Warren Frendata Rafaeyza, seorang CEO dari perusahaan Desainer frough yang berpengaruh di kota Jakarta,
Dia menjadi mualaf karna wasiat sang ayah yg mengatakan bahwa sebenarnya ayahnya adalah gus yg telah ingkar masuk ke agama lain dan ingin anak dan istrinya masuk islam. Diusianya yang sudah matang Warren belum menikah karena masih terjebak dengan cinta pertamanya saat remaja. Dia Citra Bayu Antriza, Wanita cantik yang berhasil memporak porandakan hatinya. Suatu ketika Tuhan menjawab keinginannya untuk memiliki hati Citra sepenuhnya. "7 tahun bukan waktu yg mudah aku lalui ya Alloh, untuk menemukannya, sekarang aku sudah menemukannya! izinkan aku memilikinya, dia yg selalu aku sebut di sepertiga malamku" "Aku, Warren memang bukan yang pertama, tapi aku akan menjadi yg kedua untuk yg terakhir"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeaIsw31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menerima undangan.
Perkataan Warren untuk menemui Citra, membuatnya mendengar yang tak seharusnya ia dengar, dia jadi terkesan memaksa! apa gimana ilmu yang ia pelajari, tapi da merasa bangga Pada Chayna yang sangat dewasa yang jelas seperti Citra. cuman Chayna lebih lugas dalam bertutur kata beda sama Citra yang gak enakan.
sesampainya dia di kontrakan Citra dia ingin mengetuk pintu namun ia urungkan karna mendengar suara tangis didalam, walau Citra dan Chayna berbicara pelan tapi Warren yang pendengarannya bagus bisa mendengarnya padahal banyak motor berlalu lewat di gang itu, dia tak berniat menguping dia tak sengaja mendengar saat Chayna membicarakan dirinya bahwa tatapan matanya berbeda.
...----------------...
Warren sampai rumah, dia mengucapkan salam dan dijawab oleh pelayan yang ada didekat ruang tamu, tak lama dia melihat ibunya turun.
"loh udah pulang nak?" Cana terkejut karna dia baru selesai solat Isya dan turun di tangga anaknya sudah pulang "bagaimana? ".
Warren tersenyum " entah lah ma, sepertinya Warren akan mundur".
"kamu ditolak? ".
Warren menggeleng tapi matanya memerah menahan air mata, ahh entah kenapa dia sangat cengeng kalo sudah berurusan dengan Citra.
" lalu? dia gak ada dirumah? kalo iya kamu tenang aja besok malam dia kesini sekitar habis Isya untuk makan malam" Cana.
"hmm, Warren mau kekamar ya mah mau istirahat".
Cana mengangguk " udah solat nak? ".
" sudah, Warren gak makan malam mah tadi udah makan dijalan".
Cana hanya mengangguk, sedangkan Warren langsung membersihkan diri dia bukannya istirahat malah membuka ruang kerja yang pintunya ada 2 satu diluar dan satu menyatu dengan kamar.
Dia membuka laptop dan mulai membuka laporan yang Frans kirim padanya.
esoknya Warren tak semangat harusnya dia senang karna akan bertemu Citra tapi dia malah bersikap dingin.
"loh kamu mau kemana? baru pulang kok udah mau pergi lagi" Cana.
"ada meeting dadakan mah" dia menyalimi Cana dan pergi terburu buru.
"tapi nanti Citra? ".
Warren terdiam " kalo jodoh ketemu ma, kalo tidak aku mundur" ucapnya dan bergegas ke mobil dimana Frans sudah menunggu.
Malamnya Citra dan Chayna datang bersama supir yang Cana pinta menjemput mereka, mereka makan malam dengan lancar tampa kehadiran Warren.
Sedangkan disisi lain Warren tengah menatap tajam kliennya "kerja sama kita dibatalkan Ms Dara! Frans urus dia".
" baik tuan"Frans.
"tidak! kamu harus menjadi milik saya! kamu sudah meminum obat racikan saya sendiri dan taka kan ada obatnya selain kamu harus berhubungan dengan wanita! " teriak wanita berpakaian sexy yang tengah ditahan Frans.
Warren tak memperdulikannya, dia kira dia bodoh meminum habis suguhan di Cafe tadi, dia meminum sedikit dan yang lain di buang ke tanaman dekat ia duduk saat wanita yang akan bekerja sama dengannya menoleh ke pelayan yang tak sengaja menumpahkan minuman ke wanita itu.
