Evelyn hanya seorang gadis desa yang pergi merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Beruntung sekali karena dia mendapat pekerjaan di Mansion Revelton, keluarga kaya nomor satu di Spanyol.
Namun siapa sangka ternyata kedatangannya malah membawa petaka untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sepuluh
Clara berdiri dan menatap wajah suaminya dengan bingung, "Lalu bagaimana ini?"
Keineer menangkup wajah Clara seolah dia menyesal, "Maaf Sayang, kita lanjutkan nanti malam ya."
Terlihat raut kekecewaan dari wajah Clara, tapi wanita itu tetap mencoba untuk tersenyum. Padahal ini sudah tanggung-tanggungnya.
"Baiklah, tidak apa-apa." ucapnya mencoba untuk mengerti. Sama seperti Keineer yang selalu mengerti dengan kesibukannya.
"Kalau begitu aku keluar dulu, aku akan menyiapkan baju untukmu."
... ---...
Keineer pergi dengan tergesa, lagi-lagi tak biasanya dia seperti itu. Bahkan Keineer sampai melewatkan sarapannya padahal Clara sudah menyiapkannya.
Tapi Clara mencoba untuk memakluminya, "Hati-hati, aku akan menunggumu pulang."
Keineer mengangguk kemudian meninggalkan kecupan singkat di bibir istrinya.
"Akan ku usahakan untuk pulang lebih cepat."
Clara melambaikan tangannya saat mobil suaminya mulai meninggalkan pekarangan mansion. Wanita itu pergi ke dapur untuk memanggil Madam Ling.
"Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?"
"Dimana Eve? Kenapa dia belum datang ke rumah utama?" cecar Clara karena tidak mendapati keberadaan pelayan pribadinya. Dia akan meminta gadis itu untuk melayaninya mandi.
"Anu Nyonya sebenarnya.. Eve sudah tidak bekerja disini."
"Hah?"
"Tuan sudah memecat Eve."
"Kenapa begitu? Aku sudah meminta suamiku untuk tidak memecatnya."
"Gadis itu bilang dia melakukan kesalahan yang membuat Tuan marah."
"Astaga, kasihan gadis itu. Lalu kenapa kau tidak menghubungiku? Bukankah aku sudah menitipkan dia padamu?" Clara jadi cemas.
"Maafkan saya, Nyonya."
"Kapan itu terjadi?"
"Tepat di malam tadi, Nyonya. Saya sudah meminta dia untuk tinggal tapi Eve bersikeras untuk pergi malam itu juga."
"Apa Eve memberitahumu dia akan pergi kemana?"
"Tidak, Nyonya." Madam Ling menunduk tanda menyesal.
"Astaga, ada apa dengan Kein apa dia tidak tahu gadis itu sedang membutuhkan pekerjaan. Lagipula kesalahan apa sampai membuatnya marah dan memecat Eve. Dia gadis yang polos."
Ingin sekali Clara menghubungi Keineer dan menanyakan sebab apa yang membuat Keineer tega memecat Eve.
"Aku akan bertanya saat dia pulang." putus Clara saat mengingat suaminya yang katanya harus mengikuti rapat penting.
----
Bukannya pergi ke perusahaan Keineer justru membelokan arah mobilnya menuju ke apartemen tempat dimana Eve tinggal. Sebelum turun Keineer membuka jasnya supaya tidak terlihat terlalu formal.
Sesampainya di depan penthouse, Keineer memasukan passcode dan akhirnya pintu besi itu terbuka dengan lebar. Keineer membawa langkah lebarnya saat mendengar suara dari arah dapur dan ternyata ada Carol yang sedang menyiapkan sarapan.
"Dimana Nonamu?"
Carol berjingkat kaget karena dia memang tidak menyadari kedatangan Keineer.
"Selamat pagi, Tuan." sapa Carol yang langsung menundukan kepalanya.
Keineer terlihat tidak peduli, pria itu melenggang pergi begitu saja. Membuat Carol menghela nafas panjang, "Bukankah Tuan terlalu dingin untuk berselingkuh?" lirihnya.
Sementara itu Keineer naik ke lantai dua, kedua kakinya melangkah menuju ke satu-satunya ruangan yang ada yaitu kamar kekasihnya. Saat membuka pintu hidung Keineer mencium wangi sabun dari dalam kamar mandi.
Pria itu tersenyum miring, buru-buru ia membuka sepatu dan menerobos masuk ke dalam. Seketika Keineer mematung saat kedua matanya menangkap sebuah pemandangan yang indah di depan sana.
Kekasihnya itu sedang berdiri dibawah guyuran air shower tanpa busana membuat pedang tumpulnya yang semula sudah tertidur langsung berdiri tegak menantang.
Eve sendiri masih belum menyadari keberadaan Keineer, gadis itu terlihat asyik bermain air. Di desa sana mana ada air shower seperti ini. Sebut saja dia kampungan. Saat tubuhnya berputar Eve sangat terkejut saat mendapati tubuh tinggi Keineer yang sudah berdiri di belakangnya.
"Aaaaa..." Eve reflek berteriak. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutup kedua buah daadanya.
"Kau malu, Sayang?" suara Keineer terdengar serak. Kemeja dan celananya sudah basah kuyup.
"Tuan.." lirih Eve malu.
Mendengar suara kekasihnya Keineer langsung membungkam mulutnya dengan ciuman sampai membuat Eve sedikit berontak karena tidak siap. Tapi Keineer tidak tinggal diam, satu tangannya yang besar dan berotot itu langsung mengunci pergerakan gadisnya sampai tidak bisa berkutik.
Sementara satu tangannya lagi ia gunakan untuk memainkan pucuk payuudara Eve sampai membuatnya melenguh tanpa sadar.
"Kau menikmatinya, biitch?"
Rasanya begitu sakit saat mendengar Keineer memanggilnya seperti itu, tapi Eve juga tidak munafik jika dia memang menikmati ini, sebuah rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Keineer menurunkan tangannya dan mulai bermain di bawah sana. Dia menekan sesuatu dan memutarnya perlahan dan lagi-lagi Eve menjerit tertahan.
"Berteriaklah, tidak akan ada yang mendengar." bisik Keineer lembut.
Saat Eve hampir mendapatkannya, Keineer malah berhenti yang mana membuat Eve terlihat seperti orang bodoh, wajahnya begitu gelisah.
"Keluarlah!" usir Keineer tanpa merasa bersalah.
Eve hanya diam dengan kedua mata yang menatap Keineer.
"Apa ada yang salah?" tanya Keineer kemudian.
Buru-buru Eve menggelengkan kepalanya, tangannya meraih bathdrobe kemudian berlari keluar.
Bohong jika Keineer tidak tergoda dengan kemolekan tubuh Eve, buktinya sekarang dia sedang merendam pedang tumpulnya di dalam bathup. Padahal dia bisa saja menuntaskan hasratnya saat itu juga.
"Siaaal!" keluh Keineer karena pedang tumpulnya tak kunjung jinak.
kok tamat sihh ??
harap Carol membantu Eve mengumpul harta untuk masa depannya,jika Eve di buang, dia tidak terlunta lantung, kerana Kiener yang merusakkan masa depan Eve