Harap bijak dalam membaca.
kesamaan nama keadaan atau apapun tidak berkaitan dalam kehidupan nyata hanya imajinasi penulis saja.
Seorang wanita muda kembali ke tanah kelahirannya setelah memilih pergi akibat insiden kecelakaan yang menimpanya dan merenggut nyawa sang Kakek.
Setelah tiba ia malah terlibat cinta yang rumit dengan sang Manager yang sudah seperti Pria Kutub baginya. Belum lagi sang Uncle dan mantan kekasih yang terus mengusik kehidupan asmaranya.
Lalu di mana hati Alice akan berlabuh? Dapatkah Alice menemukan pelaku pembunuh sang kakek..
Yuk ikutin kisahnya...
jangan Lupa Like Vote Komentar maupun Follow terimakasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanian June, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Masih di lokasi syuting tempat Moza berada.
Langkah kakinya semakin cepat meninggalkan toilet umum untuk kembali ke dalam mobil. Karena terburu-buru ia berjalan sembarangan tanpa melihat jalan dengan benar.
BRUK
"Aduh!" Teriak Moza yang kaget karena menabrak seseorang di depannya. Ia pun lalu memunguti beberapa barang yang keluar dari dalam tas kecilnya di bantu oleh seseorang yang telah bertabrakan dengannya.
"Oh Ponselku!" Paniknya lagi ketika dia menemukan ponselnya juga ikut terjatuh.
Seperti adegan dalam sebuah film yang ia tonton, tangan mereka sama-sama terulur untuk mengambil ponsel Moza yang terjatuh.
Akhirnya tangan mereka saling bertumpu pada ponsel yang terjatuh, otomatis wajah mereka saling bertatapan karena jarak sangat dekat karena sama-sama berjongkok.
Aroma nafas Kristian begitu terasa di indera penciuman Moza.
Pandangan merekapun saling bertemu, mengunci untuk beberapa saat. Bahkan tidak peduli dengan banyaknya orang di sekitar yang lalu lalang.
Sampai ada beberapa pasang mata yang tersenyum menyaksikan satu adegan romantis di hadapannya.
Adegan yang begitu di hayati karena penuh dengan chemistry.
"Wah.. kok aku yang deg-degan ya? Bukannya Pak Kristian sudah punya pacar ya yang kesini tadi." Ucap salah seorang crew
"Duh iya, waktu lalu Moza juga di samperin sama cowok. Aku kir cowoknya juga, gimana ya kalo mereka lihat adegan ini."
Bisik orang-orang di sekitar yang melihat Kristian dan Moza secara langsung.
"Ehem!! Semuanya bubar jangan ada yang berani ambil gambar atau kalian akan berakhir dengan karir kalian!" Seru seseorang yang berpakaian serba hitam dengan aksen topi yang senada.
"Ah maaf saya tidak bermaksud lancang." Ucap Moza gelagapan melepas tangannya dari punggung tangan Kristian. Lalu akhirnya merekapun sama-sama berdiri.
"Iya tidak apa-apa, maaf juga tadi saya tidak lihat jalan. Oiya ini ponsel kamu, untung jatuhnya di rumput jadi tidak pecah. Tapi cek lagi takutnya kenapa-kenapa." Jawab Kristian dengan tenang mencoba menetralisir degupan jantungnya yang berdetak dengan kencang.
"Iya terimakasih permisi." Timpal Moza meraih ponsel dari tangan Kristian lalu ia segera pergi kembali mempercepat langkahnya.
"Ya Tuhan apa-apaan barusan, kenapa hari ini aku begitu sial rasanya jantungku mau copot dari tempatnya. Mana bisa coba ikhlasin kalo masih sering ketemu kayak gini, mana kontraknya masih lama lagi." Monolog Moza di sepanjang perjalanan menuju mobilnya.
Sedangkan Kristian masih terpaku belum beranjak dari tempat nya, di tatapnya dengan nanar punggung Moza yang semakin jauh menghilang dari pandangannya. Bibirnya masih mengulum senyum, di otaknya masih menari-nari terbayang wajah Moza yang berada tepat di hadapannya.
Untung saja dia bisa segera sadar, jika tidak entah bisa saja setan mendorongnya untuk melakukan sesuatu.
Saat bayangan Moza benar-benar menghilang dari pandangannya lalu ia melanjutkan langkahnya ke kedai kafe di sebrang jalan.
Tanpa ia sadari ada sepasang mata yang melihatnya bersama Moza.
Ia hanya tersenyum dengan bahagia, ternyata wanita itu yang telah membuat sahabatnya jatuh hati.