Warren mengucapkan syukur karna dia dijaga dari perbuatan maksiat, dia langsung sadar ada yang tidak beres dengan minuman yang dia minum. hanya satu teguk, itu pun sedikit jadi harusnya obatnya tak bereaksi.
Tak lama Frans datang "tuan saya sudah membereskan orang gila tadi. tuan baik baik saja kan? ".
" saya baik baik saja Frans, makasih. saya bakal pulang sendiri sisanya kamu ngerti kan"Warren.
"ngerti tuan" Frans tersenyum jahat entah kenapa dia paling suka tugas ini, dimana dia akan membongkar kebusukan para pembisnis yang sok baik.
Warren kira yang tadi datang adalah Suami Dara nyatanya yang datang malah istrinya yang sok baik dan gatal.
"bagus!, saya tidak mau melakukan ini tapi kasihan pak Tristan jika harus bersanding dengan istri pembisnis yang licik" Warren masuk mobil dan dia membuka kaca memberikan document pada Frans "sebelum tugas itu, kamu kirim ini ke kantor pak Tristan dia lembur, saya membatalkan bisnis dengan istrinya bukan dengan pak Tristan yang jujur dalam berkarir, bilang juga padanya kirim pergantian Desainer baju dan Rumah yang akan mewakili perusahaannya untuk colab dengan karyawan kita".
"siap tuan, besok tuan tinggal tersenyum sumringah" ujar Frans dengan gayanya yang membuat Warren terkekeh.
Cana dan Citra mereka berbincang biasa dan membahas soal beberapa kue yang di jual Citra, dia juga membawa 1 kotak bolen pisang untuk Cana.
Cana juga tak membahas Warren yang kemarin disana sudah cukup kemarin dia membuka suara sisanya dia serahkan pada anaknya akan berjalan sampai mana.
Sesampainya di komplek rumah Warren merasa tubuhnya panas, dia beristighfar terus lantaran sebentar lagi sampai rumah. karna gerbang otomatis jadi terbuka sendiri sesuai nomor dan jenis mobil yang dimasukan pemilik rumah.
Disaat yang bersamaan juga Citra dan Chayna tengah di depan rumah dengan mobil yang siap mengantar mereka pergi, mereka sedang salim dengan Cana.
"astagfirullah mobil siapa itu lagi! "pandangan Warren seperti memburamkan padahal jelas didepan mobil rumah, dia keluar dari mobil biarlah kali ini sopir yang membereskan dia ingin cepat cepat nyebur ke kolam, dia merasakan efek obatnya entah berapa dosis yang wanita tadi masukan hingga hanya satu teguk membuatnya merasakan perasaan tak jelas.
berjalan Warren dengan gelisah sambil melonggarkan dasinya dia menabrak Citra Yang sudah siap masuk mobil dengan pintu masih di pegang sang supir. dia menunggu Chayna yang masih dicium gemas oleh Cana.
"Ya alloh nak! jalan liat liat! " tegur Cana.
"mah, tolong telfon dokter pribadi kita, bantu Warren sampai kekamar mandi apa kolam mah" ucapnya.
sopir segera membantu Warren bersama Cana tapi karna supir itu sedikit pendek kesusahan memapah Warren yang setinggi tower sendirian tak mungkin juga Cana bersentuhan dengan supir itu Citra yang peka melihat kebimbangan Cana berinisiatif membantu. alhasil Cana dan Citra yang memapah Warren pak supir bersama Chayna di halaman.
Warren merasa makin panas disini kanan dimana Citra berasa dia tak bereaksi dengan ibunya tapi disisi lain dia merasa bertambah panas, dia bergegas mendorong Citra menjauh.
"Warren! "Cana.
" aku sendiri yang kehalaman belakang mah".
"kamu gak sopan nak, dorong dorong orang" tatap kecewa Cana.
"jauhkan Citra dariku mah, jangan mendekatiku" Warren sambil berjalan dengan susah payah, ah elah biasanya juga cepat ini berasa dari Indonesia ke Mesir.
Cana dan Citra yg mengikuti di belakang Warren terdiam.
"tapi dia bantuin mama nak" Can emosi di balik Cadarnya tapi dia paham sepertinya anaknya dijebak sesorang, dulu Antara juga sering tapi kan sama dia jadi langsung bisa dituntaskan lah ini anaknya? buang lapuk, gak ada istri atau tunangan.
"saya paham bu, jadi tidak masalah" jawab Citra.
" telfon dokter secepatnya mah" Warren mencoba berlari tapi lututnya terasa lemas, dia ingat perkataan Dara jangan jangan dia memasukan obat pelumpuh didalam obat perangsang racikannya.
