🏆🥈Juara 2 YAAW S 10
" Aku akan melakukan apapun untukmu. Meski harus kembali menemui pria itu. Hidupmu adalah hidupku. Bunda mohon bertahanlah sayang. Hanya kamu hidup bunda nak. "
Akibat kesalahan semalam yang dia perbuat Kaluna melahirkan seorang putra yang ia beri nama Taraka. Ia membesarkan Tara seorang diri, namun hancur hati Kaluna saat dokter memvonis putra nya yang berusia 5 tahun ini dengan penyakit yang mengancam nyawa.
Kesehatan Taraka semakin memburuk. Dengan berat hati ia pun Akhirnya pergi mencari pria tersebut agar putranya bisa hidup lebih lama.
Bagaimana reaksi si pria saat tahu dia ternyata memiliki putra dari wanita yang bahkan sama sekali tidak dikenalnya itu?
Akankah hidup Taraka terselamatkan?
Folow IG author @anns_indri
Kalau suka jangan lupa tinggalkan like setelah membaca. Terimakasih. Like Anda dukungan terbesar bagi penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JMB 12. Mari Buktikan
Brisia berkutat dengan pekerjaannya. Ia sungguh sangat sibuk, daddy nya memintanya untuk membuat serum menguatkan ingatan. Sungguh hal yang aneh. Kemarin membuat formula menghapus ingatan dan sekarang meminta hal sebaliknya. Brisia hanya bisa bersungut-sungut.
Ingin protes tentu saja tidak berani. Ia selalu bergidik ngeri saat melihat kemarahan ayahnya itu. Brisia ingat betul saat ia ketahuan mencuri formula penghapus ingatan itu 6 tahun silam. Daddy nya marah bukan main bahkan sang mommy pun tak mampu mengendalikannya.
" Ya Tuhan Bri, apa yang kau lakukan. Itu belum sempurna. Itu ada efek sampingnya Bri. Orang yang meminum obat itu suatu hari nanti akan mengalami kebingungan karena ia menyadari ada ingatannya yang hilang. Jika orang itu tidak bisa mengontrol dirinya maka ia bisa saja berakhir gila."
Brisia seketika tersentak saat mengingat ucapan daddy nya itu. Ia langsung teringat kepada dosen mereka dulu. Brisia menjadi sedikit khawatir.
" Ya Tuhan bagaimana kalau Pak Yasa jadi gila. Astaga, Tara nanti jadi gagal ketemu ayahnya. Aku harus ngasih tahu Kaluna soal ini. Ini rupanya benar-benar tidak sederhana. Huuh bodoh-dodoh."
" Siapa Tara Bri."
Glek
Pyaaaar
Seketika Brisia kesusahan menelan saliva nya sendiri. Gelas yang ia pegang pun jatuh dan pecah berantakan. Sorot matanya memancarkan ketakutan saat melihat dua orang yang saat ini mentapnya itu. Orang tua yang berkali-kali mendatanginya untuk menanyakan keberadaan putri mereka tapi selalu dijawab ' tidak tahu' oleh Brisia.
" Om Raffan, Tante Vanka. Ke-kenapa bisa ada di sini?"
Brisia tentu tidak menyangka jika mereka bisa mendatangi tempatnya bekerja. Brisia saat ini sedang bekerja di sebuah laboratorium pembuat obat di kota J. Tapi saat kedua orang tua temannya itu datang memang ia tengah beristirahat.
'" Bisa saja, kan kami tahu kamu bekerja di sini. Sekerang katakan siapa itu Tara, dan kamu pasti tahu bukan dimana Kaluna berada?"
Brisia benar-benar seperti tersangka yang sedang menjalani BAP ( Berita Acara Pemeriksaan) oleh pihak berwajib. Sepertinya kali ini ia tidak bisa berkelit. Lagi pula saat ini Kaluna membutuhkan kedua orang tuanya. Biarlah Kaluna marah padanya, tapi kaluna berhak untuk hidup lebih baik. Sudah cukup temannya itu menderita sendirian selama ini.
Meskipun semuanya itu adalah hasil kebodohannya sendiri. Namun Brisia sebagai teman tentu tidak bisa memaksa Kaluna. Dan mungkin hari ini adalah waktunya.
Brisia tidak banyak bicara, ia juga tidak menjelaskan apapun. Ia meminta Raffan dan Vanka untuk menunggunya sejenak. Ia masuk ke dalam ruangannya dan tak lama keluar.
" Om dan tante ikutin Bri ya. Bri akan bawa ke suatu tempat dimana om dan tante akan mendapat semua jawaban dari pertanyaan om dan tante. Maafin Bri yang mungkin sangat telat mengatakan ini, Maafkan Kaluna juga ya om, tante, Dia sudah sangat menderita."
Raffan dan Vanka saling pandang. Mereka berdua tentu tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Brisia. Namun keduanya patuh mengikuti mobil Brisia yang mulai berjalan. Tanda tanya semakin besar saat mobil Brisia memasuki kawasan rumah sakit. Siapa yang sakit? Apakah Kaluna?
" Sebelah sini om, tante."
Brisia mengarahkan Raffan dan Vanka ke sebuah tempat. Di papan nama tertuliskan poli anak. Dada Vanka semakin bergemuruh, tangannya berkeringat dingin. Raffan yang mengetahui istrinya gugup pun langsung menggenggam tangannya.
