Antara Takdir Dan Harga Diri.

Rumah sakit Agung Mangandara.

Pintu ruang operasi terbuka, seorang wanita cantik jelita berambut panjang sebatas bawah bahu, berbadan tinggi seratus tujuh puluh centimeter, berkulit putih bersih, berhidung mancung, keluar dari ruang operasi itu.

Suara tapak demi tapak sepatu nya terdengar menggema di lorong rumah sakit, hingga tiba di sebuah ruangan bertuliskan "Ruangan dr Anastasya" .

Setelah dia memasuki ruangan itu, di lepas nya jas putih nya, di kaitkan kesebuah kapstok, lalu di hempaskan nya pantat nya di sofa, sambil menghembuskan napas panjangnya.

Setelah melakukan operasi pemasangan ring jantung selama enam jam tanpa henti, membuat gadis itu merasa lelah bukan main.

Dokter Anastasya adalah dokter termuda lulusan Jerman, yang sudah meraih magister bidang kedokteran khusus bagian bedah di usia dua puluh tahun.

Sekarang di usia dua puluh dua tahun, Disamping sebagai ahli bedah terkemuka, dia juga di percayakan oleh kakek nya memimpin rumah sakit milik kakek nya itu.

Dokter Anastasya, meskipun cantik jelita tiada tara, dan menjadi incaran banyak pria, tetapi tidak satu pun yang berhasil mengusik hati nya, bahkan berteman akrab dengan nya saja tidak, hal itu dikarenakan dara cantik jelita ini sangat tegas, bahkan super judes, serta sangat arogan. Mungkin darah sang kakek yang sangat arogan itu menurun kepada nya.

Itulah salah satu faktor yang membuat pria tidak ada yang berani mendekati nya.

Dara cantik jelita ini selalu ingin di hormati dan di utamakan, namun sangat membenci sifat penjilat, sehingga tidak ada celah sedikitpun bagi pria untuk memasuki hidup nya.

Di usia yang baru dua puluh dua tahun ini, kesuksesan karier mulai dia raih dalam genggaman tangan nya, apa yang dia impikan semenjak kecil menjadi dokter ahli bedah, sudah dia dapatkan, bahkan menjadi pemimpin tertinggi rumah sakit itu, membuat dara ini tidak pernah tahu apa itu cinta asmara diantara remaja.

Banyak para pemuda mencoba menjilat di depan nya, hanya demi bisa mendapatkan sedikit simpati nya, namun harus terdepak dan menerima kekecewaan.

Bukan nya tidak ada yang saking patah hati nya, sampai menjadi dendam, tetapi dara ini bukanlah arogan tanpa kenyataan, dia seorang pemegang sabuk hitam Taekwondo, akhirnya para pemuda yang tertarik kepada nya, mundur satu persatu.

Rumah sakit AM merupakan rumah sakit swasta yang menjadi salah satu rujukan rumah sakit lain nya, dalam hal operasi, karena disamping peralatan nya yang sangat lengkap, fasilitas kelas satu, juga tenaga ahlinya yang banyak.

Perlahan dara itu bangkit, mengeluarkan handphone dari saku baju nya, lalu mengaktifkan nya, karena sudah biasa jika sedang ada operasi, dia akan pasang mode penerbangan agar tidak terganggu.

Setelah handphone nya aktif, terlihat Sederat pesan dan panggilan tak terjawab, terutama dari sang kakek nya.

Kakek nya itu, meskipun sudah berusia diatas tujuh puluh tahun, namun masih terlihat beberapa puluh tahun lebih muda dari usia sesungguh nya, dan masi aktif memimpin perusahaan keluarga mereka.

Sudah beberapa kali, orang tua itu mendesak Anastasya untuk segera menikah dengan pria pilihan nya, namun dara itu menolak dengan berbagai alasan..

Kakek nya memiliki empat orang putra, dan semua putra nya sudah memiliki perusahaan sendiri sendiri, dan ayah Anastasya adalah putra ketiga kakek nya.

Kakek nya memiliki rumah sendiri di Timuran, dan sangat jarang sekali mampir kerumah putra putranya.