Cana bergegas menelfon dokter.
Warren menabrak kursi didekat kolam, tingal sedikit lagi namun Warren benar benar tak kuat seumur umur baru terkena obat perangsang dan itu pun ganas dia merasa lemah padahal setau dia banyak yang bilang tak membuat lutut lemas kalo obat yang biasa.
"ini obat perangsang apa buat jadi Sepuh ya Alloh ada ada saja" gumamnya.
Citra yang gregetan pun masuk kehalaman kolam dimana pintu itu dari kaca dan memapah paksa Warren. Warren makin bereaksi.
"jauhkan diri kamu dari saya Citra! "Geramnya.
" jangan banyak omong Cepat! " malah Citra yang ngegas dan Byurrr mereka bedua jatuh kedalam kolam.
"ya Alloh nakkkk" teriak Cana dia bergegas kesana juga tapi na'as dia malah terjatuh dan membuat pintu tertutup, dia bergegas membuka pintu itu namun pintunya terkunci, dia langsung panik dia ingat pintunya akan direnovasi hari ini tapi orang yang renovasi bisanya besok, dia ingat betul kunci kolamnya hilang karna pelayan yang teledor makanya pintu kolam dibuka.
"astaghfirullah ya Alloh, jangan sampai Warren berbuat zina! lindungilah putraku dan Citra! anaku harus bisa menahan hasratnya".
Cana berlari memanggilnya supirnya, supir di rumahnya ada dua yang satu masih dirumah sakit dan yang satu ini sedikit berumur, dia juga memanggil pelayan lain agar membantu mendobrak pintu kolam. karna rata rata perempuan dan yang laki laki cuman satu pintu tak terbuka buka.
"besok sekalian aku ganti pintu ini sama kayu,jangan pintu kaca mewah kaya gini! " panik Citra.
"Sabar oma, sabar" Chayna mencoba menenangkan Cana yang panik, dia tidak tau kenapa mereka sepanik itu, ibunya pasti bisa menjaga diri walau berduaan terkunci di ruangan, lagian ruangannya terbuka bukan tertutup.
"ya allah anak ini belum tau seberapa bahayanya didalam, karna anakku terpengaruh obat bukan dalam keadaan normal" batin Cana sedih.
sementara di kolam Citra tengah berdiri dengan susah payah karna memakai gamis membuatnya sangat berat. dia hendak menceburkan Warren seorang diri tapi malah dia tertarik juga.
sementara Warren terus meredamkan dirinya dia menjauh berapa sisi dari Citra dia merenung, ternyata cara kerja obatnya membuat dia lemas sendiri tapi jika bersentuhan dengan kawan jenis dia akan semangat, jadi obat racikan Dara se menjijikan itu. Citra duduk di pinggir kolam, dia membiarkan Warren berendam, dia menyadari mungkin Warren tengah terkena obat terlarang. dia berdiri dan mencoba membuka pintu! namun tak jadi dia juga merasakan pintunya tengah di dobrak, dia berteriak tapi tak terdengar di dalam, sepertinya kedap suara.
jelas kedap suara karna dulu Antaka dan Cana sering main dikolam, agar tidak seorang pun tau mereka membuat kolam itu kedap suara.
"ya alloh, apa apaan ini? aneh bangat orang kaya buat kolam kedap suara nanti kalo ada pelayan yang beberes tenggelam gimana? " Citra mengedarkan pandangannya dia tak melihat CCTV sama sekali, dia menepuk keningnya "hah, dasar! " dia jadi paham mungkin ini kolam pribadi untuk suami istri pasalnya tadi pas dia diajak berkeliling di ruangan lain oleh Cana ada satu kolam di disisi halaman lain agak jauh dari sini ada CCTV nya.
"anana wae wong sugih! " dia menyesal membantu Warren, dia bukan takut kehilangan keperawanannya toh dia janda! yang dia takutkan dia di ruda paksa melakuka zina!.
15 menit tapi tak kunjung terbuka didalam bahkan dokter yang datang pun membantu.
"pintunya sengaja dibuat sesusah ini ya nyonya! " ucap sang dokter.
Cana yang menunduk hanya mengangguk karna dokter yang akan menangani Warren pria dan untuk Cana sendiri wanita. Cana sedikit malu karna memang ini ulahnya agar bisa bermain dengan almarhum suaminya di kolam dengan bebas, walau Kaca tapi Kaca yang terbuat juga kaca yang tak tembus pandang jadi terlihat keruh tak terlihat.
"katanya sudah panggil tukang renovasi mereka sudah kesini belum nyonya? ".
