ISTRI RANDOM

"DINDA!" bentak Dirga.

"Benar kata adikmu, apakah pantas wanita bersuami terus mendatangi mantan kekasihnya!" bela Dania.

Rosa masih diam di tempat saat masuk ke dalam ruangan Dirga. Ingin rasanya mulut Rosa mengatakakan sesuatu tapi masih di tahannya.

"Mom, aku sudah bilang jangan ikut urusanku dengan Rosa. Dia tidak bersalah!" tegas Dirga yang sudah mulai membaik.

"Ck! Kamu selalu membelanya! Mommy tidak suka. Kamu jangan menjadi anak durhaka!" bentak Dania.

"Mas, sebaiknya aku kembali. Disini sudah ada keluargamu, semoga saja lekas sehat." pamit Rosa.

"Nyonya, Mas Dirga tidak pernah menjadi anak durhaka, dan satu hal lagi ini semua terjadi atas kehendak Tuhan bukan aku! Dan kau Dinda, hati hati dengan mulutmu saat bicara! Aku bisa diam tapi jika dengan yang lain belum tentu kamu bisa tersenyum dengan bangga!" ucap Rosa.

"Semoga kita bisa berjalan dengan kehidupan masing masing kedepannya, Mas. Aku berharap kita bisa bahagia dengan pasangan masing masing kelak." lanjut Rosa.

Setelah itu keluar kembali dari ruangan itu.

"Loh kok sebentar Ros," kaget Galih.

"Pulang yuk," ajak Rosa yang enggan menjawab pertanyaan Galih.

Galih paham jika hati Rosa tidak sedang baik baik saja, mobilnya kini sudah berjalan dan mengarah pada puncak. Karena Rosa diam dan terpaku saja, hal itu sampai tidak disadari olehnya jika sudah di bawa ke puncak Bogor.

Tepat di depan masjid At Tawun, Galih berhenti disana. Dan menoleh ke arah Rosa.

"Ros, kita keluar yuk," ajak Galih.

"Loh, kita disini, Bang," terkejut jika sudah disini.

"Makanya jangan bengong, jadi ga sadar kalau aku bawa kamu kesini. Yuk sholat dulu, nanti baru cari yang hangat hangat," ajak Galih.

Rosa mengikuti Galih keluar, keduanya masuk ke dalam masjid besar yang berada di sana. Tidak lama keduanya kembali menuju kedai yang tidak jauh disana.

Memesan jahe hangat dan juga memakan mie instan keduanya.

"Abang ga pa pa makan ini?" heran Rosa padahal seotang CEO tapi tidak malu makan di tempat seperti ini dan juga selera rakyat.

"Ada yang melarang gitu jika aku makan ini, Ros?" malah Galih balik tanya.

Di gelengkan kepalanya oleh Rosa. Benar benar berbeda dengan suaminya ini. Dia sangka akan sangat sulit bahkan lebih sulit dipahami dari Dirga kekasihnya dulu. Namun ternyata sangat mudah bahkan sama seperti dirinya sendiri.

"Ga, bang. Ya sudah dimakan dulu. Mumpung masih panas."jawab Rosa.

"Masih banyak yang akan kamu ketahui tentangku, Ros. Jadi nikmati saja hubungan kita ini pelan pelan Ros," bisik Galih yang sama tersenyumnya dengan Rosa.

Akhirnya kedua mata bertemu dan saling beradu, bukan makan uang mereka lakukan tapi aksi saling tatap dan tidak ada yang memutus hingga pemilik kedai yang bersuara.

"Pak, Bu. Ini ada gorengan hangat, silahkan kali saja mau," tawarnya.

Ehem.

Baru keduanya terputus dan sedikit salah tingkah disana keduanya pula. Setelah selesai keduanya masuk kembali ke dalam mobil.

"Besok kamu sif siang lagi kan Ros?" Tanya Galih.

"Iya, Bang. Kenapa?" Tanya Rosa.

"Kita bermalam disini saja mau?" Tanya Galih.

"Iya, Bang boleh. Aku ikut saja," jawabnya.

Akhirnya Galih turun kebawah mencari hotel yang dekat. Setelah mendapatkan tempat mereka untuk istirahat baru masuk ke dalam kamar hotel keduanya.