" Hai ganteng, lagi apa."
" Oh hai Aunty Bri. Tara baru aja bangun tidur. Aunty Bri datang sama siapa."
Air mata Vanka seketika luruh. Melalui mata bocah kecil itu saja sudah bisa dipastikan bahwa bocah yang dipanggil Tara oleh Brisia itu adalah anak dari putrinya.
" Bri, apakah dia~"
" Ya tante, om. Dia putra Kaluna."
Ada rasa yang tidak bisa diungkapkan oleh Vanka dan Raffan. Ada rasa bahagia namun juga ada rasa sedih. Kedua orang tua tersebut mendekat ke arah sang cucu. Ya, Tara adalah cucu mereka.
" Apakah boleh kakek dan nenek duduk di sebelah Tara?"
Tara mengangguk, bocah itu mengamati wajah kedua orang tua itu dengan seksama. Ia melihat kemiripan wajah bunda nya pada wajah kedua orang yang duduk di sebelahnya tersebut.
" Apa kakek dan nenek adalah papa dan mama bunda?"
Vanka dan Raffan mengangguk, ada rasa bersalah yang menelusup dalam diri mereka saat melihat Tara. Seharusnya mereka tidak membiarkan Kaluna pergi saat itu. Tapi nasi sudah jadi bubur. Percuma menyesali yang sudah terjadi. Tidak butuh waktu lama ketiganya tampak berbicara dengan menyenangkan dan akrab. Vanka menanyakan dimana mereka selama ini mereka tinggal. Tara yang memang cerdas menceritakan segala hal, termasuk bunda nya yang sering menangis saat beribadah malam.
" Apakah bunda pernah bercerita kepada Tara tentang ayah Tara."
" Tidak kek, setiap Tara bertanya mengenai ayah, bunda selalu mengatakan bahwa kehidupan ayah punya kehidupan sendiri. Selalu seperti itu. padahal Tara ingin ketemu ayah. Takutnya Tara keburu pergi sebelum ketemu ayah."
Dada Vanka dan Raffan seketika sesak. Keduanya melihat ke arah Brisia, Brisia hanya menghela nafas. Sudah sepatutnya mereka mengerti tentang semuanya.
*
*
*
Masih di tempat yang sama yakni di rumah sakit tapi dengan lokasi dan orang yang berbeda. Hasna dan Radi menemui Nataya di ruangan. Keponakannya itu sebenarnya sudah habis jam kerjanya tapi masih berada di rumah sakit.
" Paman, bibi, ada apa? Apa bibi merasa sakit, perlu ku panggilan dokter?"
" Bukan. Ada sesuatu yang mau kami tanyakan mengenai Taraka."
Nataya mengerutkan kedua alisnya, mengapa tiba-tiba paman dan bibi nya itu penasaran kepada salah satu pasiennya tersebut. Tapi meskipun kedua orang yang ada di depannya itu adalah paman dan bibinya, kakak kandung sang papa, tetap saja Nataya harus mengikuti kode etik yang ada yakni tidak memberikan informasi pasien kepada sembarang orang. Terlebih kepada orang tersebut tidak ada hubungannya dengan si pasien.
" Maaf paman dan bibi, Nataya tidak bisa memberikan informasi detail mengenai pasien. Ini sudah aturan, terlebih paman dan bibi bukan siapa-siapa nya Tara dan Kaluna."
" Kaluna? Apa itu nama ibu nya Tara?"
Nataya mengangguk. Dilihatnya paman dan bibinya itu saling pandang. Nataya benar-benar dibuat bingung dengan kedua orang tua Yasa tersebut.
" Apakah benar kamu tidak bisa memberikan penjelasan dan rekam medis Taraka?"
Nataya mengangguk mantab, bagaimanapun ini adalah masalah intern dokter dan rumah sakit. Tapi bukannya menyerah Radi dan Hasna malah tersenyum ke arah Nataya.
" Bagaimana jika kami ternyata punya hubungan?"
" Heee, jangan mengada-ada paman. Mana bisa paman punya hubungan dengan Tara. Haiiih, apa paman punya istri lain dan itu adalah cucu dari istri paman yang lainnya."
Pletak
Sebuah sentilan jari dilayangkan Radi tepat di kening keponakannya itu. Secara biologis Nataya adalah putra Dika tapi entah mengapa kelakuan absurd nya begitu meng-copy Andra.
" Kamu ini lho kalo ngomong nggak difilter. Maksud paman, ini masih dugaan paman dan bibi lho ya. Menurut kami Taraka adalah putra kakak mu Yasa. Apa kamu tidak melihat kemiripan mereka."
" Apa??? Waaah jangan bikin jokes deh paman. Astoge bapak-bapak kalo ngejokes nggak kira-kira. Gimana bisa Kak Yasa bisa punya anak dari seorang wanita. Lha wong selama ini aja nggak pernah dekat sama cewek kecuali Ciara. Itu pun stay halal."
Hasna dan Radi saling pandang. Apa yang dikatakan Nataya benar juga. Tapi hati keduanya tentu merasa bahwa praduga mereka itu benar.
" Kalau begitu, mari buktikan!"
" Dengan?"
" Tes DNA."
TBC