" mereka bilang sebentar lagi" Cana dengan cemas.
Citra sedikit khawatir pasalnya Warren belum keluar dari rencananya apa dia pingsan? dia langsung memanggil Warren. "Tuan!, Tuan! " tak ada jawaban.
Citra tak menceburkan diri, dia takut terjadi resiko yang tidak tidak, dia melihat siluet tubuh Warren yang berendam di tengah.
Warren langsung berdiri dan duduk di pinggir kolam, dia merasa tubuhnya dingin tak seperti tadi, dia melepas jas yang melekat ditubuhnya menampilkan kemeja putih yang melekat di tubuh atletisnya.
Citra yang melihat memalingkan muka, dia jadi tersadar melihat tubuhnya takut gamisnya menjadi tembus pandang dan alhamdulillahnya tidak.
"Citra" Panggil parau Warren.
"I-iya" jawab Citra.
"Terima kasih sudah membantu" Warren.
Citra mengangguk "sama sana tuan".
" ya Allah! " sebut Warren karna mendengar suara Citra tubuhnya memanas lagi, rasa pikirannya berkelana buana ingin menarik Citra dan menyalurkan hasratnya, dia beristighfar agar tak menuruti bisikan syetan".
"pergilah dari sini Citra" punya Warren dengan suara berat "kamu akan dalam bahaya saya takut tak bisa menahan diri!" lanjutnya dengan jakun yang sudah naik turun, kepalanya pening di bawah sana terus meronta ronta dengan tegak agar di lemaskan.
"pintunya terkunci tuan" Citra.
"Ya allah cobaan apa lagi ini! " namun sekian detiknya dia menghela nafas lebih berat, dia ingat mamanya tadi pagi bilang mau merenovasi dan membetulkan pintu kolam ini karna rusak kuncinya hilang.
Warren menenggelamkan drinya kembali, dia benar benar mau gila rasanya, ternyata seperti ini menahan nafsu.
Citra semakin Khawatir karna 15 menit juga sudah berlalu kembali, dia melihat Warren yang terengah engah, dia seperti kesakitan dan gelisah sementara dia melihat pintu belum ada pergerakan hanya seperti dobrakan dobrakan kecil. padahal jika Citra Tau disana sudah didobrak dengan seluruh tenaga 2 pria.
"sampai dimana kalian" Cana yang tengah telfonan.
".... ".
" ya allah, "Cana lemas terduduk dikursi.
".... ".
" baik hati hati, dan segerakan".
" kenapa nya? " tanya salah satu pelayan.
"mereka bilang kena macet ada yang kecelakaan, dan ada anak buahnya yang sedang naik ojeg menuju kesini".
sang sopir tengah mencoba mengutak atik pintu jengan Pisau karna obeng yang di rumah ini tak sesuai dengan desain pintunya. dia dan dokter disana mencoba sebisanya.
di kolam Citra mengucap Bismilah dan memohon ampun serta maaf pada sang Pencipta dan almarhum suaminya dia menceburkan diri dan mendekati Warren.
"apa yang kau lakukan, menja-" ucapan Warren terhenti lantaran Citra menarik kerah bajunya dengan kasar lalu mencium bibirnya.
Warren yang sejak tadi sudah sangat pusing membalas ciuman Citra, entah lah, hati dan pikiran nya berkata tidak tapi tubunnya malah semakin berbuat gila Dia menarik tengkuk Citra guna memperdalam ciumannya.
Tes
air mata mereka jatuh bersamaan, Warren yang takut akan kehilangan Citra setelah ini, dan Citra yang takut di kira Janda gatal dan sebagainya tapi yang mereka takutkan terjadinya zina atas keinginan mereka bersama.
"hah hah hah" mereka mengatur nafas dengan kening saling menyatu.
"maaf kan aku" Citra.
"kamu hanya membantuku Citra" Warren.
"gunakanlah aku, tapi jangan sampai melewati batas setidaknya aku akan membantu" Citra.
"semoga kamu tak menyesalinya Citra" Warren menatap Citra dengan tatapan Sayu.
"saya tidak akan menyesal, mari bertobat set-" ucapan Citra terhenti kali ini Karna Warren yang langsung menarik pinggang Citra dan menciumnya, dia memeluk Citra erat, dia terpengaruh perangsang tapi dia mencium Citra dengan lembut dan penuh cinta, menyalurkan kerinduan dan cinta kepada Citra, tak kasar sedikitpun dalam sentuhan itu sampai Citra meragukan apa benar pria di depannya dibawah pengaruh obat?.