"Kamu mandi dulu, Ros," pinta Galih.

"Iya, Bang," menurut saja Rosa.

Tidak lama Rosa keluar dengan handuk yang di lilit di tubuhnya. Ternyata d tempat tidurnya sudah ada baju yang di siapkan untuk Rosa. Sementara Galih tidak ada disana.

"Kemana dia?" Tanya sendiri Rosa.

Tanpa Rosa sadari jika Galih ada di balkon saat hendak masuk, tanpa Rosa tahu Galih sudah melihat seluruh tubuh istrinya itu.

Shit! Kamu suka sekali membuatku tidak berdaya, aku masih lelaki normal walau cinta belum ada tapi jika di suguhkan dengan pemandangan indah seperti itu terus. Si otong juga bereaksi. Batin Galih.

Yang bagian bawahnya sudah merespon mengembang dan mengeras, ingin rasanya masuk kedalam sangkar istrinya tapi apalah daya, Galih tidak berani.

Tubuh putih tinggi mulus dan juga bersih dengan lekuk tubuh yang aduhai membuatnya meremang sejadinya disana. Mematung dan tidak berani melangkah masuk ke dalam.

Sementara Rosa disangka tidak ada suaminya itu dengan bebas membuka handuknya dan mulai memakai satu persatu pakaian yang disediakan.

"Sangat pas di tubuhku, Bang Galih memang pintar," puji Rosa dan merebahkan tubuhnya ke dalam kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut.

Baru saat melihat Rosa sudah menutup matanya Galih membuka pintu balkon dan masuk kedalam, langsung menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang lelah hari ini banyak kegiatan.

Padahal siapa juga yang mau di tungguin pas kerja? Dasar si Galih yang ga banget bisa jauh dari Rosa.

Setelah segar dan bersih Galih bergabung dengan istrinya masuk ke dalam selimut. Memandang wajah istrinya yang memang sudah terlelap disana. Sampai dia senyum senyum sendiri melihatnya.

"Cantik, jodohku semoga tetap kamu. Gantilah namanya di dalam hati ini. Biarkan luka ini dia yang mengobatinya," lirih Galih.

*

Pagi hari di hotel yang saat ini keduanya menginap, dering telp Rosa terdengar. Disana sebuah nama terpampang jelas nama mantan kekasih istrinya. Karena Galih yang lebih dulu bangun.

"Angkat? Tidak?" lirih Galih yang ragu.

"Tunggu dulu, jika telp lagi aku akan menjawabnya," ucap Galih saat dering telp Rosa sudah tidak terdengar.

Menunggu agak lama tapi tidak ada lagi terdengar telp, akhirnya Galih akan kembali menyimpannya di atas nakas. Namun kembali berbunyi suara itu, tanpa menjawab seperti yang dia ucapkan sebelumnya.

"Marah tidak ya Rosa?" ragu Galih padahal hp sudah di pegangnya saat ini.

"Ros, Ros," panggil Galih yang memilih membangunkan istrinya.

"Hem," jawab Rosa yang masih mengantuk.

"Ada telp," bisik Galih.

"Angkat saja Bang, aku masih mengantuk."pintanya.

Akhirnya Galih sudah mendapatkan izin dari istrinya. Tanpa menunggu lama di jawab telp itu oleh Galih.

"Hallo, Ros. Kenapa lama mengangkatnya?" tanya Dirga dari sebrang telp.

"Hallo, ini aku," ucap Galih yang ragu.

"Anda yang menjawab? Kemana Rosa?" tanya Dirga.

"Hem, dia masih tidur. Sepertinya tadi malam dia kelah sekali," jelas Galih.

Namun tidak dengan Dirga yang menangkap ucapan Galih.

Lelah? Semalam dia lelah? Apakah mereka sudah? Oh Tuhan apakah semudah itu Rosa memberikan padanya? Bukannya jatuh cinta lebih dulu, baru memberikannya? Sangat bertolak belakang dari ucapannya denganku. Aku sakit saat mendengar hal ini, padahal bukannya itu menjadi hal wajar bagi sepasang suami istri? Batin Dirga yang galau.

...****************...

Terima kasih semuanya yang telah mendukung dan selalu setia menanti up mommy.

Like dan komentarnya di tunggu ya.