Bersamaan dengan itu laki-laki yang membuat seseorang wanita yang ia temui di toilet sedang diam melamun adalah sahabatnya.
Laura pun akhirnya menghampiri Kristian yang sedang berjalan ke arahnya. Entah rasanya geli namun terbesit satu ide di fikirannya sebelum akhirnya dia menjelaskan apa yang tengah ia lihat tadi.
"Kris! Aku ikut?" Ucapnya yang langsung merangkul lengan Kristian.
Yang di gandeng hanya diam dengan tingkah Laura yang terus bergelayut manja.
"Ngapain kamu tiba-tiba dateng ke indo?" Tanya Kristian yang seakan tidak peduli dengan sikap Laura.
"Ih! Kok kamu pasrah aja sih aku manja-manja sama kamu!" Protes Laura karena mendapati tidak ada respon penolakan dari Kristian.
"Hm.. terserah deh La, aku tahu kok modelan kamu. Lagian aku juga bukan pria idaman kamu. Kamu pasti juga masih berharap sama pandangan pertama kamu." Jelas Kristian yang terus berjalan tanpa menoleh pada Laura.
"Eh! Kamu tau aja sih! Sampai sekarang gak tau aku belum ketemu sama dia. Di belahan bumi mana dia berada kira-kira, aku juga tidak mau terlalu gegabah mencari Kris. Aku mau ikut alur saja, jika jodoh pasti kita bertemu di waktu yang tepat." Ucap Laura yang kini sudah berjalan di sebelah Kristian
"Ya ya ya .. I know that. Oiya kamu belum bilang kenapa kamu lama gak ngasih kabar, tau-tau udah berdiri di depanku." Selidik Kristian dengan wajah serius.
"Waw! Sabar bro, maaf aku terlalu sibuk, gara-gara Vidio yang kamu garap tempo dulu satu persatu brand minta kerjasama bareng. Jadi ya bersyukur aku punya penghasilan baik sekarang. And that aku habis holiday di BALI kemarin terus ingat kamu jadi aku nyamperin kesini. Bukan hal yang susah nyari kamu ya secara sekarang kamu udah terkenal." Jelas Laura panjang lebar.
Yang di jelaskan hanya manggut-manggut saja tanpa merespon. Akhirnya satu pukulan melayang tepat di punggung Kristian.
"Aw! Sakit tau!" Teriak Kristian yang terkejut dengan aksi Laura.
Saat yang sama sang kasir pun hanya menanggapi dengan senyuman yang di tahan. Mungkin baginya apa yang ia lihat seperti pasangan yang begitu asyik, tapi lihatlah kenyataannya mereka hanya sepasang sahabat.
Sedikit cerita, Kristian dan Laura dipertemukan di salah satu daerah di negara Amerika. Kristian yang menempuh studi di sana saat itu tengah menggeluti hobinya sebagai seorang fotografer.
Dia membaca sebuah pengumuman di sosial media bahwa seseorang yang sedang membutuhkan partner untuk editor vidio.
Dengan keisengannya Kristian pun mengajukan lamaran dan ternyata dia di terima oleh Laura.
Kristian tidak terlalu mengharapkan gaji ia hanya ingin imbalan berupa kerjasama.
Sejak saat itu Kristian dan Laura menjadi akrab karena sering mengikuti pameran fotografi dengan Laura sebagai modelnya. Begitupun Laura yang beruntung dengan adanya Kristian bisa membantunya membuat video-video untuk sosial medianya.
Sampai akhirnya ada satu Vidio milik Laura yang di garap Kristian tiba-tiba viral. Begitu bahagianya Laura sampai-sampai dia memperkenalkan Kristian di sosial medianya sebagai fotografer handal.
Dari sanalah Kristian ikut kecipratan mendapatkan job karena Laura. Sampai akhirnya menghantarkan Kristian sampai di titik ini, dimana dia di rekrut langsung oleh Dion sebagai fotografer yang menangani Moza secara langsung. Tidak tanggung-tanggung upah yang di berikan Dion pada Kristian bisa terbilang cukup fantastis menurutnya.
Awalnya Kristian kaget ketika mengetahui bahwa orang yang spesial bagi Dion adalah orang yang sama dengan wanita yang di dambakan Kristian.
Namun seiring berjalannya waktu Kristian sadar bahwa dia harus merelakan dambaan nya bahagia bersama orang yang sejajar dengannya, setidaknya tidak serba kekurangan.
Kembali ke kedai kopi
Dimana Kristian terlibat obrolan yang asyik dengan Laura seperti kenangan dulu. Meski mereka berlawanan jenis namun tidak membuat mereka saling menaruh hati.
Mereka saling support untuk karir dan kehidupan pribadi masing-masing.