Semenjak almarhumah nenek nya meninggal setahun yang lalu, sang kakek sangat jarang kemana mana, selain kekantor nya, meskipun putra putra nya mengajak tinggal serumah dengan mereka, tetapi orang tua itu lebih senang Dirumah nya sendiri, rumah yang dia bangun berdua dengan almarhumah istri nya.

Katanya, meskipun almarhumah istri nya sudah tiada, tetapi kenangan nya tetap hidup di dalam hati dan ingatan beliau.

Sebenar nya cucu cucu nya sangat sering berkunjung ke rumah sang kakek sekedar mengetahui kabar orang tua itu, bahkan ada beberapa yang sampai nginap di rumah kakek yang mereka sebut rumah utama itu. Karena bagi seluruh keluarga, orang tua itu ibarat seorang Kaisar yang memegang semua kekuasaan tertinggi Agung Mangandara Group.

Anastasya membuka pesan dari kakek nya yang menanyakan kapan kerumah beliau.

Anastasya hanya menjawab "ntar hari minggu" itu saja.

Akhir akhir ini, dia agak malas bertemu dengan orang tua itu, karena setiap bertemu, pasti menyuruh nya segera kawin dengan pemuda pilihan kakek nya, yang kata nya suami paling ideal lah, apa lah, segudang alasan yang di katakan oleh kakek nya itu, agar Anastasya segera menikah.

Anastasya kadang bingung dengan sikap Kakek nya itu, ada juga cucu cucu perempuan kakek nya yang lain, seperti Eliya putri uwa Baskara, ada kakak nya Anastaria, ada juga Emilia putri dari Om Bastiar, tetapi mengapa justru dia yang di desak agar cepat mencari suami.

Cukup sering juga sih Anastasya mengunjungi kakek nya di Timuran, kalau tidak Sabtu, ya Minggu, karena tidak banyak teman akrab nya, sehingga waktu luang tidak banyak tersita untuk kegiatan party atau sekedar kumpul kumpul dengan teman teman nya.

Anastasya tersentak kaget dari lamunan nya, ketika Devi asisten nya mengetuk pintu ruangan.

"Ya! Masuk!" suara Anastasya menggema hingga keluar ruangan.

Seorang wanita cantik berseragam putih putih, masuk dari balik pintu.

"Pukul berapa sekarang?" tanya dokter Anastasya, padahal tadi dia baru saja membuka handphone nya.

"Empat belas lewat tiga puluh menit!" jawab Devi.

Diantara sederet asisten nya, cuma Devi inilah yang manusia paling tahan, karena gadis ini dulu sewaktu SMA satu satu nya sahabat yang dimiliki nya.

"Apa jadwal ku selanjutnya?" tanya nya lagi.

Devi membuka buku agenda nya, memeriksa jadwal dokter itu.

"Kosong Sya, baru Senin depan ada jadwal bedah jantung lagi" jawab Devi.

"Kalau begitu, aku mau keluar Dev, mau refreshing sejenak, badan ku cape sekali, enam jam menghadapi meja operasi" ujar Anastasya Merapikan peralatan pribadi nya kedalam tas.

"Iya sya, istirahat lah, kan Senin nanti ada jadwal operasi lagi" sahut Devi.

Gadis ini bila tidak ada orang, dia akan memanggil nama saja, kecuali ada orang lain, hal itu sesuai dengan permintaan Anastasya sendiri.

Devi sendiri sejati nya adalah seorang sarjana kesehatan juga yang dia angkat menjadi asisten pribadi nya.

"Oh iya Dev, pasien yang tadi barusan selesai operasi, tolong kau kontrol setiap dua jam sekali, dan beri dia obat seperti yang sudah ku atur di daftar ya Dev, bilangin sama Suster yang khusus merawat nya, bila ada sesuatu hal, hubungi aku" pesan Anastasya sebelum meninggalkan ruangan itu.

Didalam mobil Mercedes milik nya, Anastasya menjalankan mobil nya perlahan, mengikuti arus lalu lintas yang padat merayap itu.

