kau disini, makin aku goyah..
Tidak hanya kau,
Aku pun resah,
Aku pun gelisah..
Aku pun kebingungan dengan apa yang sesungguhnya kurasakan.
Aku ingin membencimu Mega,
Ingin kau merasakan apa yang kurasakan selama sepuluh tahun ini,
tapi semakin kudorong diriku untuk membencimu, semakin tersiksa hatiku.." wira melepaskan pelukannya,
" dinding yang ku bangun.. Sudah runtuh, kau begitu menggoyahkan ku Mega.." Wira menghapus sisa air mata di sudut mata Mega.
Mega menyentuh tangan Wira yang sedang berada di wajahnya itu.
" Kau berhak bahagia mas.." suara Mega lirih,
" menikahlah dengan perempuan lain," imbuh Mega, membuat raut wajah Wira dari sayu, berubah menjadi serius.
" aku sungguh bersalah padamu, aku memaksamu berjanji bahwa tidak boleh ada perempuan lain selain aku,
Tapi kenyataannya..
Aku malah mengingkari janji itu,
Aku malah menikah dengan orang lain.." dan sekarang Mega terisak, rasa bersalahnya menumpuk numpuk di dada.
Lama perempuan itu menangis di pelukan Wira, hingga perempuan itu lelah, Wira membaringkan Mega di atas tempat tidur.
" Tidurlah.." Wira memutuskan untuk tidak memperpanjang pembicaraan diantara dirinya dan Mega, karena semakin dalam Wira bicara, semakin banyak air mata Mega yang tumpah, Wira sungguh tidak tega.
" Kalau kau sudah benar benar pulih, ayo jalan jalan denganku, aku belum mengucapkan terimakasih atas bantuanmu,
Barang yang kau pilih untuk Bu Dansat sungguh membuat Bu Dansat senang, beliau bahkan bertanya dimana aku membelinya,"
mendengar itu Mega mengangguk,
" sekarang kau boleh tidur Mega, aku akan pulang.." ujar Wira sembari menyentuh pipi Mega, membelai pipi itu dengan lembut dan hati hati.
Mega tidak menjawab, namun tatapannya seakan tidak rela Wira pergi.
" kenapa Mega, kau ingin kutunggu sampai kau tertidur?" tanya Wira,
Mega masih tidak menjawab, namun ia segera membalikkan tubuhnya, membelakangi Wira.
Melihat itu Wira tersenyum, ia masih ingat betul kebiasaan tidur Mega yang meringkuk.
" kau masih tidur seperti itu rupanya.." gumam Wira.
Sesampainya di rumah, Wira langsung masuk ke dalam kamarnya.
Namun tidak lama ibunya itu membuka pintu kamarnya.
" Bagaimana kondisi Mega?" tanya asri pada putranya.
" membaik Bu," jawab Wira.
" kau itu jangan ketus ketus pada Mega," ujar ibunya,
" aku tidak bu," jawab Wira sembari melepas kaosnya,
" tidak bagaimana, kau itu galak pada Mega sekarang?!" protes ibunya.
" Itu kan kemarin kemarin Bu,"
" lalu sekarang?!"
" mana tega aku, Mega sedang sakit," Wira mengambil kaos putih polos di lemari lamanya, dan memakainya.
" jadi kalau Mega sudah sembuh kau galak lagi?"
" tidak Bu, aku sudah minta maaf padanya atas sikapku," Wira menatap ibunya yang berdiri di depan pintu itu.
" Sepertinya memang benar, kalau Mega itu sedang bermasalah dengan suaminya.." ujar ibunya, membuat Wira berjalan mendekati ibunya.
" Gosip dari mana lagi Bu? Wira kan sudah bilang, jangan terlalu lama kalau belanja di Bu Wiwin, setelah belanja pulanglah, supaya ibu tidak mendengar gosip gosip yang tidak bisa di pertanggung jawabkan?" Wira menasehati ibunya.
" Huss..! Ibu ini tidak bergosip!"
" lalu? ibu.. Katanya ibu menyayangi Mega..?"
" tentu saja ibu menyayangi Mega!"
" lalu kenapa ibu malah ikut membicarakannya?"
" ini ibu dengar dari Kakung sendiri, bukan gosip!" tegas ibunya, membuat Wira terdiam.
" Kata Kakung Mega itu kabur, itu karena ia sudah tidak tahan lagi dengan situasi disana,"
Wira masih tidak percaya mendengar apa yang di katakan ibunya.
" Karena itu Kakung berharap kau menjaga Mega,
Mega pasti tertekan sekali,
Pantas saja, saat kutanya soal suaminya, ia hanya menjawabnya sekilas, dan seperti tidak nyaman.."
" ibu tidak membohongi Wira bukan?" tanya Wira menatap ibunya serius,
" edan kau Wira, buat apa ibu berbohong padamu?!"
mendengar ucapan serius dari ibunya itu Wira mundur, ia terduduk di atas tempat tidurnya.
Pantas saja..
Batin Wira,
Setiap Wira bertanya tentang suaminya, Mega terlihat sedikit aneh,
Pantas saja, setelah sepuluh tahun tidak pulang kesini, dia malah tiba tiba pulang tanpa di dampingi suaminya.
jadi terpaksa saya buat yg baru.. hikhikhiks..
bingung ini gmn caranya nerusin novelnya.. judul ini keputus..😢🙏
Bau2nya Wira bakal diinterogasi Mega 😂