"Huh!, kota ini penuh dengan jalanan yang membosankan kan, sebaik nya aku refreshing dengan membaca novel sambil menikmati keheningan Dunia ini, pasti sangat asik" pikir Anastasya yang segera mengarahkan mobil nya menuju sebuah toko buku terkenal.

Ternyata di halaman toko buku ini agak lengang, hanya ada beberapa mobil dan sebuah motor yang terparkir.

Anastasya segera masuk mencari buku yang ia cari.

"Grubyak!" ....

Karena terlalu fokus pada rak rak buku, sehingga dia menabrak seorang pemuda yang sedang jongkok di depan sebuah rak buku, membolak balikan sebuah buku tebal.

Pemuda itu roboh bersama tubuh nya yang roboh menindih hi tubuh pemuda itu.

"Plak!" ....

Sebuah tamparan tangan nya mampir di pipi pemuda itu dengan cukup keras, hingga di pipi pemuda itu membekas warna merah telapak tangan nya.

"Wanita gila!, main tabrak orang, bukan nya minta maaf, malah belagu tidak bersalah, huh dasar sinting!" pemuda itu marah karena tiba tiba dia ditabrak, lalu ditampar lagi.

"Apa! Apa kau bilang tadi?, coba ulangi lagi!" ucap Anastasya murka.

"Kau wanita gila yang sinting, psikopat gila!" Caci pemuda itu sambil memegang pipi nya yang terasa nyeri.

"Bangsat edan, pemuda gila sialan, kalau aku psikopat, ku kerat kerat badan mu, ku rendam dengan garam!" maki Anastasya.

"Emang mau kau buat dendeng kering kah daging ku hei psikopat?" tanya pemuda itu tidak kalah geram nya, sudah badan nya pegal pegal kena tabrak, pipi nya kena tempeleng gadis itu lagi, membuat hati nya mangkel terhadap Anastasya.

"Iya!, mau ku buat dendeng biar awet setahun!" tukas Anastasya sambil melayangkan tendangan nya kearah kaki pemuda itu.

Kali ini pemuda itu tidak mau kecolongan lagi, dia segera berkelit kesamping kiri, sehingga tendangan Anastasya lepas tidak mengenai diri nya.

"Dasar Nenek Lampir gila!" umpat pemuda itu menahan diri agar jangan sampai balas memukul gadis edan itu.

"Bangsat!, apa kau bilang tadi bodoh!" bentak Anastasya murka.

"Dasar Nenek Lampir gila!" ucap pemuda itu mengulangi makian nya.

Tiba tiba Anastasya mencengkram leher baju pemuda itu dengan tangan kiri nya, sedangkan tangan kanan nya terayun kearah wajah pemuda itu dengan kepalan tinju nya.

Namun entah bagai mana tangan kanan pemuda itu balas mencengkram pergelangan tangan kiri nya, lalu tangan kiri pemuda itu tiba tiba menangkap pergelangan tangan kanan Anastasya.

Lalu,

"Cup!" ....

"Cup! ....

Pipi kiri dan kanan Anastasya di cium oleh pemuda itu tanpa permisi.

Sejenak Anastasya terdiam, tubuh nya seperti tersengat aliran listrik berjuta-juta Mega Watt, hingga berdetak hebat bersama debaran jantung nya.

"Itu akan membuat mu sadar nona, sikap mu ini sangat sangat arogan sekali, meminta maaf bukanlah hal yang hina, itu sepantar dengan pukulan mu pada ku tadi!" ucap pemuda itu melepas kan cekalan tangan nya pada kedua tangan Anastasya, sambil mendorong nya mundur.

"Bangsat!, kurang ajar kau kakek Lampir!, kau curi ciuman pertama ku, aku akan mengadu nyawa dengan mu manusia busuk, akan ku bunuh kau!" bentak Anastasya sangat murka, memukuli pemuda itu dengan kedua tangan nya.

Namun pemuda itu menangkis semua pukulan nya dengan tenang, tanpa ada satupun pukulan Anastasya yang berhasil menyakiti diri nya lagi.

...****************...